Berdalih Child Free, Aiden menutupi fakta dirinya yang mengalami hipogonadisme.
Namun pada malam itu, gairah seksualnya tiba-tiba memuncak ketika dirinya mencoba sebuah obat perangsang yang ia buat sendiri.
Aiden menarik Gryas, dokter yang tengah dekat dengannya.
"Tenang saja, kau tidak akan hamil. Karena aku tidak ingin punya anak. Jadi ku mohon bantu aku."
Namun yang namanya kuasa Tuhan tidak ada yang tahu. Gryas, ternyata hamil setelah melewatkan malam panas dengan Aiden beberapa kali. Ia pun pergi meninggalkan Aiden karena tahu kalau Aiden tak menginginkan anak.
4 tahun berlalu, Anak itu tumbuh menjadi bocah yang cerdas namun tengah sakit.
"Mom, apa Allo tida atan hidup lama."
"Tidak sayang, Arlo akan hidup panjang. Mommy akan berusaha mencari donor yang sesuai. Mommy janji."
Akankah Arlo selamat dari penyakitnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membawa Benih 30
Tidak seperti biasanya yang sangat bersemangat ketika bekerja, Aiden selama seharian itu sama sekali tidak fokus dengan pekerjaannya. Dia bahkan meninggalkan kelas dengan buru-buru setelah kelas berakhir.
PIkirannya kacau, hatinya tidak karuan. Intinya dia tengah merasakan banyak hal yang ia pikirkan tapi tidak tahu itu apa.
Haaah
Entah sudah berapa kali dalam seharian ini Aiden menghela nafasnya. Mungkin tanah bisa ambles karena dia melakukan itu terus menerus.
Dugh dugh
"Oh kau Hend, ada apa?"
"Tidak, hanya saja apa kau baik-baik saja?"
Aiden terdiam, dikata baik tapi saat dirinya sedang tidak baik. Dikata tidak baik, tapi dia sendiri kebingungan.
Seumur hidupnya baru sekarang Aiden tidak tahu dan tidak mengerti kenapa bisa merasa begini.
Hendrik yang melihat reaksi Aiden pun langsung paham. Tanpa Aiden memberi penjelasan, Hendrik sudah mengerti bahwa sepupunya itu tengah mengalami konflik bathin.
Dia mendapat cerita dari Lars perihal Aiden yang melakukan tes kecocokan organ tubuh dan juga tes DNA. Saat ini Aiden pasti sudah mengetahui terkait siapa Arlo.
Meski Hendrik merasa kesal juga dengan Aiden karena tak langsung bisa mengambil sikap saat Arlo dan Gryas masih di sini, namun dia tetap merasa kasihan melihat kondisi Aiden yang sekarang.
Namanya saudara, bagaimanapun juga Hendrik merasa iba dengan tatapan bingung dan wajah penuh dengan raut tidak menyenangkan dari Aiden.
"Arlo anak kamu bukan? Lalu sekarang apa yang akan kamu lakukan, Aiden?"
Diam, pria berusia 39 tahun itu hanya diam terpaku dan tidak mengeluarkan satu patah kata pun.
Fyuuuh
Hendrik membuang nafasnya panjang. Dia lalu mendorong tubuh Aiden untuk masuk ke dalam rumah. Malam mulai larut, udara dingin pun mulai menerjang. Meski sudah terbiasa dengan dinginnya udara malam, namun tetap saja jika terlalu lama berdiam diri di ruang terbuka akan membuat tubuh sakit.
Hendrik meminta Aiden untuk duduk. Dia pergi ke dapur membuatkan minuman hangat bagi Aiden. Sungguh pemandangan yang sangat langka di mata Hendrik melihat Aiden bak orang yang tidak memiliki semangat seperti ini.
Tak
"Minumlah dulu, basahi tenggorokanmu. Siapa tahu kepalamu juga akan ikut lebih segar juga setelah minum."
Aiden menurut saja tanpa menjawab ucapan Hendrik.
Srupuuut
Dia mulai meminum teh hangat yang disajikan oleh Hendrik. Siapa yang tuan rumah siapa yang melayani. Entahlah, bagi Hendrik dia tidak peduli yang demikian itu.
"Apa yang kau pikirkan sekarang, Aiden?"
"Aku tidak tahu, Hend. Aku sama sekali tidak bisa berpikir sekarang. Aku tidak tahu apa yang ada dalam pikiranku?"
"Semua karena kau telah tahu siapa Arlo bukan? Apa kau merasa bersalah terkait tindakanmu waktu itu? Apa kau merasa bersalah karena menolak untuk menolong anakmu bahkan sampai Gryas bersimpuh di depanmu? Wanita itu sampai melakukan semua itu di depan mata banyak orang hanya untuk menyelamatkan darah dagingmu."
Jleb
Bagai ditusuk belati yang sangat tajam. Kata-kata Hendrik menghujam hati dan jantung Aiden.
Aiden lalu mengusap wajahnya dengan kasar. Dia tentu ingat momen itu. Dia tentu sangat ingat bagaimana dengan datarnya dia menolak untuk membantu Arlo.
Hiks
Tangis Aiden pecah. Hendrik hanya bisa menatap pria itu dengan iba saja.
Yang namanya penyesalan pasti akan datang belakangan. Penyesalan akan selalu datang di setiap akhir setelah kita melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan.
Aaaaahh
tangis Aiden semakin keras dan lagi-lagi Hendrik hanya diam. Saat ini Aiden memang membutuhkan waktu untuk itu. Waktu untuk menyalahkan dirinya atas perbuatan yang ia lakukan.
"Apakah sudah lega?"
"Hmm ya, sudah Hend. Terimakasih."
"Aku tak melakukan apapun. Aku bahkan sedari tadi hanya diam di sini saja kok."
Satu jam berlalu, dan Aiden selesai dengan tangis penyesalannya. Sebenarnya tidak sepenuhnya selesai. Dia bahkan masih ingin menangis lebih kencang lagi sekarang. Tapi semua itu tak bisa dilakukannya. Semua rasa itu tertahan di tenggorokan.
"Penyesalan selalu datang belakangan. Dan cukup untuk itu, lalu sekarang apa yang akan kau lakukan hmmm? Tetap tutup mata, melepaskan anak dan wanita yang kau cintai itu. Atau, menemui mereka meminta maaf dan kembali menjalin hubungan. Aah aku tidak tahu juga apa keinginan hati mu Aiden. Kau ini memang ingin hidup sendiri seperti ini terus atau kau sebenarnya punya keinginan untuk memiliki keluarga."
"Hend, aku dulu bahkan akan menikah dengan Gryas. Aku tentu berpikir memiliki keluarga meski waktu itu aku yakin bahwa aku sulit memiliki anak."
"Jadi?"
Aiden terdiam lagi dan itu membuat Hendrik menjadi sangat gemas. Hendrik ingin Aiden langsung mengambil sikap dan tindakan untuk Arlo dan juga Gryas.
"Haaah, sekarang kamu mau apa dengan Arlo dan Gryas? Aiden, jangan sampai kamu menyesal ya nantinya karena masih sibuk dengan pemikiranmu itu. Di sana, di negaranya. Keluarga Gryas adalah keluarga yang terpandang. Dan kamu juga tahu bahwa Gryas adalah wanita yang cantik dan hebat, akan banyak pria yang datang mengantri untuk memilikinya. Jangan sampai tiba saatnya Gryas dan Arlo menjadi miliki pria lain. Jika saat itu tiba, kamu akan menyesal seumur hidupmu, Aiden"
Degh!
Mata Aiden membulat sempurna mendengar ucapan Hendrik. Apa yang dikatakan Hendrik tentu benar adanya.
Gryas adalah wanita yang memiliki kemapuan. Bukan hanya sekedar cantik wajahnya tapi juga cantik otak dan hatinya.
Aiden ingat betul, dulu di camp relawan, banyak mata pria yang tertuju kepada Gryas. Waktu itu ia mungkin tidak menyadari karena disibukkan dengan pekerjaan. Tapi setelah diingat-ingat memang benar bahwa banyak pria yang menyukai Gryas.
"Aku ... aku harus ke sana Hend. Aku harus menemui Gryas. Aku harus meminta maaf kepada Arlo dan Gryas."
Haaah
Hendrik membuang nafasnya kasar. Akhirnya si gila ini mengerti juga, seperti itulah yang ada dikepala Hendrik.
"Lalu pekerjaan mu?" tanta Hendrik. Dia sengaja bertanya demikian karena dirinya tahu bahwa Aiden adalah orang yang gila kerja.
"Aku akan mengurusnya itu. Aku tidak akan kekurangan uang meski hanya tidak bekerja satu dua tahun saja. Jadi tidak jadi soal."
Hendrik menerbitkan sebuah senyuman. Dia sebenarnya sangat paham bahwa Aiden begitu mencintai Gryas. Hanya saja pria itu memang perlu diberi syok terapi untuk bisa semakin bisa mengambil sikap.
"Bagus, jika kamu sudah memiliki keputusan. Aiden, lakukan secepatnya sebelum semuanya terlambat. Mereka sudah lepas dari tanganmu. Dan mungkin akan sulit untuk kembali memegangnya. Berjuanglah jika memang kamu memiliki keinginan untuk kembali merengkuh mereka."
Aiden menganggukkan kepalanya. Memang benar bahwa semua yang pernah ia lakukan adalah sebuah kesalahan, dan menyesal merupakan sesuatu yang saat ini dia rasakan. Aiden ingin penyesalan ini sampai kepada Gryas dan juga Arlo.
"Aku akan menemui mu Gryas. Ayah, haaah aku malu mengatakan ini. Tapi sekarang aku pun ingin dipanggil begitu."
TBC
jalanmu menuju gryas dan arlo tidak akan mudah 🤣🤣
selamat berjuang Aiden
Berjuanglah untuk membuat Gryas kembali kepadamu
nyeselkan /Facepalm/. selamat berusaha mendapatkan gelar Daddy n hubby... pasti susah .. /Proud/
meluluhkan hati camer n cakapar