Demi menjauhi pernikahan yang diinginkan oleh papanya, Adilla Atmadja, biasa dipanggil dengan sebutan Dilla pun memilih jalan pintas, yakni dengan melakukan hubungan satu malam bersama pria yang tidak dia kenal sebelumnya, hanya demi bisa mendapatkan bibit yang paling unggul untuk menjadi penerus keluarga Atmadja nantinya dari orang tersebut. Di mana ternyata pria itu merupakan seorang CEO perusahaan ternama yang tengah menyamar menjadi orang biasa.
Bagaimana nasib Dilla nantinya? Baca terus kisahnya hanya di karyaku yang ke-11 ini. Terkmakasih^^
Fb : Lee Yuta
IG : lee_yuta9
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 5. Apa Wanita Panggilan?
Seorang pria yang saat ini berada di depan Dilla tampak terkejut dengan permintaan wanita yang baru ia temui ini. Cukup gila menurutnya.
“Apa Nona mabuk?” tanya pria itu yang masih menunjukkan rasa sopannya. Walaupun mendapat permintaan yang sangat tidak sopan barusan.
Dilla menggelengkan kepalanya dengan sangat mantap. Ingin memberitahukan kalau dirinya tidaklah mabuk. Walupun meneguk alcohol lumayan banyak, namun kesadaran wanita itu masih bisa di kendalikan. Dila merupakan wanita yang kuat minum.
“Tidak, Tampan. Aku sangat sadar dengan apa yang sudah aku ucapkan,” tegas Dila.
Tangan wanita itu terangkat lalu membelai rahang pria yang dia temui di pinggir jalan dengan penampilan pria yang tampak biasa saja.
Namun, yang menjadi pertimbangan Dila sedari awal melihatnya bukanlah dari cara berpakaiannya. Melainkan wajah dan postur tubuh pria itu yang sangat prefect di mata Dilla. Di tambah lagi pria itu tampak seperti pria baik-baik. dalam artian tidak seperti pria yang sering kali Dila temui selama ini.
Pria itu menatap bingung. “Anda sudah sangat mabuk, Nona. Mari saya carikan taxi kalau begitu.”
Pria itu merutuki dirinya, kenapa juga melintas di tempat seperti ini. sehingga bertemu dengan wanita macam yang ada di depannya sekarang. Bicaranya saja sudah sangat melantur, namun masih berkilah tidak mabuk. Padahal aroma alcohol begitu menyengat dari arah wanita itu.
Sementara itu Dilla mengerjapkan matanya beberapa, membenarkan posisi berdirinya dengan benar. Lalu menatap serius ke arah pria yang ada di depannya.
“Aku benar-benar serius, Tuan,” kali ini Dilla memanggil pria itu dengan sebutan yang sopan. Membuat pria yang ada di depannya pun menghentikan langkahnya dan kini menatap ke arah Dilla.
Pria itu menyipitkan matanya, sedikit ragu namun tidak bisa membiarkan wanita ini berkeliaran sendiri. Takut-takut kalau bertemu dengan pria yang tidak jelas. Terlebih lagi lingkungan yang ada di sekitar mereka sekarang ini merupakan llingkungan yang tidak benar. Apapun bisa di anggap biasa.
“Kita pindah tempat dulu, Nona. Biar tidak menghalangi orang lewat. Lagian di sini bahaya dengan pakaian anda yang seperti ini,” ujar pria itu mengajak Dilla ke tempat yang lebih layak untuk berbicara.
Dilla tidak keberatan sama sekali. Justru wanita itu menurut saja. sikapnya yang seperti ini sudah seperti ****** yang mau mau saja di bungkus dan di bawa ke hotel.
Jika Amira tahu, mungkin dirinya bakalan mendapat ceramah tujuh hari tujuh malam.
‘Bodo amat lah. Yang penting aku nggak di suruh suruh nikah lagi sama Papa nantinya.’ Ucap Dilla di dalam hati.
Sementara pria itu mengajak Dilla di sebuah tongkrongan kopi yang tidak jauh dari sana. setelah mereka mendapat tempat duduk, pria itu melepas jaket yang dia kenakan dan memberikannya kepada wanita yang ada di depannya.
“Lebih baik tutupi tubuh anda dengan ini,” ucapnya seraya memberikan jaketnya kepada Dilla.
Dilla menggeleng. Menolak keras apa yang di tawarkan oleh pria itu.
“Nggak. Aku lebih suka berpakaian seperti ini. Lagian bukan ini masalahnya,” ujar Dilla.
Pria itu mengernyit heran. Dia baru menenui wanita modelan seperti ini. ‘Apa dia seorang wanita panggilan?’ gumam pria itu di dalam hati. Tidak berani bertanya secara langsung, karena takut perkataannya menyinggung perasaan wanita itu.
“Kamu butuh uang, bukan?” tanya Dilla secara tiba-tiba yang cukup mengejutkan pria di hadapannya.
Lalu Dilla menelisik penampilan pria yang ada di depannya. Jika di lihat dari penampilannya memang orang itu seperti orang yang butuh uang. Walaupun sebenarnya dia sangat tampan dan postur tubuhnya sesuai idaman Dilla banget. Sudah pasti bibitnya nanti akan jadi bibit uggul. Begitulah kiranya yang ada dalam pikiran Dilla saat ini.
“Saya memang butuh uang, tetapi tidak akan melakukan apa yang seperti Nona minta,” jawab pria itu. “Jika Nona sedang punya masalah, lebih baik di cari solusi yang tepat. Jangan seperti ini.” lanjutnya lagi seraya mengingatkan Dilla.
Dilla menggeleng. “Nggak. Solusi ini sudah sangat tepat, dan kamu tidak akan mengerti masalah apa yang sedang aku hadapi. Yang terpenting sekarang, hamilin aku.” Tegas Dilla lagi dengan tatapan yang sangat serius.
orang lain menjaga keperawanan.
ini malah ngasih gratis