Masa putih abu-abu adalah masa paling indah setiap remaja begitu pula yang dialami Bunga. Cinta yang membara dan menggebu serta pengaruh darah muda yang bergejolak membuatnya dan sang kekasih terhanyut dalam pusaran dosa manis yang akhirnya membuat hidupnya penuh luka.
Bunga hamil. Kekasihnya pergi. Keluarga kecewa dan membenci lalu mengusirnya. Terlunta-lunta di jalanan. Kelaparan. Dicaci maki. Semua duka dan luka ia hadapi seorang diri. Ingin menyerah, tapi ia sadar, dosanya sudah terlampau banyak. Ia tak mungkin mengabaikan permata indah yang telah tumbuh di rahimnya. Tapi sampai kapankah ia sanggup bertahan sedangkan semesta sepertinya telah terlampaui jijik kepadanya?
Inilah kisah Bunga dan lukanya.
Jangan lupa tap love, like, komen, vote, dan hadiahnya ya biar othor makin semangat update!
Bacanya jangan skip, please! Jangan boom like juga! soalnya bisa menurunkan kualitas karya di NT! Terima kasih. 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. V Maafkan mama
'Dasar anak kurang ajar! Bikin malu! Mati saja kau biadab!'
Plakkk ...
Plakkk ...
Plakkk ...
'Aaaaarh ... ampun, yah! Ampuni Bunga, yah! Bunga mohon ampun, yah! Sakit yah!'
'Ampun katamu, hah! Kau memang anak tak tahu diri. Tega sekali kau melempar kotoran ke muka kami. Kami mengajar dan mendidik mu agar jadi wanita terhormat, tapi kau malah melakukan perbuatan menjijikkan sampai hamil di luar nikah. Dimana otakmu hah? Kau disekolahkan untuk menjadikanmu wanita berilmu, bukan untuk menjadi *wanita murahan.'
Cletak ...
Cletak ...
Cletakkk ...
'Sudah yah, kasian Bunga yah! Dia bisa mati kalau ayah sabet terus pakai ikat pinggang ayah. Ayah lihat, tubuhnya sudah berdarah-darah, kasihan Bunga yah, jangan sakiti Bunga lagi.'
'Ibu nggak usah bela anak kurang ajar ini. Apa kata orang kalau tahu anak ini hamil di luar nikah? Malu Bu, ayah malu. Cepat katakan siapa laki-laki kurang ajar itu! Cepat katakan!'
'Bunga, cepat katakan sama ayah, nak! Biar dia bertanggung jawab.'
'Jadi kau masih ingin tetap diam! Oh atau jangan-jangan laki-laki yang menidurimu itu bukan hanya satu karena itu kami tidak tahu laki-laki mana yang menghamilimu?'
'Cepat bereskan barang-barangmu dan segera angkat kaki dari rumah ini dan jangan pernah menginjakkan kaki di rumah ini lagi! Pergi!!!'
'Bu, kak, tolong Bunga, Bunga nggak mau pergi!'
'Pergi kataku! Apa kau tuli hah anak kurang ajar! Cepat pergi dari sini sebelum aku menyeretmu ke jalanan! Pergi!!!'
"Ma, bangun, ma! Mama bangun! Hiks ... hiks ... hiks ... "
"Eeeunghh ... hah hah hah ... "
"Ma ... "
"Putri ... " Bunga membelalakkan matanya dengan nafas terengah saat melihat sang putri tengah menangis tersedu di sisinya. "Putri kenapa nangis, hm?" tanya Bunga seraya menghapus bulir-bulir bening yang mengalir di pipi Putri. Ya, Putri merupakan anak Bunga. Putri kini sudah berusia 5 tahun.
"Mama mimpi lagi ya? Putri takut, ma. Mama nangis dalam mimpi. Kenapa mama nangis terus dalam mimpi? Siapa yang marahin mama?" lirih Putri. Kini mereka bergantian, Putri lah yang menghapus sisa-sisa air mata yang berada di pelupuk mata Bunga.
Bunga membulatkan matanya, ia baru ingat, ternyata lagi-lagi mimpi itu mendatangi malam-malamnya. Semenjak peristiwa pengusiran yang dialaminya 6 tahun yang lalu, hampir setiap malam dirinya mengalami mimpi mencekam. Peristiwa pengusiran itu menjadi momok menakutkan yang mengendap dalam pikiran dan batin terdalamnya.
Entah sampai kapan mimpi buruk itu akan pergi, Bunga pun tak tahu. Ia sudah mencoba melupakan, namun tak pernah berhasil. Walaupun tidak setiap hari datang, tapi hampir setiap bulan, bahkan bisa 2 sampai 3 kali dalam seminggu, mimpi itu merecoki tidur lelah dan lelapnya. Tak tahukah engkau wahai mimpi, Bunga pun butuh tidur. Ia butuh istirahat setelah sepanjang hari berjuang mencari pundi-pundi rupiah demi membahagiakan sang anak. Seandainya saja tak ada anaknya, mungkin sejak lama ia telah menyerah dengan kehidupan yang menyakitkan ini.
"Nggak ada yang marahin mama kok. Mama bukan mimpi di marahi, tapi mimpi dikejar-kejar hantu. Hantunya serem banget soalnya," kilah Bunga. Tak mungkin ia berkata jujur kalau ia mimpi dipukuli kakeknya lalu diusir dari rumah karena mengandung dirinya.
"Oh, pantes mama minta ampun! Waktu itu mama mimpi dikejar anjing. Sekarang mimpi dikejar hantu. Besok kalau mama mimpi lagi jangan lari ma. Kata Bu ustadzah, kalau ketemu hantu itu harus baca doa, bukannya ketakutan," ujar gadis kecil dengan nama panjang Putri Buana Wiryatama itu.
"Oh ya! Putri tahu nggak doanya? Ajarin mama dong biar kalau hantunya datangi mimpi mama lagi mama bisa bacain doa biar hantunya minggat," seloroh Bunga dengan memasang wajah antusias. Senang rasanya melihat ekspresi polos dan lucu putri kecilnya itu. Padahal jarum jam masih menunjukkan pukul 3 fajar, tapi matanya sudah tidak mengantuk lagi.
Putri tampak berpikir, "tempo hari Putri pernah nonton di TV baca doa ini ma, Allahumma baarik lanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa 'adzaa bannaar. Aamiin," Putri membacakan doa seraya menengadahkan kedua telapak tangannya ke atas.
Terang saja, setelah mendengar putrinya membacakan doa yang sebenarnya doa makan membuatnya tergelak kencang.
"Mama kok ketawa? Memang doanya salah ya ma?" tanya Putri polos.
"Putri tau itu doa apa?"
"Tahu, doa makan."
"Nah, terus kenapa pas ketemu hantu malah baca doa itu?"
"Biar hantunya takut ma, takut dimakan. Putri nontonnya gitu, hantunya beneran ketakutan ma sampai jatuh guling-guling, takut dimakan hantunya. Jadi kalau mama mimpi dikejar hantu lagi, baca aja doa makan ma, pasti hantunya takut terus langsung lari," ucap Putri penuh semangat membuat Bunga sampai tertawa terpingkal-pingkal.
"Haduh, perut mama sampai sakit. Kamu lucu banget sih sayang. Yuk tidur lagi, kan entar pagi Putri harus sekolah. Jangan sampai kesiangan!" tukas Bunga seraya mengusap surai panjang Putri yang hitam berkilau juga lurus.
"Iya, ma. Putri juga masih ngantuk. Jangan lupa baca doanya ya ma!"
"Iya, iya, ayo, Putri yang pimpin doa!"
"Bismillahirrahmanirrahim, Bismika allahumma ahyaa wa bismika amuut. Aamiin."
...***...
"Kak, pulsanya yang 10 ribu dong."
"Pulsa apa dek?"
"Pulsa Indosat kak,"
"Tulis nomornya di sini ya dek!" ujar Bunga seraya menyerahkan sebuah buku kepada pembeli.
"Udah kak."
Setelah melihat deretan angka yang tertulis di dalam buku, Bunga pun mulai mengisikan pulsa sesuai nominal yang diinginkan pembeli.
"Udah ya dek."
"Berapa kak?"
"12 ribu dek."
"Ini uangnya kak. Makasih kak."
"Sama-sama," sahut Bunga seraya mengulas senyum manis.
"Mbak, kuota Smartfren unlimited 1 bulan ada?"
"Mau yang inject atau voucher?"
"Inject aja deh mbak biar nggak repot."
"Silahkan tulis nomornya di sini!"
Dan seperti tadi, Bunga pun mulai mengisikan kuota sesuai pesanan.
2 tahun ini, Bunga bekerja menjaga konter pulsa. Konter itu tidak terlalu besar karena hanya melayani pembelian pulsa, kuota, token listrik, juga berbagai macam pembayaran seperti membayar listrik, PDAM, top up saldo, dan beberapa tagihan lainnya.
Bunga tidak hanya mengandalkan satu mata pencaharian saja. Sembari menjaga konter, ia pun mulai belajar menulis novel di di aplikasi. Walaupun tulisannya belum banyak pembaca, Bunga tak pernah menyerah, semua demi memenuhi kebutuhan sang putri tercinta. Belum lagi ia harus membayar kontrakan yang baru satu tahun ini ditempatinya. Memiliki anak tanpa suami, membuatnya sering mendapatkan cemoohan dan tudingan-tudingan tak mengenakkan. Alhasil, selama 6 tahun ini ia kerap berpindah kesana kemari. Namun Bunga berharap, kali ini ia tak harus pindah lagi. Kasihan Putri pikirnya. Apalagi kini Putri telah memasuki taman kanak-kanak. Tidak mungkin ia harus terus berpindah kesana kemari. Ia tak ingin putri semata wayangnya itu kebingungan karena terus berpindah tempat tinggal.
Selain menjaga konter dan menulis novel, Bunga juga menerima upahan cuci gosok dari beberapa tetangganya. Kebutuhan zaman sekarang itu serba banyak dan mahal. Tidak mungkin ia hanya mengandalkan gaji menjaga konter yang tak seberapa. Gaji novelnya pun tidak bisa setiap bulan diambil karena penarikan gaji memiliki batas minimum. Alhasil, bila pendapatan belum mencapai batas minimum karena sepinya pembaca, ia jadi harus menunda penarikan. Dan dari hasil upah cuci gosoklah ia dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari karena pembayarannya dengan sistem mingguan. Sedangkan gaji menjaga konter dan menulis novel untuk biaya sewa kontrakan dan biaya sekolah Putri.
"Assalamu'alaikum, ma," seru Putri saat telah berdiri di depan konter.
Bunga pun mengulas senyum lebar dan merentangkan kedua tangannya untuk menyambut sang putri ke dalam pelukannya.
"Wa'alaikum salam princess nya mama," balas Bunga sumringah.
"Ma, gambar Putri dapat nilai A+ lho! Nih lihat, bagus kan ma!" seru Putri dengan mata berbinar cerah.
"Memang Putri gambar apa?" tanya Bunga.
"Ini, ma, bagus kan!" ujar Putri seraya menyodorkan buku gambarnya.
Seketika nafas Bunga tercekat saat melihat gambar sang putri. Gambarnya memang sangat bagus, tapi yang menjadi fantasi gambar Putri lah yang membuat hatinya merasa miris.
"Ini gambar mama, yang di tengah-tengah ini Putri, terus yang ini papa," ujarnya bercerita dengan sorot mata mendamba juga merindu.
Hati Bunga hanya bisa meringis perih menyaksikan sang putri yang begitu merindukan sosok ayahnya di sampingnya.
'Maafkan mama nak yang tidak bisa memberikan keluarga yang sempurna pada dirimu,' lirih Bunga berkaca-kaca.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
tapi yg bikin seneng tetep hepi ending.makasih thor ud kasih bacaan yg bagus.terus semangat berkarya...♥️♥️