Bagaimana jadinya seorang anak pelakor harus tinggal bersama dengan ibu tiri yang merupakan istri pertama dari ayahnya.
Alma selalu mengalami perbuatan yang tidak mengenakkan baik dalam fisik maupun mental, sedari kecil anak itu hidup di bawah tekanan dari ibu tirinya.
Akan tetapi Alma yang sudah remaja mulai memahami perbuatan ibu tirinya itu, mungkin dengan cara ini dia bisa puas melampiaskan kekesalannya terhadap ibunya yang sudah meninggal sedari Alma berusia 4 tahu.
Akankah Alma bisa meluluhkan dan menyadarkan hati ibu tirinya itu??
temukan jawabannya hanya di Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keraguan Zaidan.
Sintia nampak tersenyum licik, wanita paruh baya itu mulai meracuni pikiran anak kecil itu dengan bumbu-bumbu kebohongan yang sudah direncanakan.
"Sayang, kamu harus hati-hati ya, Mama kamu itu, ya sudah kalau begitu Nenek pergi dulu ya, takut di cariin Om Shaka, karena dia masih sakit akibat perbuatan Papa kamu Nak," ujar Sintia penuh dengan racun.
Zaidan hanya menatap kepergian wanita paruh baya itu yang semakin jauh dari pandangannya, setelah itu langkahnya terasa berat untuk mengikuti pelajaran di kelasnya.
Pagi yang begitu ceria dengan teman-teman yang sibuk bergerak bebas ke sana kemari, seharusnya hati anak itu merasa tenang, akan tetapi racun yang sudah merasuk ke dalam pikirannya teramat mengganggu hingga anak sekecil itu tidak bisa fokus, untuk berhamburan dengan yang lainnya.
"Aku ... tidak mau pisah dengan Mama Alma karena ia sudah baik denganku. Tapi kata-kata Nenek tadi ....," bocah itu terlihat seperti lingkung bingung harus memilih yang mana.
Saat ini guru mulai menerangkan pelajarannya dihadapan anak-anak didiknya, akan tetapi pandangan guru Agnes fokus terhadap satu muridnya yang tidak seperti biasanya.
"Zaidan ayo gerakkan tubuhmu sambil bernyanyi seperti teman yang lainnya," ucap Miss Agnes.
Bocah itu terkesiap matanya sedikit melotot, terkejut mendengar teguran dari guru yang ada dihadapannya, hingga reflek tangannya mulai mengikuti gerakan teman-teman lainnya.
Miss Agnes masih memperhatikan gerakan Zaidan yang nampak kaku seperti terpaksa, bahkan sedari tadi ia mulai memperhatikan tatapan kosong anak itu seperti menahan beban berat.
'Sepertinya anak itu sedang tertekan apa yang membuatnya seperti itu,' batin Miss Agnes.
Setalah satu jam lamanya pelajaran sudah selesai diam-diam Miss Agnes mulai mengiringi chat kepada ibunya Zaidan dan langsung menceritakan kejadian tadi siang di dalam kelasnya.
☘️☘️☘️☘️☘️
Sementara Alma begitu terkejut menerima pesan dari Miss Agnes, padahal sedari tadi anaknya Zaidan baik-baik saja. "Ada yang tidak beres ini, masak Zaidan yang tadi pagi baik-baik saja, kenapa di sekolah dia mendadak murung," ucap Alma sendiri.
Saat ini Alma mulai menjemput Zaidan dengan di antar oleh supir, mobil yang dinaiki Alma mulai melaju dengan kecepatan sedang, di sepanjang perjalanan pikirannya tak menentu entah apa sepertinya ia merasa akan ada sesuatu yang akan menimpa dirinya.
'Astaga! Kenapa hatiku merasa tidak enak seperti ini,' batin Alma.
Mobil sudah sampai di depan gedung sekolah dengan langkah yang berat akhirnya Alma mencoba untuk menjemput sang anak yang saat ini sudah menunggunya di samping pos satpam.
Alma mulai menghampiri dan menyapa dengan senyum yang tulus. "Siang anak tampan," sapa Alma.
Sedang Zaidan anak itu hanya menatap nanar wajah Alma yang terlihat melontarkan senyuman hangat. Anak itu terlihat seperti ketakutan melihat wajah ibu sambungnya itu, bumbu-bumbu racun mulai memenuhi pikirannya, perkataan Sintia di pagi hari sulit di hilangkan begitu saja.
"Mama ... jahat," ucap anak itu.
Jantung Alma langsung berdetak tak karuan, ia terkejut mendengar ucapan sang anak yang langsung men-judge dirinya begitu saja tanpa ia tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Nak kau baik-baik saja?" tanya Alma dengan nada yang bergetar.
"Aku tidak mau bertemu Mama Alma lagi, Mama Alma sudah jahat sama Om Shaka dan Mama Karina, Mama tahu kan sekarang kalau mamaku sedang terluka dan harus di rawat itu semua gara-gara Mama!" murka anak itu dengan nafas yang memburuh.
Alma terkejut dadanya terasa naik turun mendengar ucapan yang terdengar begitu lantang dari mulut kecil itu, matanya membulat tangan mulai mencengkram ujung bajunya, seolah tidak percaya dengan kenyataan yang keluar dari mulut anak itu.
"Zaidan ... kamu tahu dari mana Nak, bahkan Mama sendiri tidak tahu apa-apa mengenai kabar Mama Karina," ucap Anika tercekat.
"Bohong ... semuanya gara-gara Mama masak Mama tidak tahu, Mama bohong Zaidan sebel sama Mama!" cetus anak itu.
Alma sontak terkejut, anak sekecil Zaidan bisa berbicara seperti itu mengenai masalah orang tua pantasan saja kata Miss-nya tadi Zaidan di sekolah murung.
"Sayang, Mama tidak tahu apa-apa mengenai berita mamamu, tapi kalau untuk berita Om Shaka Mama tahu karena Mama sendiri yang mengalaminya," jelas Alma.
Anak itu sedikit terdiam, sebenarnya hatinya tidak tega melihat wajah sendu Alma akan tetapi amarah masih menguasai semuanya.
"Sayang, lihat wajah Mama Alma coba kamu perhatikan baik-baik wajah Mama," ucap Alma sambil menggoyang bahu Zaidan.
Zaidan menatap dengan seksama banyak luka memar dan juga bekas cakaran tangan yang ada di area wajah.
"Wajah Mama memar dan banyak luka seperti cakaran tangan," sahutnya pelan lalu menundukkan wajahnya.
"Berarti Zaidan tahu kan kalau wajah mama terluka, dan itu bukan hanya di wajah saja, lihat lengan Mama dan bagian lutut Mama." Alma mulai memperlihatkan satu persatu luka yang ia alami dihadapan Zaidan.
Anak itu mulai bergidik ngeri melihat luka yang dialami oleh ibu sambungnya, lalu ia pun mulai memberanikan diri untuk bertanya.
"Mama ... stop, Zaidan takut melihat banyak luka memar, apa Mama tidak sakit merasakan itu semua Zaidan takut Ma," ucap Anak itu.
"Kamu takut, atau kamu mau tahu pelaku sebenarnya siapa?" tanya Alma agar Zaidan tidak memulainya dari sebelah pihak.
"Iya siapa yang sudah buat Mama seperti ini," sahut anak itu penasaran.
"Semua ini yang melakukan Om Shaka dan Mama Karina," sahut Alma.
Anak itu sulit untuk percaya bahkan dengan cepat Zaidan mulai menggelengkan kepalanya. "Tidak ... itu bukan perbuatan Om Shaka dan Mama, pasti Mama sedang berbohong," ucap Zaidan.
"Mama tidak berbohong Sayang, kau boleh percaya atau tidak yang penting Mama sudah bicara yang sejujurnya," sahut Alma.
Zaidan terdiam anak itu ragu, untuk mempercayai yang mana, bahkan dirinya sedikit menjaga jarak kepada Alma yang ia anggap sudah membuat ibu dan Om nya berbaring di rumah sakit.
Zaidan segera masuk ke mobil bersama dengan Alma, di sepanjang perjalanan anak itu hanya diam. Dan sengaja mendiamkan ibu sambungnya.
Sementara Alma wanita itu tidak mau diam saja diam-diam ia mulai mencari bukti, dengan perubahan sikap Zaidan yang tiba-tiba ini.
'Mama sudah terlalu menyayangimu Nak, akan Mama kumpulkan sebuah bukti yang nantinya akan membuka mata hatimu,' tekad Alma.
Sebenarnya ia tidak bermaksud menceritakan masalah ini kepada Zaidan akan tetapi ia juga tidak mau jika di tuduh jahat oleh seseorang padahal ia bukan pelakunya.
Bersambung ...
Selamat siang Kak ... jangan lupa like dan komen ya terima kasih.🥰🥰🥰🙏🙏🙏