Yuan Chen, seorang yatim-piatu yang hidup dilanda kemiskinan. Direndahkan, dikucilkan, dihina, dan diperlakukan tidak baik oleh semua orang, sudah menjadi makanan sehari-hari baginya.
Di dunia yang mengandalkan kekuatan sebagai hal utama, Yuan Chen tak mempunyai kesempatan untuk berlatih, ia selalu sibuk setiap harinya hanya untuk mencari sesuap nasi.
Namun, kehidupannya perlahan berubah, di saat takdir mempertemukannya dengan seorang Kakek tua yang memberinya Batu Hitam yang memberikannya kekuatan dan menjadikannya sangat kuat. Dan saat itulah Yuan Chen pun bangkit dari keterpurukannya dan memulai perjalanannya di dunia kultivasi yang kejam ini. Inilah kisah Yuan Chen, seorang pemuda yang berhasil menguasai Tiga Alam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon APRILAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35
"Tetua Chu! Anda serius ... menjadikan bocah ini sebagai murid anda?" tanya Hei Wang. Dia sangat begitu terkejut, bahkan saking terkejutnya, kedua bola matanya membola bulat di saat pandangannya tertuju kepada Tetua Chu Tian.
Bahkan Hei Xin tak kalah terkejutnya. Namun, ia hanya terdiam tanpa berkomentar apapun. Namun, siapa yang tidak ingin menjadi Murid Tetua Chu. Selain dia adalah seorang Tetua Sekte Pedang Surgawi, ia juga termasuk sebagai Sembilan Raja Pedang yang terkenal di Provinsi Sembilan Pedang ini. Walaupun Tetua Chu bukanlah seorang Ketua Sekte, tetapi reputasinya di Provinsi Sembilan Pedang melebihi Ketua Sekte Pedang Surgawi.
Selain itu, Tetua Chu, hanya memiliki satu murid sepanjang hidupnya. Namun, karena urusan keluarga, orang itu memutuskan untuk meninggalkan Sekte Pedang Surgawi, dan memilih untuk mengabdikan hidupnya demi keluarganya.
Orang itu adalah Kun Peng— 25 tahun, seorang praktisi yang telah berada pada tingkatan ranah Kaisar Tempur bintang sembilan.
Saat itu, Tetua Chu kembali tersenyum sembari memandang Hei Wang.
"Anak ini ... adalah anak dari anak Perempuanku! Aku sebagai kakeknya tentu harus memberikan pelajaran terbaik untuk cucuku sendiri." ujar Tetua Chu.
Tetapi itu membuat Yuan Chen, Hei Wang, dan juga Hei Xin terkejut bukan main.
"Apa ...!?" kata Yuan Chen dengan sangat begitu terkejut.
"Tetua Chu! Apa anda serius?" tanya Hei Xin.
Namun, Tetua Chu pun menghela nafas panjangnya sebelum ia berbicara.
"Ceritanya sangat panjang!" kata tetua Chu, pandangannya pun segera mengarah kepada Hei Xin, "Tuan muda Hei Xin! Sebaiknya, anda kembali pada tugas anda, aku akan membawa Yuan Chen pergi bersamaku." sambungnya, berbicara dengan nada yang ramah.
Saat itu, menggunakan teknik khusus, Tetua Chu membawa pergi Yuan Chen. Mereka tiba-tiba menghilang dari pandangan Hei Xin dan juga Hei Wang.
Hingga Yuan Chen pun tiba di satu tempat yang sangat begitu tenang, suara air mengalir terjatuh membentur bebatuan, Yuan Chen berdiri di atas tanah coklat yang terbentang luas, menikmati pemandangan yang sangat tenang di depannya. Burung-burung kecil berkicau riang, suara mereka yang merdu memenuhi udara. Di kejauhan, suara air mengalir terjatuh membentur bebatuan, menciptakan irama alam yang sangat menenangkan. Angin berhembus kencang, membawa rasa sejuk yang menyegarkan pada setiap terpaan menerpa kulit.
Yuan Chen melihat ke depan, dan tanah coklat itu terbentang luas hingga ke tebing bebatuan yang menjulang tinggi. Namun, di beberapa bagian permukaan tanah itu, terdapat rumput-rumput hijau yang tumbuh dengan baik, memberikan warna yang kontras dengan tanah coklat yang kering.
Di belakang Yuan Chen berdiri, terdapat sebuah rumah kayu yang sederhana, dengan atap genteng merah gelap yang terpasang rapi. Kayu-kayu di cat berwarna kecoklatan, memberikan kesan hangat dan ramah. Di belakang rumah, hutan bambu kuning menjulang tinggi, daun-daun bambu yang bergoyang-goyang ditiup angin menambah kesan alami dan damai.
Yuan Chen melangkah lebih dekat ke rumah, dan melihat ke arah hutan bambu. Di sana, sungai kecil yang jernih mengalir dengan lembut, sebelum terjatuh pada tebing bebatuan di kejauhan. Suara air yang jatuh itu menciptakan musik alam yang sangat indah, membuat Yuan Chen merasa sangat tenang dan damai.
Yuan Chen pun kembali berdiri di depan rumah kayu itu, menikmati keindahan alam sekitar. Ia merasa sangat santai, seolah-olah semua masalah dan kekhawatiran yang ia miliki telah hilang. Yuan Chen mengambil napas dalam-dalam, menikmati udara segar yang dipenuhi dengan aroma bunga dan tanah yang lembab. Ini adalah tempat yang sempurna untuk melupakan masalah dan menikmati keindahan alam.
Yuan Chen berdiri menikmati angin sejuk yang membelai kulitnya, merasakan keheningan dan kedamaian yang memenuhi tempat ini. Tiba-tiba, dia mendengar suara langkah kaki yang lembut mendekat. Yuan Chen menoleh ke samping, dan melihat Tetua Chu Tian berjalan menghampiri dengan senyum ramah di wajahnya.
"Apa kamu suka dengan tempat ini?" tanya Tetua Chu Tian dengan nada yang hangat dan ramah, matanya yang bijak menatap Yuan Chen dengan penuh perhatian.
Yuan Chen tersenyum, menikmati keindahan alam sekitar sebelum menjawab. "Sangat indah, Tetua Chu," dia menjawab dengan tulus, "Tempat ini memiliki keheningan dan kedamaian yang sangat langka. Saya merasa sangat tenang dan damai di sini."
Tetua Chu Tian tersenyum, seolah-olah puas dengan jawaban Yuan Chen. "Aku senang kamu menyukainya, Yuan Chen," katanya, "Tempat ini memang memiliki energi yang unik. Aku telah berada ditempat ini cukup lama, dan setiap kali aku merasa sangat tenang dan damai."
"Oh, ya, Yuan Chen! Kamu harus membiasakan diri untuk memanggilku dengan sebutan Kakek!" ujar Tetua Chu.
Yuan Chen tersenyum lembut, angin sejuk yang berhembus di sekitarnya seolah-olah membawa rasa nyaman dan keakraban. "Baiklah, Kakek," katanya dengan nada yang hangat dan hormat, mencoba membiasakan diri dengan sebutan baru itu. "Saya akan ingat, Kakek." Matanya yang tajam menatap Tetua Chu Tian dengan penuh rasa hormat dan ingin tahu, seolah-olah menunggu petunjuk atau wejangan lebih lanjut dari sang tetua.
Tetua Chu Tian tersenyum, mata yang bijak dan penuh pengalaman memandang Yuan Chen dengan rasa puas. "Bagus, anak muda," katanya dengan nada yang lembut, "Aku percaya kamu akan menjadi seseorang yang luar biasa." Suara Tetua Chu Tian yang lembut dan bijak seolah-olah membawa ketenangan dan kepercayaan diri kepada Yuan Chen.
Lalu, Yuan Chen pun kembali menatap Tetua Chu Tian dengan tatapan yang sangat serius. Kemudian Yuan Chen pun bertanya kepadanya, "Apakah anda benar-benar kakakku?" tanya Yuan Chen.
seru Thor
mau menghayati ceritanya tinggal nunggu next upnya aj😂
lalu dan selalu putus tengah jalan gini kok dipertahankan editornya kl gak niat cr duit tinggalkan jdpengatang gak py etitutblaaa