NovelToon NovelToon
KAMU DAN WASIAT YANG KAU GENGGAM

KAMU DAN WASIAT YANG KAU GENGGAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami
Popularitas:9.1k
Nilai: 5
Nama Author: 𝐈𝐩𝐞𝐫'𝐒

"Tolong mas, jelaskan padaku tentang apa yang kamu lakukan tadi pada Sophi!" Renata berdiri menatap Fauzan dengan sorot dingin dan menuntut. Dadanya bergemuruh ngilu, saat sekelebat bayangan suaminya yang tengah memeluk Sophi dari belakang dengan mesra kembali menari-nari di kepalanya.

"Baiklah kalau tidak mau bicara, biar aku saja yang mencari tahu dengan caraku sendiri!" Seru Renata dengan sorot mata dingin. Keterdiaman Fauzan adalah sebuah jawaban, kalau antara suaminya dengan Sophia ada sesuatu yang telah terjadi tanpa sepengetahuannya.

Apa yang telah terjadi antara Fauzan dan Sophia?

Ikuti kisahnya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝐈𝐩𝐞𝐫'𝐒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 2

Setelah menempuh perjalanan hampir tiga jam, Fauzan sampai di sebuah rumah sakit tempat dimana Fajar dirawat. Pria itu langsung memasuki ruang rawat sang adik yang sudah dikonfirmasikan sebelumnya oleh sang ibu.

"Assalamualaikum. Bu, pak!" Ucapnya seraya menghampiri kedua orang tua yang tengah duduk disamping ranjang pasien. Fauzan mencium punggung tangan kedua orang tuanya bergantian. Kemudian ia menghampiri Fajar yang terbaring lemah dengan wajah yang memucat. "Kamu pasti bisa! semangat dek, Azka dan Azkia tengah menunggumu." Fauzan memeluk Fajar, sepasang kakak beradik itu menangis dalam diam menumpahkan rasa takut yang memenuhi relung hati keduanya.

"Sedari subuh dia mencarimu terus Zan." Ucap Kartika pelan, tatapannya berpusat pada dua sosok putranya yang tengah berpelukan dengan kondisi yang berbeda.

"Mas," Lirih Fajar saat Fauzan perlahan melepaskan pelukannya. Pria itu menatap sang kakak dengan sorot penuh harap.

"Katakan! mau apa? atau mau ikut ke Jakarta saja berobat di sana? ayo kalau mau! nanti siang, besok atau lusa kita berangkat. Mas kapan pun siap yang penting kamu kuat di jalannya." Seru Fauzan antusias, berusaha membangkitkan semangat sang adik satu-satunya. Mereka hanya dua bersaudara, sebab itulah Fauzan begitu menyayangi Fajar. Apapun yang diinginkan sang adik maka ia akan mengabulkannya.

Mendengar ajakan sang kakak, Fajar menggeleng lemah. Pria itu beralih menggenggam tangan Fauzan. "Mas, a-ku su-dah le-lah. Ma-af se-la-ma i-ni se-la-lu me-re-pot-kan mas dan mbak Rena." Ucapnya terbata dengan napas yang mulai tersengal seperti habis melewati tanjakan.

"Jangan berbicara seperti itu! kamu adik mas satu-satunya. Apapun yang kamu minta dan bisa membuat kamu kembali sembuh akan mas lakukan selama mas mampu. Sekarang fokus pada kesehatanmu, bilang mau apa atau berobat dimana? mas akan usahakan." Ucap Fauzan sedikit menaikan nada bicaranya, ia kesal melihat sang adik yang seakan menyerah padahal masih muda dan ada bayi kembar yang masih sangat  membutuhkan sosok Fajar sebagai ayahnya.

Sedangkan di sisi ranjang sebelahnya, Kartika mulai menangis mendengar ucapan Fajar. Meskipun pelan dan terbata, namun ia masih bisa mendengarnya dengan jelas. Mengerti maksud dari semua yang diucapkan putra bungsunya itu.

"Ma-ss, ti-tip si kem-bar d d-dan Sop-phie. Sa-ya-ngi mer re-ka se-per-ti a-nak ma-ss ssen-di-ri. Kas-sih-han ib-bu d-ddan bap-pak sud-dah tu-a. Tol-long ya ma-ss."

Fauzan tersentak saat merasakan genggaman tangan Fajar melemah. Ia menatap wajah sang adik, dadanya semakin tersengal dengan bibir yang terus bergumam seolah tengah mengatakan sesuatu. Melihat itu, Fauzan perlahan melepaskan tangan Fajar kemudian menekan tombol darurat untuk memanggil dokter.

"Bu, pak!" Seru Fauzan pada kedua orang tuanya yang sontak berdiri saat melihat keadaan Fajar yang terlihat seperti mendengkur dengan bibir yang bergumam.

Melihat itu pak Ikram segera mendekap kepala Fajar, membisikkan do'a disamping telinga sang putra. Air matanya yang sedari tadi sudah mengembun sudah hampir membobol pertahanannya. Namun sekuat tenaga ia berusaha menahannya.

Sebagai orang tua yang sudah berpengalaman, ia tahu kondisi apa yang tengah dialami putranya saat ini. Sehingga ia pun perlahan menuntun Fajar mengucapkan kalimat yang membuat Kartika semakin terisak.

"Bu, sebaiknya kita telpon Sophie suruh kesini sekarang juga! si kembar biar dijagain bi Nining." Fauzan merogoh ponsel dari saku celananya kemudian menghubungi Sophia dan meminta adik iparnya itu untuk segera datang ke rumah sakit saat ini juga.

Pintu ruangan terbuka, masuk dua orang dokter bersama beberapa orang perawat yang langsung mengelilingi Fajar dengan beberapa peralatan medis ditangan mereka.

"Pasien sebaiknya kita pindahkan ke ruang ICU, sekarang!" Ucap salah satu dokter yang berusia sekitar 40 tahunan tersebut. Namun dokter yang lebih tua menggelengkan kepalanya dengan cepat sambil terus menempelkan sebuah alat ke dada Fajar. Membuat Fauzan memejamkan mata, tidak tega melihat kondisi sang adik yang tengah berjuang.

Tit tit tiiiitttttt

Suara yang berasal dari monitor Elektrokardiogram terdengar bergerak cepat, diakhiri suara pekikan panjang dari arah benda tersebut membuat Fauzan beserta kedua orang tuanya terhenyak. Suara yang berasal dari benda berlayar tersebut memenuhi ruangan, meruntuhkan asa yang berusaha di tinggikan berharap ada keajaiban datang. Bersamaan dengan itu, pintu ruangan dibuka dari luar menampakkan sosok perempuan muda mengenakan jilbab pastel yang menutupi dadanya.

"Innalilahi Wa Innailaihi Raji'un" Lirih pak Ikram bergetar, menahan tangis. Dunianya seakan runtuh mendapati kenyataan, putra bungsunya kini sudah terbujur kaku dalam dekapannya.

"Mas Fajaarrrr......!" Jerit Sophia setelah sempat terpaku beberapa detik. Perempuan berusia 26 tahun itu menghambur kearah ranjang hendak memeluk jasad Fajar yang sudah terbujur. Namun segera dihalangi oleh Fauzan, tubuh Sophia ambruk di lantai. Menangis tergugu meratapi kepergian sang belahan jiwa yang belum sempat mendengar panggilan ayah dari kedua anak kembar mereka yang kini baru berusia 3 bulan.

"Mas! kenapa kamu menyerah? bagaimana aku dengan si kembar, hiks!" Ratapnya pilu, tak bisa membayangkan bagaimana kehidupannya kedepan tanpa sosok suami. Sedangkan kedua anak kembarnya yang masih bayi belum mengerti apa-apa tentang semua yang terjadi saat ini. Terlebih sosok ayah yang selama ini begitu mencintai mereka telah pergi untuk selama-lamanya di saat mereka berusia tiga bulan.

"Sabar sayang, yang tabah, ikhlaskan! kalian masih ada ibu, bapak dan Fauzan yang akan menyayangi dan merawatmu beserta si kembar." Ucap Kartika disela tangisnya, ia memeluk Sophia dengan erat. Berusaha menegarkan diri untuk menguatkan Sophia.

"Maaf bapak, ibu! jenazah harus segera dipindahkan ke ruang jenazah, supaya bisa diurus secepatnya." Ucap salah satu perawat laki-laki yang baru saja masuk membawa brankar.

"Mas Fauzan, tolong! aku ingin menemui mas Fajar dulu." Seru Sophia disela tangisnya. Perempuan itu berusaha sekuat tenaga bangkit dibantu oleh Kartika.

"Baiklah, tapi jangan nangis. Kasihan kalau sampai almarhum kena air matamu, dia akan berat." Ucap Fauzan lirih seraya menuntun tangan Sophia mendekat kearah Fajar yang sudah ditutupi kain oleh perawat setelah melepas semua alat yang terpasang ditubuh almarhum.

"Kamu menyayanginya?" Tanya Fauzan yang langsung dijawab anggukan Sophia.

"Kalau kamu menyayanginya ikhlaskan dia, supaya tenang." Tambahnya lagi sembari mengusap punggung sang adik ipar yang tengah diapit oleh ibunya. Fauzan berusaha tegar meski sebenarnya hatinya hancur dengan kepergian Fajar di usia yang masih sangat muda.

Setelah beberapa menit, perawat yang sedari tadi berdiri dibelakang Fauzan kembali mendekat. "Permisi bu, maaf kami harus segera membawanya ke ruang jenazah." Ucapnya, membuat Sophia terpaksa harus mundur dan membiarkan jenazah sang suami dibawa untuk segera dimandikan.

Air mata terus mengalir, membasahi wajah cantik Sophia. Tatapannya nanar melihat kearah brankar yang didorong oleh beberapa perawat yang akhirnya menjauh dan hilang dari pandangannya.

"Mas... Mas Fajar." Lirihnya dengan bibir yang bergetar. Pandangannya mulai mengabur bersamaan dengan kakinya yang sudah tidak kuat lagi menopang tubuhnya yang lunglai.

Brukk

"Sophi!"

"Nak!"

1
⏤͟͟͞͞Rᵉᶜ✿𝕾𝖆𝖒𝖘𝖎✿ѕ⍣⃝✰
mentari mungkin
⏤͟͟͞͞Rᵉᶜ✿𝕾𝖆𝖒𝖘𝖎✿ѕ⍣⃝✰
heleh baru berapa kali tlp ga di angkat dah ngomel aja gimana istrimu yg nunggu kabarmu dari kemarin
⏤͟͟͞͞Rᵉᶜ✿𝕾𝖆𝖒𝖘𝖎✿ѕ⍣⃝✰
selelah apapun kalau kamu masih jadi prioritasnya pasti ttp berkabar 😪
ㅤㅤ ㅤ ㅤ ☕𝐀𝐊
bukan aku juga
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
nanti lah ku tebak lagi Thor kalau sudah ada lanjutannya 🙈🙈🙈
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
Halah ngoceh apa Mase 😏😏
Kamu aja yg di telpon gak mau ngangkat 😏😏😏
baru juga segitu langsung protes 😏😏
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
ah aku yg baca aja sakit hati Bu anakmu di gituin 😭😭
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
kan kan nyesek nya nyampe ke sini😭😭
Rena selalu bilang gak apa apa padahal dia lagi mendem rasa sakit juga kecewa tinggal menunggu bom waktunya meledak aja untuk mengeluarkan segala unek unek di hati rena😭
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
kan kan Rena gak punya no hp satunya 🤦🤦🤦
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
scene nya Rena bikin nyesek 😭😭
scene nya embun dan mentari juga sama
bikin mewek 😭
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
gak bisa berkata kata untuk yang sudah kehilangan😭😭😭
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
padahal tinggal di angkat terus ngomong langsung zan😏😏😏
jangan bikin kecewa Napa ahhhhh😭😭
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
baru tau HP dia punya dua tapi ko sopee bisa punya sih sedangkan Rena gak ya
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
buat ponakan nya aja ya Bu bisa ga seeh 😭😭
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
preeet ah 😏😏
aku sakit tau bacanya
padahal bukan aku yang menjalani kehidupan rumah tangga itu😭😭😭
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
setelah berkeluarga ktanya doa istri yang lebih manjur 😌😌😌
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
feeling seorang istri emamg peka😌
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
gak usah janji dulu Zan 😌😌😌
suka watir aku kalauu kamu udah pulang ke bandung 😌😌
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
ahhh tanggung bener Thor 🤣🤣🤣
ℂ𝕖𝕦 𝕂𝕚𝕟𝕘
loh loh bonus gede tapi rena kenapa masih make duit sendiri buat kebutuhan nya 😏😏😏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!