NovelToon NovelToon
Aku Kalah Dengan Yang Baru

Aku Kalah Dengan Yang Baru

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Penyesalan Suami
Popularitas:67.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ayumarhumah

Sepuluh tahun menikah bukan menjadi jaminan untuk terus bersama. gimana rasanya rumah tangga yang terlihat adem-adem saja harus berakhir karena sang istri tidak kunjung mempunyai anak lantas apakah Aisy sanggup di madu hanya untuk mendapatkan keturunan?? saksikan kisahnya hanya di Manga Toon

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35

Beberapa jam kemudian, setelah urusan pekerjaannya selesai, Aisy keluar dari rumah sakit dengan langkah pelan. Sore itu angin terasa hangat, matahari mulai condong ke barat. Kenny menunggunya di dekat taman kecil yang letaknya tak jauh dari rumah sakit. Tempat itu sepi, hanya ada bangku kayu di bawah pohon flamboyan yang sedang bermekaran.

Kenny berdiri, melambaikan tangan kecil. “Aisy, sini. Tempatnya tenang banget.”

Aisy mengangguk. Tangannya masih dingin. Di dadanya, rasa gugup bercampur iba. Ia tahu siapa yang akan datang sore ini seseorang dari masa lalu yang dulu membuat hatinya hancur.

“Udah siap?” tanya Kenny lembut, matanya penuh pengertian.

Aisy menarik napas panjang. “Entahlah, Ken. Aku gak tahu gimana nanti jadinya.”

“Gak apa-apa,” jawab Kenny. “Kamu gak harus kuat setiap waktu. Kadang diam dan duduk aja udah cukup.”

Aisy tersenyum samar. Ucapan itu sederhana tapi menenangkan. Ia duduk di bangku taman, menatap bunga flamboyan yang gugur ditiup angin sore.

Suara gesekan roda kursi terdengar dari kejauhan, pelan tapi pasti, mengikis keheningan taman yang sejuk pagi itu. Kenny dan Aisy spontan menoleh ke arah sumber suara itu. Rita tampak berjalan perlahan, mendorong kursi roda dengan sosok perempuan yang duduk di atasnya — rapuh, pucat, dan menua dengan cepat.

Lusi.

Perempuan yang dulu begitu anggun, berwibawa, dan menatap dunia seolah tak ada yang bisa menjatuhkannya. Kini tampak seperti bayangan dirinya yang dulu. Rambutnya memutih di sisi pelipis, tangannya gemetar ketika mencoba memperbaiki posisi selendang di pundak, dan matanya... mata itu tak lagi memancarkan ketegasan, melainkan penyesalan yang dalam.

Rita berhenti beberapa langkah di depan mereka.

“Bu,” katanya pelan, “ini Dokter Aisy seperti yang Ibu inginkan.”

Untuk beberapa detik, dunia seolah berhenti berputar. Hanya suara dedaunan yang bergesekan dan detak jantung Aisy yang berdentum pelan di dadanya.

Aisy berdiri, langkahnya hati-hati, seakan takut satu langkah saja bisa menggugurkan kekuatan yang tersisa. Ia memandangi Lusi yang kini duduk diam dengan tatapan kosong — dan di balik wajah tua itu, tersimpan begitu banyak kenangan pahit yang sulit dihapuskan.

“Assalamualaikum, Bu,” ucapnya lirih.

Suara itu bergetar, tapi lembut. Seperti embun yang jatuh di atas luka lama.

Lusi menatapnya lama, seolah memastikan bahwa yang berdiri di hadapannya bukan sekadar bayangan masa lalu. Air mata mulai menggenang di sudut matanya. “Aisy... benar kamu?” suaranya serak, nyaris pecah.

Aisy mengangguk pelan. “Iya, Bu. Ini saya.”

Lusi menggenggam kain selimutnya erat-erat. Tubuhnya bergetar semakin keras, bibirnya berusaha mengucap sesuatu tapi tersendat-sendat. “Aku minta maaf, Aisy… Tuhan tahu, aku menyesal. Setiap malam aku berdoa semoga kamu mau memaafkan aku. Aku salah… aku buta… terlalu ikut emosi Reyhan dulu.”

Aisy menarik napas panjang, menahan rasa sesak yang tiba-tiba menyeruak. Kenangan masa lalu menari di benaknya — malam ketika ia diusir tanpa sempat menjelaskan, tatapan sinis yang dulu selalu menghujam dari mata yang kini menangis di depannya.

Namun waktu telah mengikis sebagian amarah itu.

Ia tersenyum kecil, meski air matanya ikut mengalir. “Aku gak pernah benci, Mi. Aku cuma... butuh waktu buat sembuh.”

Lusi terisak makin keras, suara tangisnya menggetarkan suasana taman yang tenang itu. “Kamu masih bisa sebaik itu setelah semua yang kulakukan... aku gak pantas dipanggil Ibu.”

Aisy menunduk, lalu berjongkok di hadapan Lusi. Tangannya meraih tangan Lusi yang dingin, menggenggamnya erat. Jari-jarinya yang dulu pernah diabaikan kini justru menjadi sumber kehangatan.

“Kalau Tuhan aja masih kasih kita kesempatan buat hidup,” ujar Aisy lembut, “berarti Dia juga mau kita memperbaiki semuanya, Bu. Aku sudah ikhlas. Gak ada yang perlu Ibu takutkan.”

Lusi menatapnya lama, mata yang redup itu perlahan melembut. “Aisy… kamu seperti malaikat kecilku dulu. Tapi aku malah menyakitimu, membiarkan orang lain menghancurkanmu. Sekarang... aku baru tahu, yang paling sakit itu bukan kehilangan anak, tapi kehilangan kasih sayang yang dulu tulus padaku.”

Aisy tak sanggup lagi menahan air matanya. Ia mendekat, merengkuh tubuh wanita itu dalam pelukan hangat. “Sudah, Bu… jangan ingat yang buruk-buruk lagi. Aku pun sudah lelah hidup dengan kenangan yang menyakitkan.”

Kenny yang berdiri agak jauh hanya menatap mereka, matanya sendu. Ia tahu, ini bukan tentang masa lalu saja, tapi tentang dua hati yang akhirnya belajar berdamai.

Lusi tersedu, lalu berbisik lemah, “Terima kasih, Nak... terima kasih sudah mau datang.”

Aisy mengangguk, menatap lembut. “Istirahatlah, Bu. Sekarang biar waktu yang menyembuhkan.”

Rita menatap haru, lalu mendorong perlahan kursi roda itu menjauh. Aisy berdiri, masih menatap punggung wanita itu hingga menghilang di tikungan taman.

Kenny melangkah mendekat, berdiri di sampingnya tanpa kata.

“Ken…” bisik Aisy lirih.

“Hm?”

“Aku lega… rasanya kayak beban di dada akhirnya lepas.”

Kenny menatapnya lembut. “Itu karena kamu berani, Aisy. Gak semua orang bisa datang dan memaafkan begitu.”

Aisy menoleh, tersenyum dengan mata berkaca. “Kalau gak ada kamu, mungkin aku gak akan sanggup.”

Kenny membalas dengan senyum hangat. “Aku cuma nemenin. Yang kuat itu kamu.”

Sore itu mereka berjalan pelan meninggalkan taman, di antara guguran bunga flamboyan dan sinar jingga yang lembut. Langit serasa lebih lapang, dan hati Aisy yang dulu penuh luka kini mulai belajar untuk pulih.

☘️☘️☘️☘️☘️

Malam turun perlahan. Lampu-lampu kota mulai menyala, menebar cahaya kekuningan yang menembus jendela kontrakan kecil milik Aisy. Hujan baru saja reda, menyisakan aroma tanah basah dan angin lembab yang menyelinap masuk lewat celah kaca.

Aisy duduk di tepi ranjang, memandangi jendela yang dipenuhi titik-titik air. Di pangkuannya tergeletak sapu tangan yang tadi ia gunakan untuk mengusap air mata Lusi. Hatinya terasa aneh campuran lega, sedih, dan hangat.

Ia menutup mata, membiarkan ingatan tadi sore kembali berputar. Tatapan Lusi yang penuh sesal, genggaman tangannya yang gemetar, dan suara pelan yang terus meminta maaf.

Aisy menghembuskan napas panjang. “Ternyata... memaafkan gak sesulit yang kupikir,” gumamnya pelan. “Yang sulit itu melupakan perihnya.”

Suara notifikasi ponsel memecah keheningan. Aisy menoleh cepat, lalu tersenyum samar saat melihat nama Kenny di layar.

Kenny: “Kamu udah di rumah?”

Kenny: “Tadi aku sengaja gak ganggu kamu setelah dari taman. Aku tahu, kamu butuh waktu buat tenang.”

Kenny: “Tapi aku cuma mau bilang, aku bangga banget sama kamu hari ini.”

Aisy menatap pesan itu lama. Hatinya bergetar, ada rasa hangat yang mengalir pelan. Ia membalas dengan jari yang sedikit gemetar.

Aisy: “Terima kasih, Ken. Kalau kamu gak ada tadi, mungkin aku gak sekuat itu.”

Aisy: “Aku cuma ingin semuanya selesai dengan baik.”

Balasan datang tak lama kemudian.

Kenny: “Dan kamu berhasil. Kadang keberanian gak harus diteriakkan, cukup dengan hadir dan memaafkan.”

Kenny: “Sekarang istirahat ya. Dunia besok pasti lebih ringan buatmu.”

Aisy menatap layar lama, senyumnya merekah pelan. Hatinya terasa hangat seperti disentuh lembut oleh ketulusan.

Ia meletakkan ponsel di samping bantal, lalu berbaring, memandangi langit malam yang mulai terang oleh bulan. Di luar, suara jangkrik terdengar samar, menyatu dengan hembusan angin.

Malam terasa sunyi, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Aisy tertidur dengan dada yang lapang. Tidak ada lagi dendam, tidak ada lagi bayangan masa lalu yang menakutkan hanya rasa tenang, dan sedikit harapan baru yang tumbuh perlahan.

Bersambung ....

Kasih komen ya kak ...

1
Kasih Bonda
next Thor semangat
Lee Mbaa Young
Arsinta kn orang kaya, hrse kn berpendidikan masa gk bisa cari kerja.
mungkin kebanyakan di manja, mkne gk bisa mandiri saat di buang Reyhan.
dulu kebanyakan party pling lihat saja gaul nya smp hamil, berarti dulu gk sekolah cm party party tok, di pikir hidup ttp mewah gk tau nya di buang.
kluargane juga bobrok anak salah mlh di dukung edan kok.
Lee Mbaa Young
cari jln jng jalan pintas, ntar nglakor lagi. 🤣🤣.
kn bgitu kemarin cari jln tp jln pintas njebak laki orang.
Lee Mbaa Young
Sebar kn saja berita kl arsinta anak Markus njebak kamu, trus hamil nya krn free sex. biar hancur juga tu kluarga. bilang saja kluarga Markus gk bisa didik arsinta dan mlh mendukung tindakan arsinta yg jd pelakor.👍👍🤣 biar hncur juga mereka.
Kasih Bonda
next Thor semangat
Narti Sunarti
semangat thor, ku tunggu up nya💪🥰🥰
Narti Sunarti
alhamdulillah aisy bahagia,,, sinta berjuang memperbaiki diri,, trs kabar Reyhan gmna? semngat thor💪🥰
Ayumarhumah: di bab 66 kabar Reyhan.
total 1 replies
Narti Sunarti
alhamdulillah sinta sdh sadar akan kesalahan nya,, semangat thor💪🥰
Kasih Bonda
next Thor semangat
Lee Mbaa Young
wanita macam arsinta itu tobat e kl dah miskin gini, selama ini bhgia di atas derita wanita lain. dng sadar njebak Reyhan, pdhl hamil nya dng laki lain.
nikmati saja karma mu. 👍👍.
Lee Mbaa Young
Alkhamdulillah aisy bhgia, hamil di sayang kluarga.
Selamat arsinta menikmati karma.
karma tak Semanis kurma.
mkne jng jd pelakor, coba kl gk ketahuan Azam anak laki lain pasti gk insaf dan bhgia di atas derita aisy.
Sekarang saja tobat krn di usir Reyhan dan hidup miskin. coba kl masih punya uang dan cantik pasti nglakor lagi. 🤣🤣🤣
Kasih Bonda
next Thor semangat
Dew666
🔥🥰👄
Kasih Bonda
next Thor semangat
Lee Mbaa Young
Hukum sosial buat pelakor seumur hidup.
contoh mulan jamila, nisya sabyan. pelakor pelakor kaya mereka bikin gedek bnget dng embel embel hijrah berharap dpt maaf.
kayak arsinta ini dng embel embel insaf berharap dpt maaf. iuhh coba kl gk ketahuan Azam bukan anak Reyhan gk akn insaf tu sundal.
Lee Mbaa Young
akhirnya aisy hamil dng kebahagiaan.
sedang pelakor hamil dng penderitaan 😄🤣. itulah penjahat menang di awal kalah dan tersingkir di akhir.
puas bnget tu arsinta menderita hidupnya. biar gk jd pelakor lagi, kl dah jd pemulung dan kusut kn gk laku kl nglakor lagi.
Ma Em
Selamat untuk Aisy atas kehamilannya semoga ibu dan bayi yg dikandungnya juga sehat , semoga anaknya kembar ya .
Dew666
🍒👍👄
Narti Sunarti
selamat atas kehamilannya aisy,,,, ikut seneng dan semoga lancar sampai hr lahiran nanti🥰
Lee Mbaa Young
syukurin jd pemulung, mkne jd wanita jng seenak udele nglakor.
rasakan Sekarang tiada Ampun buat pelakor nggarai tuman soale.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!