Di balik ketegasan seorang Panglima perang bermata Elysight, mata yang mampu membaca aura dan menyingkap kebenaran, tersimpan ambisi yang tak dapat dibendung.
Dialah Panglima kejam yang ditakuti Empat Wilayah. Zevh Obscura. Pemilik Wilayah Timur Kerajaan Noctis.
Namun takdir mempertemukannya dengan seorang gadis berambut emas, calon istri musuhnya, gadis penunggu Sungai Oxair, pemilik pusaran air kehidupan 4 wilayah yang mampu menyembuhkan sekaligus menghancurkan.
Bagi rakyat, ia adalah cahaya yang menenangkan.
Bagi sang panglima, ia adalah tawanan paling berbahaya dan paling istimewa.
Di antara kekuasaan, pengkhianatan, dan aliran takdir, siapakah yang akan tunduk lebih dulu. Sang panglima yang haus kendali, atau gadis air yang hatinya mengalir bebas seperti sungai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sibewok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 - Antara Takdir Dan Kematian
Krieet! Pintu kamar terbuka.
"Gadis itu sudah bangun." suara pelayan yang melihat Elara berdiri di ambang pintu, membuat dua penjaga pria mendekat.
"Mau kemana kau?" tanyanya.
"Dimana Zevh?" Timpal Elara tanpa basa-basi.
"Bicaralah sopan santun pada Panglima." ia tak suka saat Elara menyebut nama Zevh Obscura tanpa embel-embel Panglima ataupun pangeran.
"Kau dilarang pergi meninggalkan kamar ini." Penjaga pria itu mendekat. Menghalangi jalan Elara.
"Aku harus bertemu dengannya, aku harus memastikan sesuatu." ucap Elara, sorot matanya tegas, tak ada canda, tak ada waktu untuk berbohong.
Namun Brakk! pintu kamar kembali di tutup oleh penjaga, Elara tersungkur di atas lantai kamar. menerima dorongan kasar dari penjaga Zevh.
"Argh!" geram Elara, ia mengepalkan tangannya.
Sekelebat mimpi yang dia alami saat pingsan tadi, menghantam pikirannya kembali.
Mimpi Elara...
Ia berdiri di atas batu besar di bawah air terjun. Cipratan air menyentuh tubuhnya yang di balut dress putih kebiruan. Rambut panjang berwarna emasnya yang bergelombang tertiup angin, hingga tergerai indah.
"Elara, kau adalah milik Oxair. Bunuh Zevh. Taklukkan Oxair."
Elara membalikkan tubuhnya, dan sungai Oxair mengalir di bawah kakinya, tenang tapi arusnya sangat kuat yang Elara rasakan.
"Zevh..." Elara melihat Zevh berdiri di atas batu besar. menatapnya tajam.
Namun Tanduk Hitam di kepalanya Zevh muncul, membuat Elara membulatkan matanya, "Istriku. Aku merindukan mu."
"Tidak!!" Pekik Elara, ia menggelengkan kepalanya, Mimpi itu masih terasa nyata. Ia mengedarkan pandangannya menatap ruangan.
"Dia bukan Zevh... Oxair, jadi kekuatan mengerikan bukan lah milikku, dia Oxair... Oxair itu bersamayam di tubuh Zevh..."
"Tidak, aku harus memastikannya." Elara berdiri, tangannya menghantam pintu.
"Buka! Buka pintunya, aku harus bertemu Zevh!" teriak Elara.
"Sudah bagus kau diam seperti tadi." teriak penjaga di balik pintu.
Bugh! Bugh! Bugh! Elara terus menghantam pintu bertubi-tubi dengan tangannya, hingga membuat penjaga berbalik.
Brakk!! Pintu terbuka.
Sebelum penjaga itu berkata, tubuh kecil Elara dengan lincahnya bergerak cepat, mendorong kuat, dan secepatnya kabur dari pandangan penjaga.
Elara menyusui dua lorong, hingga ia memilih berbelok-belok untuk mengacau posisinya agar tidak di temukan.
Hingga terdengar suara langkah kaki penjaga, tak terburu-buru, langkahnya tenang, tapi tetap saja membuat Elara panik.
Kriet! Elara membuka pintu di samping tubuhnya.
Dan...
"Elara, sedang apa kau di sini?" tanya Sang Putri Mahkota.
"Aku mohon, lindungi aku dari penjaga." mohon Elara, ia berlindung di belakang tubuh Liora Endless.
Dan wushh! tubuh Elara terhempas dan masuk ke balik gorden jendela kamar oleh Liora.
"Putri apakah anda membutuhkan sesuatu?" tanya penjaga.
"Tidak perlu, aku sudah menyuruh pelayan pribadiku tadi. pergilah!" titah Liora, penjaga itu mengherdikkan bahunya, lalu pergi.
"Hei, tawanan Panglima kabur, cepat bantu cari. Dia pasti belum jauh." Sapa penjaga yang tadi mengejar Elara.
"Astaga kenapa bisa!" jawabnya, sambil melangkah pergi meninggalkan ruangan kamar Zevh.
Di dalam kamar, Elara keluar dari balik gorden.
"Terima kasih putri." ucap Elara, ia membungkuk, Liora menatap rupa Elara yang terlihat cantik karena sudah mendapatkan perawatan dari para pelayan istana.
"Kau cantik, Panglima pasti menyukai mu." Liora menyentuh rambut Elara lembut.
"Anda jangan salah paham, aku tidak memiliki hubungan khusus dengannya." Jawab Elara, matanya bergerak menatap Liora yang berdiri di depan jendela terbuka. "Aku bahkan sedang mengincarnya untuk membunuhnya saat ini." Gumam Elara dalam hatinya.
"Benarkah?" Liora menoleh pelan.
"Sepertinya tidak Elara, bukan kau yang punya hubungan dengan Pangeran, tapi pangeran yang menjalin hubungan spesial dengan tawanan istimewanya." jawab Liora.
"Tolong jangan membuat aku bingung!" ucap Elara. Dada Elara berdebar, ia mengingat saat Liora menuduhnya telah berciuman dengan Zevh.
"Sepertinya kau tau sesuatu? katakanlah!" Elara menatap Liora, senyuman itu terlihat anggun di mata Elara, tapi Elara tahu, Liora tengah cemburu.
"Aku tidak ingin kau salah paham, jadi ceritakan lah apa yang kau lihat." pinta Elara.
"Di ruangan tahanan pagi itu, aku melihat kau dan Zevh..."
"Tunggu... aku tak sadarkan sejak semalaman, hingga pagi itu Zevh membangunkan aku dengan pedangnya, bahkan ujung pedang tajamnya hampir menusuk tubuhku." Jawab Elara, tangannya mengepal.
"Kau salah lihat Putri." ucap Elara.
"Tidak mungkin, Zevh menikmati waktunya dalam ruangan tahanan itu," lanjut Liora. "Begitupun kau yang menggeliat dalam pelukan Zevh." gumamnya.
"Dimana dia sekarang?" Elara nafasnya memburu, ia menyentuh pusaran air di bahunya yang berpendar lembut.
"Dia telah mengambil sesuatu dariku, apa yang dia ambil." gumam Elara dalam hatinya.
"Pangeran Arons datang, mengibarkan perang, malam ini kau akan di ambil oleh pemilikmu." ucap Liora.
Ya, begitulah yang Liora tahu, Elara adalah calon istri Pangeran Arons dari wilayah Utara. Namun Liora tidak tahu, Elara adalah istri dari Oxair, dan tawanan dari Panglima Zevh Obscura.
"Aku harus menghentikan semua ini." Gumam Elara.
"Bantu aku kabur dari Istana." pinta Elara. Liora menggeleng, "Aku sudah mendapatkan hukuman dari Zevh. Aku tidak mau memperparah hidup ku sendiri dengan mengusik mu lagi." Liora melepaskam sentuhan tangan Elara.
"Baiklah! kalau begitu jangan larang aku untuk kabur lewat sana." telunjuk Elara mengarah pada balkon.
"Kau mau memanjat?" tanya Liora tak percaya. "Aku akan mencobnya."
"Apa kau bodoh? Bagaimana kalau kau jatuh dan Zevh menyalahkan ku?" tanya Liora, ia sudah tak ingin lagi ada sangkut paut dengan Elara. Ia hanya ingin fokus menunjukan kelayakan dirinya agar bisa di izinkan oleh Zevh untuk terus menjadi istri politiknya.
"Dia kejam, tapi dia selalu berlaku adil, dia tau mana teman, mana musuh, percayalah Zevh akan percaya padamu. Liora Endless." Jawab Elara, ia mengulurkan sebuah tali dari kain yang sudah ia ikat kuat.
"Pergilah, dan tidur!" Elara menutup pintu balkon. Dan Liora menatap kepergian Elara.
"Zevh, aku tidak membantunya, dia ternyata gadis keras kepala, aku tak ada urusan dengannya." Liora pun berbalik, lalu menarik selimutnya dan matanya terpejam, melupakan semua kejadian barusan bersama Elara.
Dan di luar sana, Elara sudah berhasil kabur dengan mudah, ia menyelinap keluar dari istana menyamar jadi seorang pelayan.
Jubah perak yang di gunakan para pelayan di malam hari yang dingin menyelematkan Elara, membuat dirinya kini bisa masuk ke perkebunan dan melewati pagar pembatas kebun.
Dari kejauhan Elara bisa melihat, obor menyala di kegelapan malam, "Itu pasti rombongan Zevh." Gumam Elara, ia mengeratkan genggaman tangannya pada gaun indahnya, warna hijau tua bercampur kuning gelap membuatnya nampak cantik, ia mengangkat tinggi gaunnya, berjalan dengan kaki telanjang, ranting pohon berbunyi, daun kering bergesekan di telapak kakinya yang di selimuti air, Elara menggunakan kekuatannya untuk melindungi kakinya agar tidak terluka saat berlarian di hutan yang gelap.
Namun. Takdir dan kematian menghampiri Elara tanpa ia tahu.
Zevh Obscura memutar balik kudanya detik itu juga di ujung Padang rumput sana.
"Veron, Zark, Vein. Aku ingin kalian hancurkan Arons dan pasukannya."
"Zevh kau mau kemana?" tanya Zark. Saat Zevh mencabut pedang panjangnya dari punggung kekarnya.
"Berburu." Zevh menatap gerakan tubuh Elara yang tertangkap oleh mata Elysight Zevh yang sudah mendeteksinya sejak tadi. Jarak itu jauh, tapi mata Zevh bisa mengetahui aura tubuh Elara.
"Kau pemilik Auraku Elara. Auraku terlihat indah berada dalam tubuhmu." gumam Zevh dalam hatinya, sorot matanya tak lepas melihat gerakan Elara di dalam hutan.
"Baiklah, ayo kita pergi." ajak Veron, yang di angguki oleh Vein dam Zark.
"Apa Pangeran Arons memasang jebakan, dan panglima sudah mengetahuinya hingga memisahkan diri dari rombongan." tanya Vein pada Zark.
"Sepertinya bukan itu Vein." jawab Veron, Zark lalu memacu kudanya mendekat pada Vein.
"Jangan pikirkan Zevh, dia bisa mengatasi masalahnya sendiri. Entah siapa yang akan dia bunuh di belakang sana. kita fokus pada perintah Zevh." Ucapan Zark membuat, Vein mengangguk, dan mereka bertiga bersama rombongan prajurit lainnya segera memacu kudanya, untuk menahan pasukan Arons yang mulai terlihat di bukit sana sedang menuruni bukit hijau.
Malam semakin pekat, obor yang menyala dari rombongannya menjauh dari Zevh, meninggalkan kegelapan dan menghantarkan dirinya pada Elara.
"Hhahhaha..." tawa Zevh menggema, Axten meringkik keras saat menyadari ada yang salah dengan Tuannya.
Axten kuda perangnya Zevh, memutar tubuhnya, dan menghentakkan kakinya ke atas tanah, hingga tubuh Zevh terpental di ke atas tanah.
"Kau begitu setia pada Tuan mu." Ucap Oxair yang kini menguasai tubuh Zevh. Axten mendengus kasar, mata hitam kuda itu menatap Zevh yang berubah wujud jadi Oxair.
Kuda itu mundur beberapa langkah, dan menatap Zevh yang menjauh dan Axten tak mengikutinya lagi, ia hanya diam menatap kepergian Tuannya yang di kuasai Oxair.
Menuju Elara takdirnya juga kematiannya.
Bersambung...
aku mampir yaa🙏