"Jangan lagi kau mencintaiku,cinta mu tidak pantas untuk hatiku yang rusak"
Devan,mengatakannya kepada istrinya Nadira... tepat di hari anniversary mereka yang ke tiga
bagaimana reaksi Nadira? dan alasan apa yang membuat Devan berkata seperti itu?
simak cerita lengkapnya,di sini. Sebuah novel yang menceritakan sepasang suami istri yang tadinya hangat menjadi dingin hingga tak tersentuh
Jangan lupa subscribe dan like kalo kamu suka alur ceritanya🤍
Salam hangat dari penulis💕
ig:FahZa
tikt*k:Catatan FahZa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan_nic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengidam
"Albert,aku ingin mengguncang Alfonso sedikit.Orang seperti Alfonso sudah pasti sangat takut dengan reputasi,aku ingin salah satu media memuat tuntutan ini.Tapi,samar saja hanya untuk memberi peringatan padanya".
Albert memperbaiki posisi duduknya.
"Bagus sekali Henry,kita serang emosional Alfonso".
"Apa ada influence yang bisa melakukan ini Albert?."
"Ada,aku sudah menyiapkannya.Karna setelah Tuan Furqon meminta aku untuk menangani kasus ini aku sudah berfikir untuk membawa kasus ini di media".
Henry menelan ludah,ia menatap permukaan meja.
"Kita mulai di media sosial saja dulu Albert,jangan terburu-buru".
"Aku setuju padamu"
"Pastikan keamanan untuk influence itu,berikut keluarganya.Karna aku khawatir Alfonso bisa saja mengintimidasi semaunya."
"Serahkan padaku"
Albert Samuel beserta Firma hukum miliknya,tidak ada yang perlu di ragukan kinerjanya.Dia bahkan di kenal sebagai International Elite lawyer.Semua tim pengacaranya bagaikan kesatria gagah berani yang membela kebenaran.
***
Henry kembali ke apartemen,mendapati Nadira duduk di sofa balkon sedang membuka map berwarna merah tua.Henry tersenyum melihat itu,'Balkon jadi tempat favorit rupanya' gumam hatinya.
Henry terus melangkah mendekati,Nadira menoleh saat suara langkah terdengar olehnya.
"Henry,kau sudah kembali"
"Iya,Nadira. Bagaimana,apa mualmu masih?"
"Tidak,air jahe darimu tadi sangat mujarab"
"Syukurlah,aku akan membuatkannya untukmu kalau kau merasa mual lagi."
"Terima kasih ya"
Nadira tersenyum, senyum yang selalu menumbuhkan lagi bunga-bunga di hatinya. Semakin senyum itu muncul semakin penuh sesak hatinya oleh bunga-bunga.
Henry ikut duduk di sofa yang di duduki Nadira,posisi tubuhnya sedikit miring menghadap Nadira.Ia penasaran dengan apa yang Nadira lihat.
"Kau lihat apa?"
Nadira menggeserkan sedikit Map terbuka di tangannya ke arah Henry.
"Ini,tadi Luca mengirimkan ini.Dia menemukan sesuatu soal Devan."
Henry menatap serius map itu,lalu membenarkan duduknya.
"Jadi,benar yang di katakan Rafika,kalau Devan sekarang berada di Jepang dengan Profesor yang melakukan eksperimen ilegal itu?"
"Iya,Henry.Dan itu semua di bawah kekuasaan Papanya sendiri."
Nadira menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi sofa.Ia merasa sangat frustasi dengan apa yang terjadi.Tidak menyangka kalau selama ini ternyata ia berada di antara orang-orang yang tidak punya hati nurani.
"Entah bagaiman nasib pernikahan ku ini Henry.Aku benar-benar tidak menyangka".
"Nadira,aku akan selalu bersamamu.Kau tenang saja."
"Bagaimana juga dengan nasib bayiku ini.Apa dia akan memiliki figur seorang Ayah nantinya.Bahkan,nasib Devan pun aku tidak tahu akan bagaimana."
"Aku yang akan menjadi Ayahnya.Kau tidak perlu banyak berfikir yang tidak-tidak ".
Nadira menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.Bahunya naik turun,dengan isak yang pelan-pelan terdengar.
Henry diam saja,membiarkan Nadira mengeluarkan perasaannya.Berharap setelah itu ia menjadi lebih lega.
Perlahan ia menghapus air mata yang menetes di pipinya.Kemudian menghela nafas panjang.
"Henry,kenapa kau terlalu baik padaku?"
Henry tercekat,bingung hendak menjawab apa.Ingin sekali ia katakan apa yang sebenarnya yang ada di hatinya.'Karna kau kekasihku sejak kita bertemu dulu'. Tapi yang keluar dari mulutnya sangat berbeda.
"Tidak perlu ada alasan untuk berbuat baik,bukankah begitu?"
"Aku hanya bersyukur,masih ada orang baik dan tulus kepadaku.Aku sangat berterima kasih padamu"
"Dalam berteman kita tidak perlu mengucapkan terimakasih.Sudah seharusnya seorang teman membantu temannya."
Nadira berangsur merasa tenang,isaknya sudah tidak ada lagi.Namun matanya masih menatap dengan kekosongan.
Henry berinisiatif untuk menghiburnya,dari internet yang ia baca ibu hamil lebih sensitif dari wanita kebanyakan.Dan makanan bisa membuat mood ibu hamil menjadi lebih rileks.
"Apa kau lapar Nadira? Aku akan membuatkanmu makanan".
Entah kenapa,terlintas begitu saja di benaknya ia sangat ingin memakan sup daging sapi dengan potongan wortel dan kentang favoritnya.Ia teringat dengan Bik Laila yang biasa membuatkan untuknya.
"Aku,ingin sekali makan sup daging sapi buatan Bik Laila".
Alis Henry bertaut,"Siapa Bik Laila itu?"
"Bik Laila itu, asisten rumah tangga yang sudah menemaniku selama 3 tahun pernikahan ku dengan Devan.Pertama kalinya aku tinggal di rumah itu."
"Aku akan menyuruh Luca untuk membawa Bik Laila kemari.Kau tunggu sebentar ya."
"Henry apa tidak apa-apa? Apa ini tidak merepotkan Luca?"
"Tentu tidak,Luca orang yang sangat rajin.Bahkan dia menunggu untuk aku perintah. Kau jangan merasa tak enak begitu padanya."
"Baiklah kalau begitu.Bik Laila biasanya sedang membersihkan rumah.Minta Luca menjemput nya disana."
Henry mengangguk,lalu dengan cepat ia mengeluarkan ponsel,mengetik pesan perintah pada Luca.
"Sudah, sebentar lagi Bik Lailamu itu akan datang kemari.Aku juga sudah perintahkan Luca untuk membeli perlengkapan masakan sup daging sapi yang kau mau".
Nadira memejamkan mata,bibirnya mengecap.Seolah sup daging sapi sudah ada di mulutnya.Tentu saja pemandangan itu membuat Henry tersenyum."Kau lucu sekali,sup daging sapinya apa sudah ada di mulutmu?"
Nadira membuka mata,mengerling kepada Henry."Rasanya aku sudah tidak sabar untuk menghirup kuah dan mengunyah dagingnya".
"Tunggu sebentar ya,tidak akan lama lagi sup itu akan benar-benar ada di mulutmu.Aku juga penasaran dengan rasanya.Sepertinya enak sekali."
"Kau harus mencobanya.Masakan Bik Laila tidak ada yang bisa menandingi nya."
"Benarkah,ah...kau makin membuatku penasaran saja.
Tapi,Nadira...apa ini artinya kau sedang mengidam?"
"Kau tahu dari mana soal mengidam?"
Henry tersenyum malu,"Dari internet yang aku baca"
"Astaga! Kau benar-benar mempelajarinya?"
Lagi-lagi Henry tersenyum kikuk.
*
*
*
~Salam hangat dari penulis 🤍