"Untukmu, seluruh waktuku. Dariku untuk menantimu"
____________________________
Yumi tak pernah mengira dirinya akan menjalin kasih dengan lelaki yang bahkan tak dikenalnya. Lelaki aneh, yang seakan tau segalanya tentang dia.
Berulang kali Yumi berusaha kabur, menjauh, bertindak tak semestinya agar lelaki itu merasa ilfeel dan meminta putus, tapi justru lelaki itu semakin melabelinya sebagai miliknya!
Aneh. Hampir tak masuk logika.
Apa alasan dibalik hubungan yang terbentuk dengan cara ekstrim ini?
Dan akankah Yumi berhasil membuat lelaki itu pergi?
Atau akankah dirinya terjebak selamanya dihubungan yang tak nyaman bersama lelaki asing itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumachi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Demi Terlepas
...• Bab 5 •...
...»»——⍟——««...
..."Melakukan hal gila demi seseorang adalah bukti bahwa kita memikirkannya jauh lebih dalam dari yang kita sadari"...
...。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆...
Yumi menghempaskan tubuhnya ke kasur. Rambutnya yang basah sudah kering, ia juga sudah selesai menyiapkan bekal beserta vitamin untuk kakaknya. Duta baru saja pergi setelah menghabiskan makananya dan mandi.
Gadis itu meraih ponselnya yang berada didekat bantal. Yumi tersentak hingga bangkit dari tidurnya begitu melihat lima panggilan tak terjawab dari penelpon yang sama.
Dari Dermaga.
Bagaimana ini? Haruskah Yumi menelfon balik? atau haruskah ia membalas di pesan saja? Tapi untuk apa? Apa itu artinya dia sudah setuju dengan keputusan pacaran sepihak ini?
Tidak. Tidak.
Yumi tidak mau, dirinya benar-benar tidak bisa menjalin kasih dengan cara seperti ini. Tidak keren sama sekali. Biarkan sajalah lelaki itu mau melakukan apa, Yumi tidak perduli.
Sesaat kemudian saat dia masih bermain dengan ponselnya, dering telfon kembali masuk. Yumi sempat terkejut sampai akhirnya ia menjawab telfon itu dengan tenang.
"Halo Lid....."
"Yumi!!!!!!"
Yumi reflek menjauhkan ponsel dari terlinganya. Gendang telinganya hampir saja pecah akibat teriakan sahabatnya dari sebrang telpon ini.
"Kenapa teriak-teriak sih?!!!" balas Yumi memekik
"Hehe sorry... abis gak sabar pengen tanya"
"Tanya apaan?"
"LO BENERAN PACARAN SAMA COWO TADI?!"
"Di bilang jangan teriak juga! Huuuh.. entahlah gue sendiri juga bingung. Dia main paksa gitu aja kalau kita pacaran"
"Berarti bener tadi kalian pulang berdua ya?"
"Kok lo tau?"
"Tadi gue sama Pasha liat lo yang kaya lutung dibonceng cowo tadi. Kita sampe cengo lama tau diparkiran"
Yumi mendesah berat, tanganya memegang pelipisnya, "Gue sendiri bingung tau gak, ini sebenarnya seriusan apa cuma keisengan belaka. Tapi kok, dia niat banget sampe segininya kalo cuma buat ngerjain gue"
"Tapi bisa jadi sih, mungkin dia dendam karena udah lu guyur kopi"
"Itu juga kan karena lu ya, Lid!"
"Hehehe iyadeh maaf, mana gue tau kan kopi lu bakal melayang begitu"
"Udahlah, intinya sekarang gue harus gimana? Dia udah tau gue, kelas, rumah, bahkan nomer WA gue"
"Buset, gercep amat tuh laki"
"Makanya! gue bahkan gak dikasih kesempatan buat nolak tau gak! Dia ngintimidasi gue mulu buat terus ikutin perkataan dia"
"Jadi, dia beneran mau pacaran ya?"
"Bisa jadi iya, bisa jadi engga"
"Heum... ada satu cara Mi, supaya lo bisa dilepasin sama itu mahkluk"
"GIMANA?! GIMANA?!"
"Buat dia ilfeel. Lakuin hal aneh, gak masuk akal, menjijikan, bahkan memalukan, biar dia gak tahan sendiri dan ngelepasin lo"
Yumi terperanjat. Matanya berbinar cerah. Itu kan keahliannya!
"Lidya! Lo genius! Hebat! Gue bakal pake cara itu"
...**✿❀ ❀✿**...
...**✿❀ ❀✿**...
...**✿❀ ❀✿**...
"Ya tuhan, Yumi!!! Lo... lo mau nyinden, Mi?" pekik Pasha keheranan begitu melihat temannya itu masuk ruang kelas.
Beberapa teman lain pun ikut tertawa, diantara mereka malah sampai ada yang memfoto dan memvideokan Yumi. Gadis itu bukannya malu, malah meladeni bak model terkenal, berpose melambai-lambai kemayu.
Pasha bergidik ngeri. Bagaimana tidak, perempuan cebol itu datang ke kelas pagi-pagi di mata kuliah pertama dengan pakaian kebaya satu set lengkap. Ya, sekali lagi. Satu set lengkap.
Kebaya press body warna hijau, rok batik lilit berwarna coklat tua. Sepatu flatshoes dengan hak tipis. Hingga sanggul beserta kondenya pun ikut bertengger.
"Yumi!! Lo mau nikah kah?" Lidya berlari dari arah pintu. Ia syok begitu masuk mendapati sosok meliuk-liuk kemayu dengan kebaya nyentrik yang ternyata adalah teman dekat nya sendiri.
"Siapa yang mau nikah? Gue kan ngikutin kata lo kemarin"
"Yang mana?"
"Itu buat ilfeel"
Lidya menganga, matanya menatap miris ke arah Yumi, "Iya sih, bener. Gak salah. Tapi...lu totalitas banget ya"
Gadis itu tersenyum bangga, ia menyibak sanggulnya hingga berkedut, "Tentu. Supaya cowok itu berhenti isengin gue, capek gue dimintain pertanggungjawaban mulu"
"Cowok yang kemarin bonceng lu ya? Tapi tanggung jawab apa? Lu buat masalah apa, Mi?"
Yumi mendengus pelan, ia berjalan ke duduk di kursi samping Pasha, "Ada deh. Pendek ceritanya, males mau ceritain"
Pasha menggeleng pusing. Gadis ini memang sangat diluar nalar.
"Nanti gue ceritain, Sa. Lu harus tau betapa anehnya kejadian kemarin"
"Ngeliat tindakan temen lo sekarang sih, gue percaya kalo itu bakalan seaneh-anehnya"
"Gue rasa dia jadi makin stress gara-gara masalah ini. Liat aja kondenya, bukannya itu sumpit mie ayam?"
"Gue lebih merinding liat cincin batu akik di tangannya sih"
Yumi terkikik pelan, melihat Pasha dan Lidya yang mendumel tentang pakaiannya, "Eh iya, ini Hodie lo. Makasih ya, udah gue cuci kok" ujar Yumi sembari menyodorkan paperbag pada Pasha.
"Ah~ ya sama-sama.... btw lu pake parfum apaan Yum? Gak biasanya parfum lo kaya nenek-nenek gini"
"Oh itu....pake ini" Yumi menunjukan botol kaca yang baru dia tarik dari dalam totebagnya ke arah Lidya dan Pasha dengan senyum bangga nya.
"Mi... ini kan... minyak urut, Mi"
...。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆...
...• TBC •...