Mentari Senja, gadis desa yang berusia 18 tahun. Anak terakhit dari pasangan Jaka dan Santi. Dia merupakan salah satu gadis yang menjadi primadona di desanya. Dia mempunyai keluarga yang sederhana dan ayah yang sangat disayanginya. Mentari adalah sosok gadis yang lembut, cantik dan pendiam serta sangat menuruti permintaan sang ayah. Namun siapa sangka Mentari tiba-tiba saja dijodohkan oleh sang ayah dengan sosok lelaki yang dia tidak kenal sama sekali. Dia terpaksa harus menerima perjodohan itu demi kesembuhan sang ayah. Mengubur semua cita-citanya selama ini dan harapannya untuk melanjutkan pendidikan. Hidup dengan seorang laki-laki yang berstatus sebagai suaminya, tapi tidak pernah dianggap dan dicintai.
Chapter 35
“Mama udah telfon dokter Rahman, dan sebentar lagi dia sampai” ujar Inggrit yang kembali masuk ke dalam kamar Willie.
“Sayang kamu kok tampak kelelahan? Udah makan?” tanya Inggrit lembut pada Mentari.
“Belum ma” jawab Mentari tersenyum.
“Kamu sudah makan Willie?” tanya Inggrit ketus.
“Sudah!”
“Bagus kamu ya, kamu sudah makan sedangkan istri kamu belum” ucap Inggrit kesal.
“Bukan salah kak Willie ma, tadi Tari ngurus kak Willie dulu. Baru setelah itu Tari ngurus rumah dan diri Tari” ucap Tari membela Willie.
“Yasudah.. kamu sekarang mandi dan siap itu makan ya.”
“Biar Willie mama dan papa yang jagain” Inggrit mengelus puncak kepala menantu nya itu dengan lembut.
Mentari hanya tersenyum dan menganggukan kepala pelan, ia langsung saja keluar dan menuju ke kamarnya.
Willie dan Mentari lupa kalau mereka berdua pisah kamar. Dan saat ini kedua orang tua Willie sedang berada disini.
Ting.. Ting..
“Kayaknya itu dokter Rahman deh pa. Mama buka pintu sebentar” Inggrit pergi menjemput dokter.
“Kamu Mentari belum makan di biarin gitu aja” ucap Tomi pada Willie.
“Pagi pak Tomi, Willie” sapa dokter Rahman.
“Kenapa wajah tampan kamu jadi seperti ini Will?” tanya dokter Rahman.
“Biasa Man mau jadi jagoan dia. Tapi sayang nya malah babak belur” ujar Tomi menyindir putranya.
Dokter Rahman memeriksa keadaan Willie. Ia memeriksa dengan telaten dalam melakukan pekerjaan nya.
“Ini hanya demam biasa kok, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dan tidak ada luka yang serius juga!” jelas dokter Rahman.
“Untung saja luka di wajah kamu ini cepat diobati Will, kalau tidak bisa infeksi jadinya.”
“Saya buatkan resep obatnya dulu ya. Jangan lupa untuk meminum obat ini” ujar dokter Rahman.
Willie hanya diam saja, ia menjawab ucapan dokter Rahman dengan anggukan dan senyuman saja.
Setelah memberikan resep pada Willie, dokter Rahman pamit untuk kembali ke rumah sakit.
.
“Papa mana ma?” tanya Mentari yang baru masuk ke dalam kamar Willie.
“Papa kamu udah balik ke kantor sayang” ujar Inggrit lembut.
“Mama juga balik gih ke kantor kalau nggak ke rumah” ujar Willie ketus.
“Mama mau disini aja, nemenin Mentari jagain kamu!”
“Mama yakin pasti kamu selalu cuek sama Mentari!” tatap Inggrit sinis pada Willie.
“Serah mama lah” Willie menaikkan selimutnya sampai menutupi seluruh tubuh-nya.
“Sayang kita ngobrol aja di luar yuk, biarin aja ni anak sendirian disini” ajak Inggrit pada Mentari.
“Nggak bisa! Mentari harus disini nemenin Willie.”
“Mama kalau mau keluar pergi aja sendiri!” ucap Willie ketus dengan menatap mamanya tajam.
“Ngangguin orang aja” gerutu Willie kesal.
“Kak nggak boleh bicara kayak gitu sama mama” ucap Mentari lembut pada Willie.
“Biarin aja, biar sekalian mama pulang!”
Mentari bingung harus berekasi seperti apa saat ini. Yang satu adalah suaminya dan yang satu lagi mama mertua nya, Mentari tidak bisa memihak pada salah satu.
“Udah sayang kita keluar aja, biarin aja Willie sendirian di sini” Inggrit langsung saja menarik tangan Mentari lembut.
“Mama..!” teriak Willie.
“Ih ngeselin banget sih mama” gerutu Willie kesal.
.
.
Kini di kantin sekolah, Gibran dan Geral yang sedang menyantap makanan mereka menatap ke arah Queen seperti mempertanyakan sesuatu.
“Ngapain lu lihatin gua kayak gitu kak?” tanya Queen heran.
“Tumben lo sendiri aja Queen, Mentari kemana Queen?” tanya Gibran.
“Nggak masuk” jawab Queen singkat.
Gibran menyipitkan matanya mendengar jawaban dari gadis itu.
“Gua kok merasa ada yang aneh ya, sejak Mentari masuk ke sekolah ini. Willie dan juga Mentari selalu libur bersamaan. Saat Willie tidak masuk kuliah, Mentari pun juga tidak masuk sekolah” ujar Geral.
“Sama kak, gua juga ngerasa ngerasa kayak gitu” timpal Queen.
“Pertama, Mentari itu dulu numpang tinggal di rumah kak Willie. Walaupun sekarang nggak sih.”
“Tapi setiap kali kak Willie libur Mentari juga libur” ujar Queen.
“Dan kemarin gua ke rumah kak Willie lagi kata pembantunya kak Willie sekarang pindah ke apartemen” lanjut Queen.
Geral dan Gibran yang mendengar penjelasan dari Queen langsung terkejut. Aneh aja sahabatnya itu tiba-tiba saja pindah ke apartemen.
Karena jika berbicara tentang Willie. Willie merupakan anak yang manja, walau pun ia di luar terlihat cuek dan jutek. Dan orang tua Willie tidak akan memberikan izin pada cowok itu untuk tinggal sendiri.
Buktinya saja saat dulu mereka bertiga hobby balapan, mama dan papa Willie pasti akan mencari cowok itu kalau pulang terlambat. Lah sekarang malah diizinin tinggal sendiri. Yang ada makin nggak beraturan tu anak.
“Lu serius Queen?” tanya Geral.
“Serius kak,malah ya kata bibik kakak Willie pindah ke apartemen bareng pacar atau istri gitu lah” ujar Queen.
“Istri” ucap Geral dan Gibran serentak, yang langsung dianggukan Queen pelan.
“Bangsat! Kalau iya Willie udah punya istri kapan dia nikahnya” ujar Geral tidak percaya.
“Mana gua tau” jawab Queen santai.
“Fiks besok kita harus tanya sama Willie” ucap Geral.
.
Inggrit menatap Mentari dengan tersenyum hangat, ia merangkul Mentari.
“Sayang… makasih ya udah mau jadi mantu mama.”
Mentari terdiam, ia hanya dapat tersenyum kikuk dengan ucapan mama mertuanya itu.
“Mama yakin pasti Willie suka bersikap seenak nya sama kamu. Dan juga anak itu pasti banyak ngerepoti kamu ya.”
“Nggak kok ma, Kak Willie kan suami Tari. Jadi sudah kewajiban juga bagi Tari merawat kak Willie” Mentari tersenyum manis.
Memang selama ini Willie tidak pernah memperlakukan Mentari selayaknya seorang istri. Cowok itu juga sering berkata yang membuat hatinya sakit. Bahkan Willie tidak pernah memikirkan perasaan dia saat Willie bersama Natasya.
“Owh iya sayang, Willie itu kalau lagi sakit pasti manja banget. Makan minta disuapin dan kayak tadi selalu minta di temenin di dalam kamar. Jadi kamu harus sabar ya sayang sama kelakuan Willie”
“Selalu ma” Mentari tersenyum manis.
“Mama udah sarapan? Apa mau Tari siapain makanan?” Tawar Mentari pada mama mertuanya.
“Nggak usah sayang, mama udah makan.”
“Kayaknya mama pulang aja deh, biar kamu bisa ikutan istirahat saat Willie lagi tidur.”
“Ya, kok mama cepat banget sih pulangnya”
“Lain kali aja ya sayang mama main kesini! Kalau perlu mama nginep disini” ujar Inggrit.
“Mama hati-hati ya pulangnya” ucap Mentari lembut.
“Iya sayang, ya udah kalo gitu mama pulang dulu”
“Kabarin Tari kalau mama udah sampai rumah ya ma” Mentari salim dengan Inggrit. Setelah itu mengantarkan mama mertuanya ke depan pintu apartemen.
Setelah kepergian Inggrit, Mentari melihat Willie di kamarnya. Dan ternyata cowok itu sudah tertidur dengan lelapnya.
“Mending aku buatin kak Willie bubur deh untuk makan siangnya”
.
Kini jam sudah nunjukkan pukul 12 siang, Willie yang sudah bangun dari tidur sedang duduk di ruang keluarga. Karena dia merasa bosan di makan terus.
Ting… Ting…
“Tari tolong bukain pintu, kayaknya mama sama papa balik lagi kesini” teriak Willie pada Mentari yang sedang berada di dapur.
“Iya kak” Mentari langsung melangkah kaki ke arah pintu apartemen.
“Mama balik la…” Mentari terkejut saat melihat siapa yang datang.
“Kalian!”
Bersambung…
karna merasa ga respect dn ga suka dgn peran mentari terlalu lebay💯%