NovelToon NovelToon
Candu Istri Klienku

Candu Istri Klienku

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Cinta Terlarang
Popularitas:56k
Nilai: 5
Nama Author: N_dafa

"Jangan, Mas! aku sudah bersuami."
"Suami macam apa yang kamu pertahankan itu? suami yang selalu menyakitimu, hem?"
"Itu bukan urusanmu, Mas."
"Akan menjadi urusanku, karena kamu milikku."
"akh!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N_dafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35

“Apa sih, Ar?” Ajeng meninju perut adiknya pelan. “Arka nih, Bu, bicaranya yang enggak-enggak.”

Ajeng sengaja mengadu agar terkesan dibully oleh adiknya.

“Kalau bukan selingkuhan, kenapa mereka kesini? Emangnya, Mbak Ajeng mau bikin toko parfum disini?" Arka masih ngeyel.

“Ya, kami sedang survey disini." Tiba-tiba, suara Biantara menyela. "Kata Ajeng, upah minimum disini masih rendah. Siapa tahu kami bisa mendapatkan keuntungan lebih besar.”

“Cih, dasar kompeni!”

“Arka…” Bu Marini langsung mengingatkan anaknya.

“Iya… iya… kan aku ngomong yang sebenarnya.” Arka berdecak.

“Sudah… sudah…! Ayo masuk semua. Nak Bian, Nak Wisnu, nggak apa-apa kan kalau tidur sekamar berdua? Soalnya, kamar di rumah ini cuma ada empat.”

“Iya, Bu. Nggak apa-apa. Kami sudah terima kasih diberi tempat disini.” tentu saja Biantara sedang menjaga imagenya di depan ibu Ajeng.

Bu Marini tersenyum tulus.

“Kamu udah makan belum, Le? Ibu masakin telor dadar kalau belum makan. Soto ibu abis soalnya.” wanita itu beralih ke anaknya.

“Arka udah makan di rumah Bude tadi, Bu. Tadi mampir sebentar.”

“Ya sudah, kalau gitu, kita istirahat semua ya. Besok ibu harus ke pasar pagi-pagi.”

Semua orang menurut. Tapi, hanya Ajeng yang masuk kamar bersama ibunya. Sebenarnya, Ajeng punya kamarnya sendiri. Tapi, karena dia rindu ibunya, wanita itu ingin tidur bersama beliau.

Sedangkan tiga lelaki di ruang tengah, masih sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Jika Biantara dan Wisnu sedang berkutat dengan pekerjaan, maka Arka sedang bermain game online di ponselnya.

“Yeah, Victory!” Teriak pemuda itu, membuat Biantara dan Wisnu menoleh spontan.

“Dasar bocah!” gumam Wisnu terlihat kesal karena dikejutkan.

Sementara Biantara, menggelengkan kepalanya memaklumi.

“Kenapa, Om?” tanya Arka enteng.

“Siapa yang kamu panggil Om?” Wisnu tersinggung.

“Ya Om lah. Kan Om yang tadi ngomong.”

“Maksud kamu, saya?” Wisnu masih tak terima.

“Ya iyalah…. Siapa lagi? Kan yang Om-om di rumah ini cuma kalian.”

“Saya ini masih muda, Bocah! Enak aja, kamu sudah sebesar itu, panggil saya Om.” Wisnu mencak-mencak.

“Ya elah, Nu. Ngapain sih ngajak dia debat?” Biantara berusaha memisahkan mereka.

“Dia udah kurang ajar, Bi. Masa kita dipanggil Om. Jelas-jelas kita masih single.”

“Wah, masih single? Serius? Udah pada brewokan gitu masih single?” kan, Arka mulai lagi.

Biantara dan Wisnu saling berpandangan dengan tatapan berbeda. Kalau Wisnu mendengus kesal, Biantara pun sebenarnya kesal juga, namun dia tahan-tahan demi menjaga image di depan calon adik ipar.

“Sebenarnya, apa sih mau kamu, Bocah? Kamu nggak suka kita nginep disini?” Wisnu tidak mau basa-basi.

“Bagi rokok, Om! Rokok Om keren.” Arka menaik turunkan alisnya tengil.

“Kamu membuat saya kesal, cuma mau minta rokok?” Wisnu melotot tak terima.

“Saya nggak niat bikin Om kesel. Om aja yang baperan.” belum selesai juga pemuda itu membuat Wisnu jengkel.

“Jangan panggil saya Om! Saya masih muda. Saya baru 30 tahun.”

“Jauh kalau sama saya, Om. Saya masih 19 tahun. Ya, Om, ya… bagi rokoknya tuh!” Arka mengisyaratkan menatap rokok Wisnu di atas meja. “Itung-itung biar impas. Kan Om berdua juga pakai kaos sama kolor saya.”

Biantara dan Wisnu sontak menatap yang mereka kenakan masing-masing. Mereka lantas saling berpandangan, menyadari kebenaran yang Arka katakan.

“Nih ambil! Tapi, jangan panggil saya Om lagi!” Wisnu melempar pelan rokok miliknya, agar lebih dekat dengan Arka.

“Wah, makasih, Om, eh, Mas. Lumayan meskipun nggak utuh.” Senang adik Ajeng itu.

Melihat hal itu, Biantara tersenyum kecil. “Besok saya belikan dua lagi. Tapi, jangan sering-sering merokoknya karena nggak baik buat kesehatan kamu.”

“Wah, Mas yang ini dermawan ya. Apa jangan-jangan lagi cari muka sama saya?”

Biantara langsung melunturkan senyumnya mendengar hal itu. Tapi, Wisnu justru tersenyum miring, mencibir sahabatnya.

“Gampang naik darah kayaknya lo, Bi, kalau punya adek ipar modelan dia.” Celetuk Wisnu.

“Kan bener. Mas yang ini pasti naksir Mbak Ajeng ya? Atau jangan-jangan dugaan saya bener, kalau sebenarnya kalian….” Arka sengaja tak melanjutkan ucapannya.

“Kamu sudah dewasa. Tidak perlu membahas hal seperti itu di depan ibumu.” Ucap Biantara, tidak menyangkal lagi.

“Jadi benar?”

“Nggak usah heboh, Bocah! Biantara ini sedang membantu kakakmu lepas dari Rendy.” Wisnu yang menjawab.

Wajah tengil Arka menghilang begitu saja.

“Saya dukung Mas… em, siapa tadi namanya? Biantara ya?” Arka tanya sendiri, tapi juga dijawab sendiri. “Iya, saya dukung Mas Bian asal Mas Bian nggak kayak Mas Rendy.”

“Maksud kamu poligami?” Biantara bertanya.

“Ya. Poligami sama selingkuh. Kasihan Mbak Ajeng udah menahan diri dari lama. Dia suka tiba-tiba pulang ke rumah waktu awal-awal Mas Rendy minta izin nikah lagi. Mbak Ajeng selalu nangis diam-diam disini, tapi nggak ngomong apa-apa.” Arka menunjukkan bahunya yang kokoh.

Perawakan pemuda itu hampir sebesar Biantara dan Rendy, karena kaos ukuranya muat di tubuh mereka berdua, meskipun menjadi press body.

“Tapi, keluarga kalian setuju saja  kan? Memangnya, kalian nggak kasih tahu Ajeng supaya melarang Rendy menikah lagi?”

“Ibu udah bilangin, Mas. Tapi, kata Mbak Ajeng, Mas Rendy mau memperbaiki diri dan mau dikasih kesempatan. Ya udah, ibu nggak bisa berbuat apa-apa lagi selain membiarkan. Cuma, ibu udah nggak mau lagi ngobrol sama Mas Rendy.”

Biantara mengangguk paham. "Mbakmu keras kepala ya?"

Arka mengangguk.

“Meskipun, aku tahu Mbak Ajeng sedih kalau cerai sama Mas Rendy, jujur aja aku seneng. Sebenarnya, udah lama aku curiga sama Mas Rendy. Dulu, aku pernah denger dia telponan sama orang pakai sayang-sayang pas aku sama ibu lagi berkunjung disana.”

“Terus, kamu bilang sama Ajeng?”

Arka mengangguk lagi. “Tapi, kata Mbak Ajeng Mas Rendy biasa bercanda begitu sama temannya.”

Biantara menghela nafas panjang.

“Sebenarnya, kakakmu itu sedang berusaha menutup mata atau memang sangat mencintai Rendy sih?” Tanya lelaki itu.

“Nggak tahu. Tapi, Mbak Ajeng memang terlalu cinta sama Mas Rendy. Mas Rendy itu bisa dikatakan pacar pertama Mbak Ajeng yang langsung jadi suami.”

Biantara mengangguk lagi. Dia merasa mendapat fakta banyak dari pemuda semester satu itu.

“Kamu tenang aja ya. Kalau sama saya. Saya pastikan, Ajeng nggak akan pernah sedih. Saya akan sibukkan dia dengan hal-hal menyenangkan.”

“Asal jangan ditinggal di belakang aja. Nanti, mentang-mentang sudah dimanja, nggak tahunya malah kayak gini lagi di belakang Mbak Ajeng.”

“Nggak akan! Yang penting, kamu mendukung dan merestui Mas.” yakin Biantara.

Jika di ruang keluarga rumah sederhana itu sedang terlibat pembicaraan sesama lelaki, maka di kamar ibunya pun, Ajeng juga sedang berbincang dari hati ke hati dengan ibunya.

“Jadi, Nak Rendy belum tahu kamu gugat cerai dia, Nduk?” Bu marini sedang mengelus rambut Ajeng yang memeluknya sambil berbaring.

“Belum, Bu. Tapi, aku udah kasih tahu dia dari kemarin-kemarin.”

Helaan nafas Bu Marini terdengar berat.

“Apa selama ini hidupmu sangat berat, Nduk?”

Ajeng menjeda beberapa detik sebelum menjawa, "Sebenarnya, udah berat dari dulu, Bu. Cum, kalau sekarang, aku udah capek.”

Bu Marini memahami anaknya. “Ibu nggak membenarkan soal perceraian. Tapi, bertahan seumur hidup dalam kesedihan, itu juga berat. Dan ibu tahu itu. Yang ada, kamu malah nggak ikhlas jadi istrinya Rendy lagi.”

“Makanya, Bu. Ajeng udah ambil keputusan berat ini. Aku nggak apa-apa jadi janda aja daripada punya suami tapi makan hati terus.”

“Ya, Nduk. Yang sabar ya… setelah kamu bebas dari Rendy nanti, Ibu yakin hidup kamu akan lebih bahagia.”

“Aamiin, Bu. Ajeng yakin, doa ibu akan dikabulin sama Tuhan.”

*

1
kalea rizuky
np g cerai wanita bodoh
Umi Badriah
bakalan melahirkan dipenjara Lo brina
Yunita aristya
kok malah jujur 😁 padahal belum saat nya tau kalo cowo itu bian🤭🤣
Cookies
eit dah tuh org, jujur lg 🤭
Yunita aristya
ren2 nanti Ajeng sudah pergi baru tau rasa kamu. mau liat kamu nyesal dan jatuh miskin gara2 istri muda mu yg suka foya2😁😂
Nana Colen
luar biasa aku suka sekali karyamu 😍😍😍😍😍
Yunita aristya
lanjut kak
Nana Colen
lanjut thooooor❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍
Nana Colen
benar benar ya rumput tetangga lebih hijau 🤣🤣🤣🤣
Nana Colen
dasar laki tak tau diri 😡😡😡😡
Yunita aristya
lanjut
Nana Colen
lanjut thooooor❤❤❤❤❤
Fitri Handriayani: lanjut
total 1 replies
Nana Colen
iiiih kesel bacanya dongkol sama si ajeng.... cerai jeng cerai banyak laki yang kaya gitu mh 😡😡😡😡
Keisya Oxcel
penasaran
Yunita aristya
lnjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!