GADIS SAMPAH Berubah Menjadi JENIUS KULTIVASI

Jiang Li yang melihat wajah sendu Su Xiao pun dengan cepat berjalan menghampiri kakak seperguruannya itu begitu pria brengsek itu telah pergi.

“Senior Su, apa yang akan kamu lakukan selanjutnya?”, tanya Jiang Li penasaran.

Su Xiao dengan wajah penuh tekad dan sorot mata membunuh pun menjawab, “Tentu saja memergoki pasangan zina itu dan merobek topeng kemunafikannya!”, ucapnya tajam.

Wu Xia yang melihat tampaknya akan ada keseruan pun segera muncul dari tembok pembatas teras sekte.

“Senior Su,apakah aku boleh ikut pergi bersama kalian”, tanya Wu Xia penuh harap.

Su Xiao yang merasa dengan mengajak Wu Xia akan lebih mudah untuk menemukan keberadaan Lianxing pun dengan cepat menganguk, “Ayo, kita cepat berangkat!”, ucapnya bersemangat.

Ketiga murid perempuan sekte Guanlan itu pergi, meninggalkan banyak pasang mata yang menatap kepergian ketiganya dengan penuh kecemasan.

“Senior Wang, apa tak apa membiarkan ketiganya pergi seperti itu?”, tanya Liu Zhan penuh kekhawatiran.

“Tenang saja. Kultivasi ketiganya sudah cukup tinggi. Apalagi ada Wu Xia bersama mereka, pasti ketiganya akan kembali dengan aman”, jawab Wang Erya optimis.

Liu Zhan yang tahu jika Wu Xia sudah berada di kultivasi tingkat Yuanying meski sekarang tingkat kultivasi itu dia sembunyikan sehingga semua orang hanya kan melihatnya di tingkat Jiedan level 3, dan mengetahui jika gadis kecil itu bisa meramalkan kejadian yang akan terjadi, maka kekhawatiran dalam hatinya pun sedikit mereda.

“Biarkan Su Xiao menyelesaikan urusan hatinya dulu. Jika masalah ini bisa cepat selesai maka dalam turnamen nanti, dia bisa fokus”, ucap Qin Zi.

Semua orang yang sebelumnya merasakan kekhawatiran, kini perlahan mulai merasa lega.

Sementara itu, ketiga perempuan yang tengah menguntit Lianxing pergi ke kota Dougli yang berada tak jauh dari kota Nalan dimana sekte Guanlan berada,mereka menemukan jika pria brengsek itu tengah menemui seorang gadis cantik di tengah pasar.

Dari penampilannya, tampaknya gadis itu berasal dari keluarga kaya. Su Xiao bisa melihat jika Lianxing memainkan peran yang sama seperti ketika bersama dirinya, membuat hatinya merasa kecewa dan marah.

“Ck, pria itu benar-benar brengsek! Bahkan dia memiliki perempuan yang bernasib sama seperti senior Su dibeberapa kota tetangga, seperti yang ada di kota Dougli ini”, batin Wu Xia geram.

Ketiganya terus mengikuti pergerakan Lianxing dari kejauhan dan memastikan jika mereka bisa menangkap basah pasangan pezina itu.

Wu Xia yang merasa jika menangkap basah pasangan zina itu tak menguntungkan karena merasa jika mereka semuanya adalah korban kebohongan Lianxing, sama seperti Su Xiao, gadis kecil itu pun memberanikan diri untuk memberi saran kepada seniornya.

“Senior Su, bagaimana jika kita bekerja sama dengan gadis  itu agar dia tak terus masuk kedalam jebakan yang dibuat oleh pria brengsek itu”, ucap Wu Xia memberi saran.

Su Xiao mengkerutkan kening sambil menatap tajam Wu Xia. “Apa maksudmu?”, tanya menyelidik.

“Gadis itu, aku rasa dia juga salah satu korban Lianxing. Bagaimana jika dia kita ajak bekerja sama. Alih-alih menjadikannya musuh, akan lebih baik jika kita bersekutu. Lagipula, dilihat dari penampilannya,sepertinya gadis itu berasal dari keluarga bangsawan dan itu sangat menguntungkan bagi kita”, ucap Wu Xia memberi saran.

Su xiao tampak memikirkan sejenak apa yang Wu Xia katakan. Merasa jika hal itu lebih baik, agar semua gadis yang menjadi korban kebohongan Lianxing bisa membuka mata mereka dan tak lagi tertipu oleh semua kebohongan dan kemunafikan pria brengsek itu.

Tampaknya, usaha Lianxing untuk merayu gadis tersebut berhasil. Terbukti, setelah mengantarnya jalan-jalan dan berbelanja serta makan, pria brengsek itu mendapatkan sebuah kantung penyimpanan yang Su Xiao yakini berisi batu kristal yang tak sedikit mengingat penampilan dan banyaknya pengawal yang menjaga gadis itu menunjukkan jika gadis itu berasal dari keluarga kaya dan terpandang di kota ini.

Begitu Lianxing pergi, Su Xiao segera berjalan mendekati gadis yang diduga telah menjadi korban penipuan ceriat sedih yang Lianxing bawa.

“Apa! Bagaimana mungkin dia menipuku!”, teriak gadis yang bernama Zuzu tersebut tak percaya.

“Jika kamu tak percaya. Ayo kita ikuti dia dan kamu bisa lihat sendiri bagaimana kelakuan Lianxing dibelakang kita, karena aku yakin jika dia memerlukan banyak batu kristal untuk menikahi kekasihnya. Dia sekarang pasti sedang berjalan menuju gadis lain yang tertipu oleh cerita sedih yang dibawanya seperti kita berdua”, ucap Su Xiao penuh semangat.

Zuzu yang masih tak percaya jika Lianxing seperti yang Su Xiao gambarkan pun bersedia ikut untuk menguntit Lianxing.

Kini keempat perempuan beda usia itupun berjalan cepat agar tak ketinggalan jejak Lianxing yang sudah berada di aula teleportasi.

“Sekarang, dia menuju kota Bahrain!”, teriak Wu Xia dalam hati.

Tak ingin kehilangan jejak, ke empatnya pun segera menuju aula teleportasi dan setelah mendapatkan informasi jika Lianxing pergi ke kota Bahrain, sama seperti yang Wu Xia ucapkan maka mereka pun segera menyusul kesana.

Seperti yang sudah Su Xiao duga, di kota Bahrain ini, Lianxing juga menemui gadis seperti dirinya dan Zuzu yang menjadi korban kebohongan pria brengsek itu.

Bedanya, perempuan yang mereka perkirakan masihlah seorang gadis nyatanya sudah menikah dan tak bahagia dengan suaminya yang tua dimana dulu dia dinikahkan karena pria tua itu kaya raya sehingga perempuan yang bernama Muzi tersebut pun mencari kehangatan bersama pria lain yang masih muda.

Lianxing yang mengetahui hal itupun segera memanfaatkannya. Karena Muzi merupakan perempuan yang sudah menikah dan butuh kehangatan, maka tak jarang dia memberikan apa yang perempuan itu inginkan dan mendapatkan batu kristal sebagai imbalannya.

Seperti saat ini, begitu bertemu, keduanya pun segera menuju penginapan yang ada di sebuah gang yang sepi, dan tampaknya penginapan itu sudah menjadi tempat yang biasa dipergunakan oleh Lianxing dan Muzi untuk bertemu.

Zizi yang memergoki Lianxing memiliki perempuan lain dan melakukan hubungan layaknya suami istri merasa sangat marah dan ingin membunuhnya saat ini juga, tapi ditahan oleh Su Xiao.

“Tunggu, ini beluam final. Kamu bisa melampiaskan amarahmu nanti di rumahnya, karena disanalah dia menyembunyikan dan memanjakan ibu serta kekasih hatinya dengan menggunakan batu kristal yang didapatkan dari kita. Lagipula, jika kita membuat keributan disini, itu tak akan membuatnya jera, tapi berbeda jika kita membuat keributan dirumahnya”.

Apa yang Su Xiao katakan, membuat Zizi kembali menyarungkan pedangnya dan berusaha menahan amarah mendengar suara nyanyian penuh sahwat yang mengalun dari dalam kamar yang Lianxing gunakan untuk berbuat zina.

Setelah selesai menyalurkan nafsu duniawinya, keduanya keluar dari dalam kamar dengan wajah hijau, membuat Zizi mengkerutkan kening merasa heran sementara Su Xiao, Jiang Li dan Wu Xia sudah tertawa terpingkal-pingkal.

“Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa wajah mereka berubah menjadi hijau seperti itu?”, tanyanya penasaran.

Su Xiao pun menceritakan mengenai jimat topi hijau yang dimasukkannya kedalam tubuh Lianxing untuk membuktikan jika pria itu telah berselingkuh dibelakanganya.

“Untung saja kamu tak berbuat hal kelewat batas dengannya. Jika tidak, mungkin wajahmu akan menjadi hijau seperti itu. Dan jimat yang kutanam tak bisa dihilangkan sehingga keduanya akan tetap memiliki wajah berwarna hijau dalam satu bulan kedepan”, ucap Su Xiao sambil terkekeh geli.

Zizi bergidik ngeri membayangkan jika dirinya sampai berwajah hijau seperti itu, betapa memalukannya.

Untungnya, hubungannya dengan  Lianxing hanya sebatas pegangan tangan tak sampai menjurus kearah lebih intim karena dia tahu, sebelum menikah pantang baginya untuk menyerahkan kesucian dirinya kepada lelaki, meski dia sangat mencintai lelaki itu.

Prinsip yang dianggap banyak orang kolot dan kaku itu nyatanya kini menjauhkannya dari malapetaka yang akan membuatnya hancur karena lelaki yang dia cintainya nyatanya hanya menjadikannya alat untuk meraup batu kristal demi menunjang kehidupannya dan keluarganya serta wanita lain yang lelaki itu cintai.