Jodoh itu unik.
Yang selalu diimpikan, tak berujung pernikahan. Yang awalnya tak pernah dipikirkan, justru bersanding di pelaminan.
Lintang Jelita Sutedjo dan Alan Prawira menikah atas dasar perjodohan kedua orang tuanya. Selisih usia 10 tahun tak menghalangi niat dua keluarga untuk menyatukan anak-anak mereka.
Lintang berasal dari keluarga ningrat yang kaya dan terpandang. Sedangkan Alan berprofesi sebagai dokter spesialis anak, berasal dari keluarga biasa bukan ningrat atau konglomerat.
Pernikahan mereka dilakukan sekitar empat bulan sebelum Lintang lulus SMA. Pernikahan itu dilakukan secara tertutup dan hanya keluarga yang tau.
Alan adalah cinta pertama Lintang secara diam-diam. Namun tidak dengan Alan yang mencintai wanita lain.
"Kak Alan, mohon bimbing aku."
"Aku bukan kakakmu, apalagi guru bimbelmu yang harus membimbingmu!" ketus Alan.
"Kak Alan, aku cinta kakak."
"Cintaku bukan kamu!"
"Siapa ??"
Mampukah Lintang membuat Alan mencintainya? Simak kisahnya.💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 - Sebuah Ciuman
"Malam ini aku sedang tidak ingin membahas siapapun. Lagi pula hal itu sudah masa lalu, biarlah tetap menjadi masa lalu. Bukankah masa depan hanya ada aku dan kamu,"
Lintang pun terdiam. Bibirnya terkunci rapat karena Alan enggan membahas perasaannya tentang masa lalu.
Tak lama setelah berpikir, Lintang pun membenarkan perkataan Alan. Untuk apa mengungkit masa lalu yang sifatnya hanya menyakitkan diri. Terutama menyakiti perasaan Lintang.
Alhasil Lintang semakin mengeratkan pelukannya pada Alan yang dibalas elusan lembut di punggungnya dari telapak tangan sang suami. Hal itu benar-benar menenangkannya, pikir Lintang.
"Mulai detik ini kita buat kesepakatan. Jangan membahas masa lalu. Oke?" pinta Alan.
"Setuju," sahut Lintang terdengar begitu antusias. "Hanya ada aku dan kakak," imbuhnya.
"Iya,"
"Janji," ucap Lintang seraya menyodorkan jari kelingkingnya pada Alan.
"Kakak janji," balas Alan yang menyatukan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Lintang.
"Setelah ini mari kita tulis dongeng cinta kita berdua," ucap Lintang.
"Siap, istri kecilnya Dokter Alan." Godanya.
Lintang tak marah. Ia justru tertawa kecil mendengar godaan sang suami. Lintang tersenyum hingga menampilkan deretan gigi putihnya di depan Alan.
"Adek sayang kakak,"
Keduanya pun saling pandang satu sama lain. Lintang tersenyum malu ditatap intens oleh Alan. Sedangkan Alan sedang berusaha menyelami arti kehadiran Lintang dalam hidupnya dan di hatinya.
☘️☘️
Entah apa yang merasukinya, tiba-tiba mata Lintang membola dan terkejut saat bibir Alan telah menempel pada bibirnya. Bahkan tangan sang suami sembari menahan tengkuknya.
Cup...
Lintang yang masih bingung dengan kondisi yang terjadi, sedikit membuka mulutnya. Ia hendak melayangkan protes karena Alan menciumnya tanpa aba-aba.
Namun justru kondisi ini dimanfaatkan Alan semakin memperdalam ciumannya. Begitu lembut dan menjiwai.
Ini adalah ciuman pertama mereka sebagai suami-istri.
Eughh...
Alih-alih protes, Lintang justru terbuai dan memejamkan kedua matanya. Tanpa sadar suara lak_nat pun lolos keluar dari bibirnya. Wajah Lintang semakin memerah malu.
Tanpa sadar kini bibir Alan sudah berada di ceruk leher Lintang perlahan turun ke tulang selangka.
Saat tangan Alan perlahan menyusup masuk guna menyapa mahoni kembar milik Lintang yang ukurannya masih tunas karena belum pernah dija_mah, seketika kesadarannya muncul. Alan pun perlahan melepaskan ciumannya.
Alan tersenyum melihat Lintang yang masih memejamkan keduanya matanya. Lalu, Alan kembali merapikan bathrobe Lintang yang sedikit terbuka karena ulah tangannya yang nakal.
Cup...
Alan mencium kening Lintang dengan penuh kelembutan tanpa has_rat. Malam ini Alan memutuskan untuk menahan dan memukul mundur has_ratnya.
"Tidurlah," titah Alan.
"Kenapa enggak jadi?" Lintang yang sudah membuka kedua matanya, justru balik bertanya.
Lintang teringat dengan adegan di film dewasa yang pernah ditontonnya dengan Mila. Wejangan Mila dan kedua kakak iparnya juga mendadak berseliweran di otaknya kala Alan mencium bibirnya tadi.
Ketiga perempuan itu pernah menasehati Lintang di waktu dan tempat berbeda tentunya bahwa pria dewasa butuh melakukan hal in_tim. Sebuah hal normal yang menandakan bahwa dia seorang pria tulen.
"Aku udah pernah janji sama kamu sebelum kita menikah. Aku enggak akan melakukannya kecuali setelah kita mengadakan resepsi,"
"Tapi, adek mau. Kata Mbak Rara, Mbak Indah dan Mbak Mila, semua pria dewasa wajib melakukan itu. Kalau enggak, nanti sakit. Adek enggak mau kakak sampai jatuh sakit gara-gara tidak melakukannya," tutur Lintang dengan mimik wajah polosnya.
Yang ada di pikiran Lintang, sakit yang diderita Alan nantinya jika tidak melakukan hal in_tim tersebut adalah demam alias panas tinggi.
Alan tersenyum tipis melihat kepolosan sang istri. Namun entah mengapa justru hal itu membuatnya bahagia yang tak bisa dirangkai dengan kata-kata.
"Tidak sesederhana seperti yang kamu pikirkan, Lin. Ada beberapa ketakutan yang aku pikirkan kalau sampai melakukannya,"
"Ketakutan apa?"
"Aku takut kamu hamil sebelum resepsi dilakukan,"
"Adek enggak takut. Kan adek udah punya suami," ucap Lintang. "Kalau adek enggak punya suami terus hamil seperti teman sekolah adek, nah itu baru takut dan malu." Sambungnya.
Ya, teman di sekolah Lintang pernah ada yang ketahuan hamil di luar nikah akibat gaya pacaran bebas yang keblabasan. Pihak sekolah memang tidak mengeluarkan siswi tersebut. Namun karena didera rasa malu, orang tua siswi tersebut yang mengeluarkan putrinya dari sana dan tak bersekolah lagi.
"Kadang pemikiran orang lain belum tentu sama dengan kita. Walaupun kita menunjukkan bukti pernikahan secara lengkap dan akurat, orang-orang terbiasa percaya dengan gosip murahan yang entah dari bibir siapa hal itu bermula."
"Biarin aja! Adek enggak peduli!"
"Tapi, aku peduli Lin. Kamu istriku, mana mungkin aku diam saja saat ada orang lain menggosipkan kamu yang tidak-tidak. Aku enggak mau kamu digosipkan hamil di luar nikah sebelum resepsi terjadi,"
"Kata mami sewaktu dulu adek pernah dibully di sekolah, kita enggak bisa nutup semua mulut orang yang bermaksud menghina diri kita. Tuhan cuma kasih kita dua telapak tangan saja. Jadi, yang bisa kita lakukan adalah menutup rapat telinga kita dengan kedua telapak tangan yang sudah dianugerahkan oleh Tuhan. Jangan memikirkan hal-hal yang tidak penting dalam hidup kita,"
Hening tercipta sejenak. Keduanya tampak memikirkan jalan keluarnya, terutama Alan.
"Bagaimana kalau setelah kamu wisuda sekolah, kita mengadakan resepsi? Apa kamu setuju?"
Bersambung...
🍁🍁🍁