Harusnya, dia menjadi kakak iparku. Tapi, malam itu aku merenggut kesuciannya dan aku tak dapat melakukan apapun selain setuju harus menikah dengannya.
Pernikahan kami terjadi karena kesalah fahaman, dan ujian yang datang bertubi-tubi membuat hubungan kami semakin renggang.
Ini lebih rumit dari apa yang kuperkirakan, namun kemudian Takdir memberiku satu benang yang aku berharap bisa menghubungkan ku dengannya!
Aku sudah mati sejak malam itu. Sejak, apa yang paling berharga dalam hidupku direnggut paksa oleh tunangan adikku sendiri.
Aku dinikahkan dengan bajingan itu, dibenci oleh keluargaku sendiri.
Dan tidak hanya itu, aku difitnah kemudian dikurung dalam penjara hingga tujuh tahun lamanya.
Didunia ini, tak satupun orang yang benar-benar ku benci, selain dia penyebab kesalahan malam itu.~ Anja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atuusalimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bagian 7,part 6
"kenapa aku ditangkap?
Apa mereka mengatakan aku pembunuhannya? Aku tidak melakukan kejahatan apapun, sekarang seharusnya aku akan kesana untuk menyelesaikan masalah ini kepada keluarga bi Sumi, tapi... Mengapa mereka sekarang menatapku dengan penuh gugatan?" kepala Anja berisik oleh ribuan pertanyaan yang ia tidak mengerti, namun ia terlalu syok sampai tak ada satu suarapun yang keluar untuk membela dirinya sendiri.
Anja berusaha membantah, tubuhnya memberontak dan berteriak, tapi para petugas itu tak peduli. Mereka menekuk tubuh Anja, menyatukan dua tangannya kebelakang dan membelenggunya dengan besi.
Langkahnya diseret, tertatih-tatih ia menyeimbangkan tubuhnya yang limbung karena para petugas itu kadang mendorongnya tanpa perasaan jika dia berjalan lambat.
"Cepat!" Mereka terus saja membentak.
Akhirnya, ia menyerah pada dirinya sendiri. Ia terlalu lelah, seluruh emosinya terkuras habis karena musibah yang datang terus menerus, menekan seolah mencoba menguji kewarasannya.
Reka hanya bisa menatap bingung saat dia diperlakukan sebagai penjahat.
Kasus ini bukankah masih perlu penyelidikan? Monolognya dalam hati.
Tatapan Anja penuh tuduhan ke arahnya. Sekilas, pada sorot matanya nampak dendam yang sudah mulai berakar.
"Tenanglah nak, kami akan mencari keadilan untukmu!
Kami akan mencari pengacara terbaik untuk membebaskanmu!" Anja memandang pasrah, merasakan dunia yang terasa begitu kejam terhadapnya.
"Jangan takut, sampai kapanpun kami akan berada dipihakmu!"suara papi Reka terdengar.
kemudian, jerit histeris Bu Niar terdengar. Suara mbak Erna yang berusaha menenangkan.
"Cepat!"bentakan itu lagi. Ia muak mendengarnya. Tetapi tak ayal, ia tetap hanya bisa terus berjalan saat dua petugas itu terus menyeretnya, memperlakukan ia sebagai orang paling jahat didunia.
***
Rio menyuruh Anja duduk di kursi yang merapat dengan tembok, sementara dirinya mengambil posisi duduk dihadapannya. Rekannya datang, sambil menyalakan sebatang rokok. Kini, ruangan kecil itu terasa semakin pengap.
"Kamu tau mengapa kami menangkapmu?" kecamnya sambil menatap Anja penuh tuntutan.
Anja menggeleng, matanya mulai menghangat "tidak tau!"katanya dengan bibir bergetar.
"Anda telah dituduh menjadi dalang pembunuhan saudari Sumi. Mengapa anda membunuhnya?"
Dia dikacaukan dengan perasaan takut yang kembali menyusup kemudian membuatnya menjawab ragu-ragu.
"A-aku tidak membunuhnya!"
"Semua bukti juga keterangan saksi mengarah kepadamu. Jika kamu menolak mengakuinya, lantas menurutmu, siapa pembunuhnya?" Tanya Rio sambil menunjuk kearahnya. Tatapan matanya tajam, menghujam kedalam jantung penuh tudingan.
"Silvi yang melakukannya, di-dia menusuk bi sumi dengan pisau!"suaranya seperti tertelan kembali, matanya bergerak kesana-kemari karena berusaha menemukan jawaban dalam pikirannya yang berjalan cepat.
Intuisi Rio semakin kuat, ia terus mengawasi gerak-geriknya seperti predator yang terus mengawasi mangsanya. Tatapannya menuduh, menekan sehingga Anja merasakan tubuhnya tenggelam kemudian terjebak dalam kegelapan.
"Di bagian mana dia menusuk bi Sumi?"cecarnya terus mengintimidasi.
"Kanan, emhh kiri!" Ralat Anja sambil terus berpikir cepat. Otaknya mulai memberontak, mengapa ia merasa terus dipojokan?
"Berapa tusukan?"
"Satu!"
Rio masih terus memperhatikan Anja yang terus menunduk. "coba kamu ceritakan detail pada saat kejadian!"
Untuk yang kesekian kalinya Rio kembali mendengar kejadian malam itu secara lisan namun dengan versi Anja sebagai korban.
Hanya saja ia menceritakannya dengan perasaan takut, sehingga membuat Rio memandangnya jemu, jengkel, kesal setengah tak percaya.
Derit kursi yang ditarik terdengar. Rekan Rio yang sedari tadi ikut mengawasinya berdiri, mencondongkan tubuhnya kemudian menatap Anja penuh intimidasi.
"Kamu tau, setiap kamu menjawab seperti selangkah demi selangkah membuktikan bahwa kamu itu pembunuhnya!"tekannya dengan suara dalam.
"Tapi...tapi saya benar-benar tidak membunuhnya!" pertahanan Anja mulai runtuh, matanya menghangat dalam situasi perasaannya yang kacau. Wanita itu mulai menangis ketakutan.
Hati mereka tak sama sekali tergerak. Lagi-lagi mereka menatap Anja dengan tatapan penuh kejengkelan. Hal biasa yang mereka temukan ketika mengintrogasi tahanan-tahanan sebelumnya.
Tak ada jurus yang lain selain air mata, seolah-olah lupa bahwa mereka telah melakukan perbuatan nya yang keji.
"Kenapa kamu membunuhnya?"
"saya tidak membunuhnya!"elak Anja berteriak histeris..
"Kalau tidak, mengapa sidik jari pisau yang digunakan untuk menusuk itu milikmu?" Bentak Rio tak sabar. Rekannya menarik diri dan menghembuskan napas keras-keras.
"Aku yang mengambil pisau ditubuh bi Sumi,"
"Tapi saat petugas datang, pisau itu masih tertancap ditubuh korban!"
Nyali Anja ciut, ia sudah tak tak lagi punya kata-kata untuk membela diri. Ia ingat sekali, jelas-jelas ia yang mencabut pisau itu ditubuh bi Sumi. Masih segar dalam ingatan, bagaimana tangannya berlumuran darah setelah mencabut benda tajam itu dibahu bi Sumi.
Dua petugas itu meninggalkannya dengan wajah kesal, bangkit dan meninggalkan Anja yang terus menangis.
Ia sudah merasakan mati, tapi saat dua orang itu terus menerus membentaknya. Ia hanya merasakan luka pada hatinya dikuliti, disiram zat asam sehingga ia terus memberontak kesakitan. Dia menyayangi Bi Sumi, dia sudah menganggapnya sebagai ibu sendiri. Sekarang, mereka mengatakan dia yang terlah membunuhnya. Mana mungkin?
percakapan terpanjang antara Anja dan Reka hehe