NovelToon NovelToon
Dinikahi Suami Kembaranku

Dinikahi Suami Kembaranku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Selingkuh / Pengantin Pengganti / Beda Usia / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Misstie

Syima dan Syama adalah kembar identik dengan kepribadian yang bertolak belakang. Syama feminim, sementara Syima dikenal sebagai gadis tomboy yang suka melanggar aturan dan kurang berprestasi akademik.

Hari pernikahan berubah menjadi mimpi buruk, saat Syama tiba-tiba menghilang, meninggalkan surat permintaan maaf. Resepsi mewah yang sudah dipersiapkan dan mengundang pejabat negara termasuk presiden, membuat keluarga kedua belah pihak panik. Demi menjaga nama baik, orang tua memutuskan Devanka menikahi Syima sebagai penggantinya.

Syima yang awalnya menolak akhirnya luluh melihat karena kasihan pada kedua orang tuanya. Pernikahan pun dilaksanakan, Devan dan Syima menjalani pernikahan yang sebenarnya.

Namun tiba-tiba Syama kembali dengan membawa sebuah alasan kenapa dia pergi dan kini Syama meminta Devanka kembali padanya.

Apa yang dilakukan Syima dalam mempertahankan rumah tangganya? Atau ia akan kembali mengalah pada kembarannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Misstie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Langkah membuat bangga

Syima duduk di bangku taman kampus sambil memakan bakso bakar yang baru dibelinya. Matanya menatap kosong ke arah mahasiswa-mahasiswa yang berlalu lalang, pikirannya melayang pada kondisi ibunya di rumah. Sudah tiga hari sejak ibunya pulang dari rumah sakit, dan Syima masih belum bisa menghilangkan kekhawatiran yang mengganjal di dadanya.

"Syi, lagi ngapain sendiri?" suara familiar Gama mengejutkannya.Syima menoleh dan melihat sahabat dekatnya itu berjalan menghampiri dengan dua gelas es teh di tangannya.

"Makan siang," jawab Syima sambil menggeser posisinya, memberi tempat untuk Gama duduk.

"Nih, es teh buat kamu. Kelihatan butuh banget," kata Gama sambil menyerahkan salah satu gelas.

"Makasih," Syima menerima es teh itu dan langsung meminumnya.Gama memperhatikan wajah sahabatnya yang terlihat pucat dan mata yang sedikit sembab.

"Kenapa? Dari kemarin kelihatan murung terus."Syima terdiam sejenak, menimbang-nimbang apakah dia harus bercerita atau tidak. Gama adalah teman terdekatnya di kampus, satu-satunya yang tahu betul sifat aslinya di balik topeng keras yang sering dia pakai.

"Ibuku sakit, Gam," kata Syima akhirnya dengan suara pelan.

"Sakit apa? Serius?" tanya Gama dengan nada khawatir.

"Kanker payudara," jawab Syima sambil menatap gelas es tehnya. "Baru ketauan seminggu yang lalu pas Ibu pingsan."

Gama terdiam, tidak menyangka berita seberat itu. Dia tahu betapa sayangnya Syima pada keluarganya.

"Serius? Aku gak nyangka. Gimana kondisi Ibu sekarang?" Gama mengenal Dewi sejak SMA. Ibu Syima pada semua orang.

"Lagi nunggu jadwal operasi. Dokter bilang masih stadium dua, jadi kemungkinan sembuhnya besar," Syima menghela napas panjang. "Tapi aku tetep takut, Gam. Takut banget."

Gama memindahkan posisinya lebih dekat dengan Syima. "Dengar, Syi. Ibu pasti kuat. Kamu kan bilang Ibu orangnya tegar banget."

"Iya, Ibu emang kuat. Tapi..." Syima menggigit bibirnya, berusaha menahan air mata. "Bapak jadi kelihatan tua banget, Gam. Rambutnya yang tadinya cuma beruban dikit, sekarang kelihatan udah banyak banget yang putihnya. Dia juga sering melamun, gak kayak biasanya. Aku takut Bapak ikit ngedrop juga."

"Bapak pasti khawatir sama kondisi Ibu, Syi" kata Gama sambil menepuk bahu Syima pelan.

"Aku jadi takut. Takut kehilangan Ibu, takut Bapak ikut sakit juga. Sampai sekarang aku belum membahagiakan mereka, Gam" suara Syima mulai bergetar.

Gama melihat air mata mulai mengalir di pipi sahabatnya. Tanpa berpikir panjang, dia memeluk Syima dari samping."Kamu sudah lakuin yang terbaik buat keluarga kamu. Belum terlambat kamu membuat mereka bangga."

Syima semakin terisak salam pelukan Gama. Selama ini dia selalu berusaha menjadi yang terkuat di keluarga, yang selalu siap menjadi garda terdepan apabila ada yang mengganggu keluarga mereka. Tapi sekarang, untuk pertama kalinya, dia merasa lemah.

"Aku takut banget, Gam. Takut banget kehilangan Ibu," bisik Syima di antara tangisnya.

Gama tidak menjawab, dia hanya mengusap punggung Syima. Karena dia tahu yang dibutuhkan Syima saat ini bukan kata-kata tapi seseorang yang mendukungnya.

Setlah puas menangis Syima melepaskan pelukan, sambil mengusap air matanya. "Makasih, Gam. Makasih selalu dengerin aku curhat."

"Its okay. Aku selalu siap kalau kamu butuh aku," jawab Gama tulus.

Mereka menghabiskan sisa waktu istirahat dengan ngobrol ringan, Gama berusaha mengalihkan pikiran Syima dari kekhawatirannya.

Menjelang jam kuliah berikutnya, sebuah pesan masuk dari Devanka.

Dosen Wali :

Syima, jangan lupa nanti sore jam 3 bimbingan personal di ruangan saya. Ada yang perlu kita bahas soal nilai-nilai kamu.

Syima menunjukkan pesan itu ke Gama. "Aduh, aku lupa ada jadwal bimbingan sama Pak Devan."

"Bimbingan apa?"

"Bimbingan personal buat naikin IPK. You know-lah IPK-ku anjlok gara-gara banyak bolos demo." Syima menghela napas.

"Semangat, Syi. Ini mungkin cara Tuhan buat kamu bikin Ibu Bapak bangga lihat IPKmu tembus 3.00." Gama serius.

Namun yang jadi pikiran Syima adalah rasa canggung bertemu kekasih Syama itu. Selama ini dia mengakui selalu berlaku kurang ajar. Syima agak ragu Devanka akan mrmberikannya nilai yang bagus, karena kelakuannya yang tidak.menyenangkan apabila bertemu di rumah.

Dengan malas, Syima bangkit terlebih dahulu. "Aku lanjut bimbingan dulu deh."

Gama mengangguk. Memberikan jempol. "Semangat ya."

Syima tersenyum miring seraya berjalan menuju gedung dosen dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi dia merasa canggung karena akan berhadapan dengan Devanka secara personal, di sisi lain dia merasa butuh seseorang untuk membantunya memperbaiki nilai. Benar kata Gama, dia harus mulai membuktikan kalau dia bisa. Setidaknya hanya itu yang bisa membuat orang tuanya bangga.

Tangan Syima mengetuk pintu ruang dosen tiga kali, lalu masuk perlahan. Matanya menyapu ruangan mencari kubikel milik Devanka. Tatapan beberapa pengajar mengikutinya. Wajar saja, karena nama Syima lebih sering terdengar di panggung aksi ketimbang kelas.

""Syima." Suara Devanka memecah suasana dari salah satu kubikel yang dikelilingi tumpukan kertas. Devanka mengangkat wajah dan tersenyum ramah.

"Silakan duduk," kata Devanka sambil menunjuk kursi di depan mejanya.

"Selamat sore, Pak," sapa Syima, berusaha menjaga posturnya tetap sopan, meski tegang.

"Sore. Gimana kabar Ibu hari ini? Sudah tiga hari saya belum sempat menengok lagi."

Pertanyaan itu langsung membuat Syima sedikit rileks. Ternyata Devanka membuka percakapan dengan menanyakan kondisi ibunya, bukan langsung masuk ke urusan akademik.

"Alhamdulillah baik, Pak. Kemarin sempat demam sedikit, tapi sekarang udah turun," jawab Syima.

"Syukurlah. Syama bilang Ibu udah mulai nafsu makan lagi ya?"

"Iya, betul."

Senyum Devanka tipis dengan ratapannya hangat. Membuat Syima yang awalnya kaku mulai merasa nyaman.

"Pak, sebelum kita bahas masalah kuliah, saya mau minta maaf dulu," kata Syima tiba-tiba.

"Maaf kenapa?"

"Tentang sikap saya waktu pertemuan bimbingan kelompok yang pertama. Saya tahu saya kurang sopan waktu itu," Syima menunduk.

Devanka terdiam sejenak, lalu tersenyum. "Oke. Saya terima. Adalagi?"

Syima menggeleng.

"Bagus. Sekarang kita bahas rencana perbaikan nilai kamu."

Hampir dua jam Devanka memaparkan strategi belajar, termasuk saran agar Syima mengurangi aktivitas organisasinya. Nada suaranya tegas tapi tidak menghakimi.

"Udah paham semua?" tanya Devanka.

"Iya, Pak. Paham."

"Oke, kalau begitu cukup untuk hari ini. Semoga ini jadi langkah awal perubahanmu."

Syima berdiri. "Kalau gitu saya pamit."

"Silakan."

Namun saat ia baru berbalik, Devanka kembali memanggil. "Syima."

Syima menoleh, sedikit bingung. "Iya, Pak?"

Devanka hanya terdiam. Terlihat menimbang-nimbang apa yang akan di katakannya. Setelah menunggu beberapa detik, tak sepatah kata pun yang terucap dari Devanka. Hal itu malah membuat Syima menjadi kikuk.

"Semoga berhasil ya," ucap Devanka akhirnya. Walaupun terdengar aneh, Syima hanya mengangguk dan melanjutkan keluar ruangan.

1
Ibvundazaky Ibundazaky
ditunggu up nya thor
Misstie
Ceritanya menarik.. 🥰🥰
muznah jenong
thanks untuk double up Thor.....
love you..../Heart//Heart//Heart//Heart//Heart//Rose//Rose//Rose/
Misstie: Sama-sama Kak...
Makasih udah jadi pembaca setia Syima
🥰🥰
total 1 replies
Randa kencana
ceritanya sangat menarik
muznah jenong
wah gawat pak dosen udah yoblos sebelum hari H..,..
Krisna Flowers
👍
muznah jenong
jangan2 bentar lagi pak Devan bucin lagi
di tunggu gaya bucin pak Devan ....pasti konyol istriya tomboy suami ya kaya kanebo ga ada expresi... di tunggu update selanjutnya thor/Heart//Heart//Heart//Heart//Heart/
Mepica_Elano
Aaaahhh! Begitu seru sampe gak berasa waktu berlalu!
Rizitos Bonitos
Bikin galau.
Rakka
Ngakak banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!