NovelToon NovelToon
Tuan Valente Dan Tawanan Hatinya

Tuan Valente Dan Tawanan Hatinya

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Nikah Kontrak / Obsesi / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Pelakor jahat
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Miss Saskya

"Pasar tidak mengenal itu, hutang tetaplah hutang"

"Kalau anda manusia, beri kami sedikit waktu"

"Kau terlalu berani Signorina Ricci"

"Aku bukan mainan mu"

"Aku yang punya kendali atas dirimu"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Saskya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketahuan

Ruang kerja pribadi Kairos di lantai teratas gedung Valente Corp lebih menyerupai suite presiden daripada kantor eksekutif biasa.

Dinding kaca menjulang dari lantai hingga langit-langit, menampilkan panorama kota yang dipenuhi lampu gedung pencakar langit.

Lantai marmer hitam mengilap memantulkan cahaya lampu gantung kristal modern, sementara karpet Persia abu tua menambah kesan elegan.

Di sisi ruangan, rak buku dari kayu mahoni berisi dokumen, jurnal bisnis, dan beberapa botol anggur koleksi pribadi.

Di tengah ruangan berdiri meja kerja besar dari kayu gelap, permukaannya nyaris kosong kecuali laptop tipis, beberapa berkas kontrak, dan pena logam berukir.

Kursi kulit hitam dengan sandaran tinggi menjadi singgasananya, tempat Kairos mengendalikan bisnis senilai miliaran.

Kairos bersandar santai di kursi itu, jemarinya menggulir layar ponsel. Feed berita, laporan bisnis, foto-foto pesta… semua ia lihat sekilas tanpa benar-benar peduli.

Namun, ada bisikan samar di dalam dirinya.

Cari dia, cari Aurora Ricci.

Kairos menggelengkan kepala pelan, bibirnya mengeras.

“Tidak.” gumamnya pada diri sendiri. Tapi bisikan itu semakin kuat, beradu dengan rasa penasaran yang tak bisa ia jinakkan.

Akhirnya, dengan gerakan seolah iseng, jarinya mengetuk keyboard dan mengetik.

Aurora Ricci.

Sekejap, akun itu terbuka. Layar ponselnya menampilkan dunia yang terasa asing sekaligus kontras dengan dirinya.

Ada foto Aurora bersama murid-muridnya, senyum tulus mengembang sementara tangan-tangan mungil merangkul pinggangnya penuh sayang.

Ada pula potret sederhana di sebuah kafe, ditemani secangkir latte dan buku catatan yang terbuka—wajahnya tampak santai, tanpa dibuat-buat.

Beberapa gambar memperlihatkan sisi lain yang Aurora berdiri di tepi pantai, rambutnya berantakan diterpa angin laut, matanya berbinar oleh cahaya matahari.

Lalu di pegunungan, pipinya memerah karena lelah, tapi senyum itu tetap bertahan seakan tak mengenal menyerah.

Ada juga satu momen di gym, tubuhnya berbalut keringat, pelipisnya berkilau. Tank top sederhana yang ia kenakan menonjolkan lekuk tubuhnya yang ramping sekaligus kuat.

Kairos menelan ludah tanpa sadar, matanya terfokus lebih lama dari seharusnya, sebelum buru-buru mengalihkan pandangan.

Dan terakhir, sebuah foto yang berbeda dari semuanya. Aurora dalam balutan toga hitam, topi wisuda bertengger di kepalanya, buket bunga di tangan.

Sorot matanya penuh cahaya, sebuah kemenangan yang terpancar dari dalam bukan sekadar seremonial.

Kairos menatap layar itu lebih lama dari yang seharusnya. Ada sesuatu yang aneh… rasa damai sekaligus mengusik.

“HAH! Caught in the act!”

Suara lantang memecah konsentrasi, Kairos refleks menoleh tajam.

Dari pintu yang terbuka setengah, Aureliany Valente sudah berdiri dengan senyum lebar penuh kemenangan.

Desaigner muda itu menyilangkan tangan di dada, wajahnya penuh kepuasan seperti anak kecil yang baru berhasil menjahili sepupu.

“Jadi, ini toh rahasia kenapa elu betah lama di kantor. Si dingin Kairos Valente lagi kepo akun cewek!” Aurel bahkan mencondongkan tubuhnya, pura-pura mengintip layar.

Kairos langsung mengunci ponselnya, menaruhnya di meja dengan gerakan cepat. Wajahnya tetap datar, meski ada semburat ketahuan di matanya.

“Lu salah lihat. Itu cuma riset.”

“Anjirrr~!riset!” Aurel tertawa mendengar alasan Kairos..

“Riset tentang pose wisuda dan latte art? Kai, please… gue desaigner bukan idiot. Wajah lu gelagapan kayak ketahuan maling mangga tetangga .”

Kairos mendengus, meraih kembali gelas winenya.

“Gue. Nggak. Kepo." Tekan Kairos masih mengelak.

"i am so busy, gue gak punya waktu buat wanita diluaran sana.”

“Owh really?,” Aurel mengangkat alis, nadanya penuh godaan.

“Kalau begitu… kenapa mukamu kelihatan lebih hidup barusan?”

"Aurel!."

"Tuh kan, langsung sensi!.” Aurel tertawa, lalu menjatuhkan diri ke sofa.

Kairos menoleh cepat, tatapannya tajam, tapi Aurel malah tertawa keras.

“Astaga, ini pertama kalinya gue lihat sepupu yang gamon, dingin kayak patung marmer akhirnya punya crush!”

Kairos menghela napas, setengah kesal setengah pasrah. "Aurel, kalo lu gak berenti ngomong, gue pastiin besok semua klien lu kabur.”

Alih-alih takut, Aurel malah menepuk bahu sepupunya dan terkekeh.

“Santai, Papi Alex pasti senang dengar ponakannya punya ketertarikan selain saham dan angka.”

Aurel akhirnya menjatuhkan tubuhnya ke sofa di sebelah Kairos, dengan santai menyilangkan kaki.

Kairos meneguk winenya, lalu menoleh dengan tatapan dingin khasnya.

“Elu sok tahu!.”

“Emang faktanya gitu kok!.”

Kairos mendengus, memilih tidak menanggapi lebih jauh. Tapi Aurel terus saja, kepalanya menyandar ke sofa sambil bergumam,

“Halah, denial level dewa. Coba jangan terlalu serius Kai. Hidup lu kaku banget kalau isinya cuma angka, saham, dan rapat.”

"Kenapa gamau jujur?"

tbc🐼

1
lollipop_lolly
🥰
lollipop_lolly
gimana mansion keluarga Lendro Valente guyss?☺️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!