Waren Wiratama, 25 tahun adalah seorang pencuri profesional di kehidupan modern. Dia dikhianati sahabatnya Reza, ketika mencuri berlian di sebuah museum langka. Ketika dia di habisi, ledakan itu memicu reaksi sebuah batu permata langka. Yang melemparkannya ke 1000 tahun sebelumnya. Kerajaan Suranegara. Waren berpindah ke tubuh seorang pemuda bodoh berusia 18 tahun. Bernama Wiratama, yang seluruh keluarganya dihabisi oleh kerajaan karena dituduh berkhianat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 35
Sementara itu di tempat berbeda, ditengah kegusaran raja Darmawangsa yang kehilangan begitu banyak harta benda yang sudah dikumpulkan selama berbulan-bulan. Dan membuat Raja Dharmawangsa itu tidak bisa tidur dengan nyenyak, dan tidak bisa makan dengan enak.
Warren bersama dengan penduduk desa Bromocorah, malah tengah asik menggelar pesta kambing bakar.
"Wiratama, kenapa tidak bawa beberapa batang emas. Malah hanya menginginkan kambing bakar saja untuk di bawa pergi?" tanya Bragandala.
Warren tersenyum tipis. Seandainya Bragandala tahu berapa banyak emas batangan yang dia miliki. Dia tidak akan bicara seperti itu. Emas yang ada di gudang penyimpanan di bawah kandang kuda itu. Sama sekali tidak ada seperempat dari yang ada di sistem ruang Warren.
"Aku saat ini hanya lapar, tidak butuh emas. Emas tidak bisa dimakan kan?" tanya Warren yang diangguki oleh Bragandala.
Setelah dua ekor kambing bakar itu matang. Warren pun berpamitan pada Ki Sura Bajing.
"Kamu serius tidak ingin membawa beberapa prajurit? kamu sudah memberikan begitu banyak harta berharga, mengajari kami membuat senjata mematikan itu. Bahkan mengajarkan cara melebur emas..."
"Eh, kenapa Ki Sura Bajing lupa? semua itu tidak gratis..."
"Gratis?" tanya Ki Sura Bajing.
"Oh, maksudku semua itu bukan cuma-cuma. Kalian harus siap dalam satu bulan lagi. Aku akan datang dengan pasukanku saat itu, kalian juga harus siap!"
Warren berusaha mengingatkan Ki Sura Bajing. Kalau tujuannya membantu desa Bromocorah ini memang untuk membentuk sebuah pasukan untuk membantunya memberontak, balas dendam pada raja Darmawangsa. Raja yang zalim, yang telah mengeksekusi seluruh anggota keluarga laki-lakinya dengan cara tidak manusiawi. Padahal mereka sudah bekerja keras, mengorbankan nyawa ibaratnya demi kerajaan. Warren tidak akan membiarkan raja Darmawangsa lolos.
"Wiratama. Selain memiliki ribuan pasukan prajurit. Kerajaan Suranegara juga memiliki para tokoh silat hebat. Ahli racun, ahli senjata, ahli jebakan..."
Ki Sura Bajing lagi-lagi memperingatkan Warren.
"Tenang saja Ki Sura Bajing. Apapun yang raja kejam itu miliki. Aku juga akan punya. Tunggu saja satu bulan lagi. Sudah dulu ya, ibuku sudah menunggu di atas bukit"
Warren melambaikan tangannya, dia menunggang seekor kuda dengan air minum dan juga kambing bakar dari penduduk desa Bromocorah.
Mendengar kalau Wiratama bahkan melibatkan ibunya. Ki Sura Bajing menghela nafas panjang.
"Apa mungkin, dia bisa memberontak?" gumam pria tua yang sudah banyak mengetahui tentang kerajaan Suranegara itu.
Komandan Jagabaya yang berada di samping Ki Sura Bajing langsung mengangguk cepat.
"Pasti bisa Ki. Ki Sura Bajing tidak akan meragukannya kalau saat itu Ki Sura Bajing ada disana. Dan menyaksikan bagaimana Wiratama mengalahkan 12 penjaga malam itu sendirian, bahkan tanpa berkeringat! dia mengerikan, Ki!" ujar komandan Jagabaya yang memang menyaksikan sendiri bagaimana Wiratama mengalahkan 12 penjaga malam di gua gunung Candra Naya itu tanpa kesulitan sedikitpun.
"Aku harap begitu! raja Darmawangsa memang sangat kejam. Seharusnya kita punya raja yang lebih bijaksana!"
"Apa menurut Ki Sura Bajing, Wiratama berambisi menjadi raja?" tanya komandan Jagabaya lagi.
Ki Sura Bajing melihat ke arah debu yang sudah hampir memudar. Tempat yang sudah di tinggalkan oleh Warren yang sudah tidak lagi terlihat dari atas pintu gerbang desa Bromocorah.
"Dalamnya hati manusia, tidak ada yang bisa menyelaminya. Tapi, sepertinya dia tidak punya keinginan itu. Dia mungkin hanya ingin membalas apa yang terjadi pada ayahnya dan semua saudaranya" jelas Ki Sura Bajing panjang lebar.
Komandan Jagabaya pun mengangguk paham. Memangnya siapa yang tidak akan menyimpan dendam, kalau jadi Wiratama.
Sementara itu, Warren dengan cepat sampai di pinggir tebing. Tempat dia meminta keluarganya menunggu.
"Ken Rinasih, Ajeng, lihat apa yang paman bawa!" kata Warren yang segera turun dari atas kuda dan menyepak-nyepak tanah.
Dia ingat betul, kalau dia menggambar garis sistem itu disana.
"Paman!" Ajeng keluar dari lingkaran yang dinding pembatasnya itu sudah hilang saat Warren menyepak tanah.
"Lihat ini, paman punya banyak makanan. Ini untuk kita, dan yang satu lagi untuk paman Arga dan paman yang lain!" Warren memberikan satu ekor kambing bakar pada kepala prajurit Arga.
Simin dan yang lain tampak sangat senang. Sudah lama sekali mereka tidak makan daging seperti itu.
"Wah, kita makan besar" kata Badrun yang ikut mendekati kepala prajurit Arga yang memegang satu ekor kambing bakar utuh.
Nyonya Wulandari tidak mendekati makanan yang sedang dibagi oleh Ratna itu. Dia mendekati Wiratama.
"Apakah semua baik-baik saja nak? kamu tidak terluka?"
Naluri seorang ibu, tentu saja selalu merasa khawatir pada putranya. Apalagi putranya itu baru pergi ke desa para perampok. Tentu saja Nyonya Wulandari khawatir.
"Apa yang ibu cemaskan! lihat dia, dia pulang dengan tubuh tegap dan senyum lebar. Dia pasti sudah mendapatkan apa yang menjadi tujuannya!"
Kartika Sari yang memang selalu punya pikiran realistis bicara pada nyonya Wulandari.
"Kakak ipar benar. Aku memang sudah mendapatkan apa yang menjadi tujuanku. Aku sudah menaklukan desa Bromocorah!"
Daging kambing yang tadinya mau masuk kulit Simin sampai terjatuh. Untung saja jatuhnya di pangkuannya. Jadi, dia mengambilnya lagi dan memakannya.
"Tuan muda, tuan muda serius. Tuan muda seorang diri menaklukkan desa Bromocorah?" tanya Santo yang cukup tidak percaya.
"Menurutmu?" tanya Warren.
Santo tidak tahu harus bicara apa. Tapi rasanya itu sulit di percaya. Bahkan kepala prajurit Arga pun terdiam. Tapi, kalau memang belum berhasil menaklukkan desa Bromocorah. Mungkinkah, Wiratama bisa kembali? rasanya tidak mungkin kan?
Warren sendiri segera melanjutkan makannya. Setelah ini, dia juga harus mencari seseorang yang memang sangat berguna. Seorang ahli racun, atau mungkin tabib yang bisa mengobati berbagai penyakit dan racun.
Meski dia punya sistem, jika untuk membuat obat harus menukar batangan emas. Kan sayang juga. Dia harus menggunakan emasnya dengan baik. Karena belum tentu, kedepannya dia akan menemukan harta Karun lagi. Dia harus mengoptimalkan daya guna emas batangan di sistem ruang miliknya itu.
***
Bersambung...