"Kenapa kau menciumku?" pekik Liora panik, apalagi ini adalah ciuman pertamanya.
"Kau yang menggodaku duluan!" balas Daichi menyeringai sembari menunjukkan foto Liora yang seksi dan pesan-pesan menggatal.
Liora mengumpat dalam hati, awalnya dia diminta oleh sahabatnya untuk menggoda calon pacarnya. Tapi siapa sangka Elvara malah salah memberikan nomor kakaknya sendiri. Yang selama ini katanya kalem dan pemalu tapi ternyata adalah cowok brengsek dan psikopat.
Hingga suatu saat tanpa sengaja Liora memergoki Daichi membunuh orang, diapun terjerat oleh lelaki tersebut yang ternyata adalah seorang Mafia.
Visual cek di Instagram Masatha2022
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Masatha., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
"Liora, besok jadi kan ke pesta Queensha?" tanya Mada memastikan.
"Jadi dong, jangan lupa pakai pakaian warna putih ya," balas Liora.
"Tenang saja, aku sudah memesan setelah jas merk ternama. Pokoknya bersanding denganku tidak akan membuat kamu malu," tutur Mada meyakinkan.
Liora hanya tersenyum, dalam hati merasa bersalah karena sudah memanfaatkan ketulusan Mada padanya.
"Apakah kalian pacaran?" sela Zefran yang membuat Liora langsung tersedak. Sementara Mada tersenyum malu-malu.
"Do'akan saja, semoga Liora luluh hatinya. Aku sudah mengejar dia dari jaman SMA loh," cicit Mada.
"Jangan menyerah ya? Aku mendekati Elvara juga tidak mudah," balas Zefran menyemangati.
"Aku masih belum minat pacaran!" tegas Liora.
"Iya-iya, bisa deket sama kamu seperti ini saja aku sudah bahagia. Setidaknya beri aku kesempatan untuk membuktikan jika aku tulus padamu," tutur Mada lembut.
Liora semakin merasa bersalah, walau dari luar Mada nampak keren dan badboy tapi soal asmara masih begitu polos.
"Aku ke toilet dulu ya!" sela Liora.
"Aku ikut!" timpal Elvara.
Kedua gadis cantik itupun beranjak bersama, usai selesai dengan hajat masing-masing mereka bersama-sama merapikan make up di depan kaca.
"Kalau diperhatikan Mada sangat baik padamu, dia tampan dan kaya. Dari segi fisik dan status dia setara denganmu," bisik Elvara.
"Entahlah, mau sebaik apapun dia tapi hatiku tidak bisa dipaksakan," jawab Liora apa adanya.
"Memangnya lelaki yang kamu inginkan seperti apa?" tanya Elvara penasaran.
Liora diam, tapi pikirannya langsung tertuju pada Daichi. Sial.
"Tidak ada tipe apapun, aku memang tidak ingin jatuh cinta pada siapapun. Yuk kita kembali, sudah hampir jam sembilan kita harus pulang!" sela Liora.
"Kopi aku belum habis," balas Elvara.
"Heleh, bilang saja kamu belum rela pisah sama Zefran kan?" goda Liora tergelak.
Sesampainya di tempat duduk, tiba-tiba Mada menyerahkan ponsel milik Liora.
"Tadi ada telpon, dia siapa kenapa kamu beri nama Devil?" tanya Mada.
Liora mencoba untuk tersenyum dan bersikap tenang, " Kamu angkat dia?"
"Enggaklah, aku tidak berani lancang."
"Dia sepupu aku, karena suka usil dan nyebelin makanya aku beri nama Devil," tutur Liora terpaksa berbohong.
Devil adalah nama Daichi yang dia sematkan, dalam hati Liora juga enggan mengangkat telpon lelaki tersebut. Daichi bisa bersama wanita lain, kenapa Liora tidak bisa bersama lelaki lain juga?
"Sebenarnya seru sekali kalau kita nonton film horror di bioskop berempat begini, jadi berasa double date," ujar Zefran.
"Do—double date?" lirih Mada penuh harap.
"Memang seru, tapi aku nggak bisa. Sekarang aku tinggal di rumah papa, aku tidak bisa sebebas dulu saat tinggal di apartemen," tolak Liora meminta pengertian.
"Tidak apa-apa, tapi lain kali bisa kan? Mada—apakah kamu mau?" timpal Zefran lagi.
"Mau, tentu aku mau. Kapanpun aku bisa!" jawab Mada menggebu-gebu.
Elvara hanya meringis, tak bisa menghentikan ocehan sang kekasih sekaligus merasa tak enak dengan Liora karena Zefran sudah memberikan ide itu. Karena Elvara tahu jika Liora tidak benar-benar ingin jalan dengan Mada. Yang Elvara tahu, Liora mendekati Mada sebab ingin memprovokasi Queensha.
*
*
*
Malam berikutnya, Liora sudah dandan cantik untuk persiapan ke pesta ulang tahun Queensha. Sejak kemarin dia sama sekali tidak mengangkat telepon dari Daichi maupun membalas pesannya.
Liora sudah memiliki ide, biar aman dia akan mengajak Elvara tidur bersamanya dengan begitu Daichi tidak akan berani macam-macam padanya. Sebab di depan Elvara—Daichi berubah seperti malaikat.
Saat Elvara menunggu Mada di ruang tamu, papa dan Nayshila ikut menemani.
"Cantik banget anak Papa, benar-benar seperti tuan putri!" puji Yudistira.
"Ya jelas dong, gen mama tidak bisa diragukan lagi—Cantik berkelas!" sarkas Liora.
Yudistira dan Nayshila pun terdiam.
Tak lama kemudian bel berbunyi, pelayan segera membukakan pintu. Lalu muncul Mada dengan setelah jas warna senada dengan gaun yang dipakai Liora.
Saat melihat Liora, Mada sampai melongo saking terpesona oleh kecantikan Liora.
"Ehm!" sergah Yudistira.
"Eh, maaf, Om. Aku terlalu terpesona oleh kecantikan Liora sampai lupa memberi salam," cicit Mada malu-malu.
"Tidak apa-apa, sepertinya aku pernah bertemu denganmu. Kamu putranya Pak Baskara bukan?" balas Yudistira.
"Benar, Om. Jadi Om kenal sama papa ya?"
"Tentu saja, kami kenal baik malah. Hanya saja saat ada acara besar kenapa kamu tidak pernah ikut?" tanya Yudistira balik.
"Anak muda, Om. Tidak begitu menyukai acara para orang tua. Tapi kalau lain kali Om mengajak Liora aku pasti akan ikut," balas Mada.
Yudistira terkekeh, menyambut Mada dengan baik.
"Aku tidak menyangka kalau kalian ternyata juga saling mengenal, aku dan Baskara sering bercanda untuk menjodohkan anak kami," tutur Yudistira yang membuat Liora melirik.
"Pa, jangan begitu deh. Ini jaman apa pakai acara jodoh-jodohan segala," cibir Liora.
"Papa kan cuma bercanda, tapi Papa berharap kalian bisa jadi jodoh," balas Yudistira terkekeh riang.
"Ya sudah, Pa. Kalau gitu aku akan berangkat sekarang, nnti keburu terlambat," pamit Liora.
"Om, aku juga pamit ya. Tenang saja aku akan menjaga Liora dengan baik dan mengembalikannya dengan utuh tanpa ada yang lecet sedikitpun," timpal Mada.
"Haha, silahkan. Selamat menikmati pestanya!" jawab Yudistira.
Mereka berdua pun segera pergi, tapi saat Liora mulai masuk ke mobil Mada—ponselnya berdering. Ada panggilan dari Daichi.
Liora mengabaikan, lalu Daichi mengirim pesan.
'Babe—kenapa kau nakal sekali? Apakah sudah siap dengan hukumannya?'
Liora merasa muak, Daichi saja pergi dengan wanita lain tanpa izin dan mengingkari janji sesuai hati. Diapun segera membalas.
'Atas dasar apa kau menghukum aku? Kaupun mengingkari janji dan kencan dengan wanita lain. '
Tak lama setelah itu Daichi kembali mengirimkan pesan.
'Aku tidak kencan, tapi urusan pekerjaan.'
Liora tersenyum sinis, dia tidak mau diperlakukan seperti mamanya—dicurangi. Dengan penuh keberanian diapun membalas Daichi.
'Lakukan apapun yang kamu mau, aku tidak peduli. Dan aku tidak takut lagi dengan ancaman temanmu itu. Sandiwara kita selesai.'
Liora segera memblokir nama Daichi. Harga dirinya tidak mau diinjak-injak lagi.
"Liora, kamu kenapa?" tanya Mada.
"Ah nggak papa,' jawab Liora.
"Apakah kamu tidak kedinginan memakai gaun tipis seperti itu?" tanya Mada khawatir.
"Gaya nomor satu."
Mada tersenyum geli, lalu melepaskan jasnya dan menyerahkan ke Liora.
"Pakailah biar, tak peduli memakai pakaian seperti apa kamu tetap cantik," puji Mada dengan tulus.
Liora mengangguk patuh, dan itu membuat Mada sangat senang. Bayangkan saja sejak SMA mengejar Liora selalu dingin—tapi sekarang sudah mulai bisa diajak mengobrol bahkan sampai ke pesta bersama.
"Mada, kenapa sejak tadi kamu senyum-senyum terus? Apakah pergi denganku sangat menyenangkan?" goda Liora.
"Iya, lebih dari yang kamu bayangkan," jawab Mada menatap serius.
Tiba-tiba ponsel Liora ada pesan dari nomor baru.
'Kau tak akan bisa lepas dariku, Babe. Jangan kira aku tidak tahu kamu sedang apa.'
semoga sehat selalu
gemes deh bacanya