NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Sang Mafia

Terjerat Cinta Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Kehidupan di Sekolah/Kampus / CEO / Psikopat itu cintaku / Hamil di luar nikah / Mafia
Popularitas:11.9k
Nilai: 5
Nama Author: Masatha.

"Kenapa kau menciumku?" pekik Liora panik, apalagi ini adalah ciuman pertamanya.

"Kau yang menggodaku duluan!" balas Daichi menyeringai sembari menunjukkan foto Liora yang seksi dan pesan-pesan menggatal.

Liora mengumpat dalam hati, awalnya dia diminta oleh sahabatnya untuk menggoda calon pacarnya. Tapi siapa sangka Elvara malah salah memberikan nomor kakaknya sendiri. Yang selama ini katanya kalem dan pemalu tapi ternyata adalah cowok brengsek dan psikopat.

Hingga suatu saat tanpa sengaja Liora memergoki Daichi membunuh orang, diapun terjerat oleh lelaki tersebut yang ternyata adalah seorang Mafia.

Visual cek di Instagram Masatha2022

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Masatha., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32

Liora baru saja memastikan Elvara masuk ke kamarnya sendiri ketika langkahnya terhenti oleh suara sepatu berhak yang menuruni tangga. Dari arah dalam rumah, muncul seorang perempuan berambut pirang bergelombang—Alana. Wajah cantiknya dibingkai senyum sinis yang langsung membuat udara sore berubah dingin.

“Oh, jadi ini alasan kamu sok dekat sama Elvara? Biar kelihatan malaikat, padahal kamu dari dulu ngincer Daichi,” ucap Alana dengan nada tinggi.

Liora mendongak perlahan, menatapnya tanpa ekspresi. “Lucu,” katanya datar. “Kamu ngomong seolah-olah aku perempuan gatal padahal kamulah orang yang nggak punya harga diri."

Tatapan Alana menajam. “Jaga bicaramu, Liora.”

“Tentu,” jawab Liora ringan. “Tapi sebelum kamu suruh aku jaga mulut, mungkin kamu harus belajar jaga malu. Sok-sok an liburan ke luar negeri, tapi nggak mampu bayar kamar hotel? Sungguh malang ck ck ck."

Wajah Alana seketika memerah. Nafasnya memburu, matanya berkilat. “Kamu—berani banget ya ngomong kayak gitu!”

Liora melangkah satu langkah lebih dekat, suaranya rendah tapi tajam seperti pisau. “Aku cuma membalas mulutmu yang bau kotoran itu, Alana. Dan tahu nggak, dari semua kata yang kamu lempar, cuma satu yang benar—Daichilah yang ngejar aku."

Pipi Alana memanas, tangannya terangkat hendak menampar. Namun sebelum sempat menyentuh wajah Liora, sebuah suara menembus ketegangan.

“Liora? Kak Alana? Kalian kenapa?”

Elvara berdiri di ambang pintu, wajahnya masih lelah tapi penuh kebingungan. Liora segera menoleh, senyum kecil tersungging di bibirnya.

“Nggak apa-apa, El. Kami cuma ngobrol sebentar,” ujarnya tenang.

Alana cepat-cepat menurunkan tangannya, pura-pura tersenyum. “Iya, cuma ngobrol ringan. Aku… kebetulan lagi turun.”

Namun Liora tidak berhenti di situ. Ia menatap Alana sekilas, pandangannya penuh arti. “Iya. Kami sedang mengobrol ringan."

Senyum itu manis, tapi tajam—membuat Alana terpaku di tempatnya.

Liora kemudian menepuk pundak Elvara lembut. “Ayo istirahatlah, nanti kalau pengen ngobrol bisa telpon aku."

"Iya, aku cuma mau memberikan gelang kamu yang tadi jatuh di lantai kamarku!" sela Elvara.

Liora segera mendekati Elvara, setelah dia memakai gelangnya kembali Liora pun pamitan untuk pulang.

"Lio, hati-hati," ucap Elvara.

"Iya."

Liora berjalan dengan langkah cepat, tidak peduli meskipun dia tahu Daichi sedang menunggunya di apartemen. Dalam pikirannya, hanya satu yang terus berputar: Mencari si brengsek Zefran.

Saat masuk ke mobil, ponselnya berdering. Ada panggilan dari Daichi, tapi ia malas mengangkatnya.

"Cih, semua lelaki brengsek!"

Daichi bilang dia mencintainya, tapi kenyataannya lelaki itu membiarkan Alana tidur di rumahnya. Cinta macam apa itu? Liora menggigit bibir bawahnya, menahan amarah yang hampir tak terbendung.

Namun, perasaan itu segera berganti dengan tekad. Jika Daichi tidak bisa diandalkan untuk melindungi Elvara sebab tadi Elvara meminta agar merahasiakan ini, maka ia yang akan melakukannya. "Aku harus bergerak sekarang," pikirnya, lalu dengan gesit mengeluarkan ponsel dari tas.

Tanpa ragu, Liora menekan nomor Mada— yang keluarganya memiliki pengaruh besar di dunia bisnis. Mada adalah Tuan Muda yang tidak hanya kaya, tapi juga sangat cerdas dan penuh koneksi. Perusahaan orang tuanya setara dengan perusahaan papanya Liora, dan kalau ada yang bisa membantu, itu adalah Mada.

“Liora?” suara Mada terdengar serius di ujung telepon. “Ada apa? Tumben kamu telpon aku duluan?"

“Bantu aku cari Zefran,” kata Liora tanpa basa-basi. “Aku butuh kamu mencari tahu dia di mana sekarang.”

Ada keheningan sesaat, dan Liora bisa merasakan Mada tengah memproses perintahnya. “Sabar, aku akan cari tahu. Boleh aku tahu ada urusan apa?"

"Aku ingin menghajarnya."

Tak lama kemudian, Mada mengirim pesan dengan informasi yang dibutuhkannya. “Zefran di rumah sakit. Di unit perawatan intensif.”

Liora tidak membuang waktu. Begitu mendapat informasi, ia langsung melangkah menuju rumah sakit, mengabaikan segala perasaan gelisah yang merayap dalam dirinya. Satu-satunya hal yang ada di benaknya sekarang adalah memastikan Zefran tidak mengganggu Elvara lagi.

Mada tidak membiarkan Liora pergi sendirian. Tanpa ada kesempatan untuk menolak, ia menerima tawaran Mada yang kekeh ingin ikut.

Sesampainya di rumah sakit, Liora langsung bergerak cepat menuju ruang perawatan intensif. Pintu ruang rumah sakit itu terbuka dengan suara nyaring, dan di dalamnya, Zefran terlihat mengupas apel sementara seorang gadis cantik terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Mata mereka terlihat terkejut saat melihat kedatangan Liora dan Mada.

Liora tidak memberi kesempatan untuk berbicara. Begitu melangkah ke dalam, ia langsung mendekat dan menarik kerah baju Zefran dengan tangan kiri yang gemetar. “Kamu. Jangan pernah ganggu Elvara lagi. Paham?”

Zefran tersentak, mulutnya terbuka, hendak mengatakan sesuatu, tetapi Liora sudah tidak sabar lagi. Dalam satu gerakan cepat, ia menampar pipi Zefran dengan keras, membuat suara yang menggelegar terdengar di ruangan itu.

“Jangan pernah datang lagi ke Elvara, atau aku akan buat kamu menyesal!” kata Liora dengan suara gemetar, namun penuh dengan ketegasan.

Santi tampaknya terkejut dengan kejadian itu. Ia langsung terbangun dan menyentuh pipi Zefran, menatap Liora dengan mata penuh tanya dan kemarahan. “Siapa kamu?! Kenapa kamu tampar Zefran?”

Liora menatap Santi dengan mata tajam, penuh kebencian."Kamu nggak pantas tanya siapa aku. Kalau kamu masih berani mengganggu Elvara, aku tidak akan segan-segan menamparmu juga. Paham?”

Mada yang berdiri di belakang Liora segera mendekat, menyentuh bahunya dengan lembut. “Liora, jangan buat keributan di sini. Kita tidak di tempat yang tepat untuk hal seperti ini.”

Namun Liora tidak bergeming. Rasa marah yang menumpuk di dadanya begitu besar, dan ia merasa hanya dengan berbicara keras seperti ini bisa sedikit meredakan amarahnya. “Aku tidak peduli! Zefran, Santi, siapa pun itu—selama mereka mengganggu Elvara, aku tidak akan diam. Dan kamu juga, Santi, lebih baik jangan pernah mengirim pesan apapaun ke Elvara lagi. Kalau tidak, aku tidak akan ragu untuk memberikan pelajaran yang lebih berat.”

Zefran yang semula terkejut kini mulai berbicara dengan suara pelan. “Liora, tunggu sebentar. Ini bukan seperti yang kamu pikirkan—”

Namun Liora sudah cukup. “Aku tidak ingin dengar alasan dari kamu. Jangan datang ke Elvara lagi, kalau kamu masih punya sedikit rasa hormat!”

"Santi, kamu mengirim pesan apa ke Elvara?" tanya Zefran pada Santi dengan wajah panik.

"Aku tidak tahu apa maksud kamu," balas Santi memasang wajah polos.

Liora menarik napas dalam-dalam, mengalihkan pandangannya ke Mada yang masih berdiri di belakangnya, menatapnya dengan sedikit kekhawatiran.

“Ayo, Mada,” kata Liora, dengan nada lebih tenang. “Kita sudah selesai di sini.”

Mada mengangguk, menarik Liora menjauh dari Zefran dan Santi yang kini hanya bisa menatap mereka dengan tatapan bingung dan marah. Di lorong rumah sakit, Mada berhenti sejenak dan menatap Liora. “Zefran selingkuh ya? Padahal aku mengira dia sangat mencintai Elvara."

Liora hanya mengangguk. “Aku hanya ingin Elvara baik-baik saja. Tidak ada lagi yang bisa mengganggu dia.”

Di dalam hatinya, Liora merasa puas. Meskipun amarahnya belum sepenuhnya reda, ia tahu satu hal—ini adalah negara hukum.

1
Dewi Susanti
lanjut kak
Yulia
semangat lagi othooor ,,nunggu berapa hari bacanya bentar udah beres🤭,, semangat selalu 💪💪
Yulia
Akhirnya up juga othooor...novelmu bagus tapi mungkin readernya blm pada tahu aja JD sedikit yg baca nya ,,ttp semangat othor 💪
Danisa Thalita
2 bab berasa 1 bait,,,huwaaaaaa ..kak kamu liburnya lama bgttt...aku bacanya gak puass..masih dilanda penasaran 😭😭😭😭😭
Retno Isma
ga dilanjut kah Thor?
Lestari Ari Astuti
kapan update nya lagi kak
Yulia
othooor kapan up lagi
Henny Triana
,papa nyesel y ..udah selingkuhin mamanya Liora?
Henny Triana
banyak typoy. ... antara nama Mada dan daichi sering tertukar
Marlina Selian
lanjut thoor 🥰🥰
Yulia
kak ..ayo up lagi💪💪
Yulia
di gas baca sampe tengah malam,,, cerita nya bagus sekali aku sukaaaa😍👍
Danisa Thalita
kenapa ya walau udah dobel up aku masih kurang ...ahhh lope lope so much ..sayang banyak"...Jan lupa update yang banyak ya kak..lope sekebon pokoknya❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Dewi Susanti
lanjut kak
Nor Rahmah
Kyknya papanya Liora Msh mencintai mamanya deh, mungkin aja sama Nayshila itu karena tergoda sesaat dan karena Nayshila Sdh terlanjur hamil makanya papanya bertanggungjawab..

Aku si berharapnya anak yg di kandung Nayshila itu anak dari lelaki lain kyk di drakor-drakor 😂, biar menyesal itu Yudistira sdh meninggalkan mamanya Liora🤣
Marlina Selian
makin gemes liat mereka kucing 🐱🐱 gan terus lanjut thoor 💪💪💪
Lestari Ari Astuti
lanjut
Henny Triana
ceritanya bagus banget bikin nagih bacanya 👍👍👍👍
Henny Triana
itu perintah Lio. ..gak ad penolakan
Danisa Thalita
ya Allah kak..seuprit bgt sii..digantungin itu rasanya gak enakkk😭😭😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!