Di malam pertama pernikahannya, Siti mendengar hal yang sangat membuatnya sangat terluka. Bagaimana tidak, jika pernikahan yang baru saja berlangsung merupakan karena taruhan suaminya dan sahabat-sahabatnya.
Hanya gara-gara hal sepele, orang satu kantor belum ada yang pernah melihat wajah Siti. Maka mereka pun mau melihat wajah sebenarnya Siti dibalik cadar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Teo dan Liani hanya bisa gigit jari, cara mereka menekan Siti tidak membuahkan hasil. Siti dan Gio sanggup keluar dari masalah besar yang bertubi-tubi menimpa mereka. Liani pun berencana kembali ke negaranya karena Gio yang tidak kunjung didapatkan.
Siti bukan saingannya, wanita itu terlalu tangguh untuk dilawannya. Meski dari segi materi Liani unggul jauh di atas Siti.
Namun Teo masih akan terus berusaha mendapatkan Siti, rasa penasarannya semakin besar kala dirinya sangat sulit mendapatkan Siti. Tidak semudah seperti yang dibayangkannya.
Berbagai macam rencana telah dilakukan Teo, sempurna tanpa cela. Menjatuhkan Gio sejauh-jatuhnya supaya Siti meninggalkannya. Tapi rupanya dia salah, Siti tidak menjadikan materi ukuran kebahagiaan rumah tangganya. Sekarang dia harus mencari cara lain untuk memisahkan mereka.
Sekarang dia hanya sendiri setelah Liani benar-benar kembali ke negaranya. Dan juga hal yang sangat mengejutkan Teo, di waktu yang bersamaan Teo dan Jun mengundurkan diri dari perusahaan. Mereka berdua sudah cukup diam dengan perbuatan jahat Teo terhadap Gio. Tapi tidak sekarang, mereka mengambil sikap dengan keluar dari perusahaan.
"Mungkin akan lebih bagus kalian tidak ada di sini karena kalian tidak memberikan kontribusi apa-apa untuk perusahaan."
Leo dan Jun keluar dari ruangan Teo tanpa mengatakan sepatah kata pun. Mereka sudah sangat muak dengan Teo yang sekarang tidak mereka kenali sebagai sahabat dari kecil.
Mereka langsung menemui Gio, rasa bersalahnya cukup besar kepada sahabatnya itu. Mereka bertiga sudah bertemu di tempat makan yang biasa. Lalu Leo dan Jun langsung menyampaikan permohonan maaf kepada Gio untuk beberapa kesalahan.
Pertama Jun mengakui kesalahan mereka bertiga pada Gio mengenai kecurangan yang mereka mainkan. Sehingga saham perusahaan milik Gio harus dibagi dengan mereka yang sekarang sudah dibayar oleh Teo sehingga perusahaan itu sudah sepenuhnya menjadi milik Teo.
Kemudian Leo yang lanjut menceritakan kenapa mereka tidak bisa membantu Siti saat wanita itu meminta bantuan. Juga memberitahu Gio kalau orang-orang yang memukulinya adalah orang-orang suruhan Teo. Dan terakhir mengenai Siti yang mendapat tawaran bantuan dari Teo dan Liani tapi harus mau bercerai dari Gio.
Tangan Gio mengepal, dia tidak menyangka Teo bisa melakukan itu padanya. Jika mengingat hubungan persahabatan mereka sangatlah dekat dan terjalin puluhan tahun. Tapi itu kenyataannya sekarang, Teo sudah berubah.
Dia salut untuk istrinya yang sudah sangat berjuang keras untuk dirinya. Dia benar-benar sangat beruntung memiliki Siti.
Gio pun menanyakan kejadian lainnya yang dialaminya. Tapi sayangnya, selebihnya Leo dan Jun pun tidak mengetahui. Tapi dugaan mereka sangat kuat mengarah pada Teo.
"Kemungkinan besar apa yang terjadi padaku karena Teo juga hanya saja belum ada bukti."
"Bisa jadi, dan aku sama Leo juga sangat yakin kalau itu masih perbuatan Teo."
"Aku tidak bisa diam saja dia sudah menyakiti istriku. Aku harus membuat perhitungan dengannya."
"Ok, kami berdua siap membantu."
"Tapi aku sepertinya tidak bisa ikut membantu," kemudian Jun memperlihatkan pesan yang dikirim Papanya.
Yang tak berselang lama Leo pun mengatakan hal yang sama, tidak jadi ikut membantu Gio karena harus kembali ke kota di mana orang tua mereka tinggal.
"Kenapa bisa kebetulan begini?," batin Gio yang langsung berprasangka kepada Teo.
Dia pun tidak mempersalahkan kedua sahabatnya yang tidak bisa membantunya. Memang sudah seharusnya dirinya sendiri lah yang menyelesaikan masalahnya dengan Teo.
*
Siti dan Gio baru saja selesai makan malam, nasi goreng dan bubur ayam yang menjadi menunya. Mereka membelinya karena tidak ingin membuat pengap kontrakan sepetak mereka.
"T-shirt milikku kenapa ada diselipan pakaian-pakaianmu, sayang?." Sambil menatap tumpukan pakaian Siti yang lebih didominasi warna hitam.
Siti tersenyum lebar dan ikut menatap t-shirt yang berada di paling bawah pakaiannya. "Itu aku simpan sebagai kenang-kenangan."
Kedua alis Gio bertaut. "Kenang-kenangan apa?."
Siti menarik t-shirt itu lalu memberikannya pada Gio. "Coba kamu lihat ada apa di sana?."
Gio segera membuka lipatan t-shirt, dia langsung tersenyum lebar ketika matanya langsung menemukan bercak darah di bagian bawah.
"Sekarang paham?."
"Iya."Malam pertama kita yang bisa terbilang dramatis."
Lalu kemudian mereka tertawa.
Sedih, bahagia, tawa, canda dan duka sudah menjadi bagian hidup yang harus dilewati Gio dan Siti. Beberapa detik berikutnya tidak tahu apalagi sampai menebak apa yang terjadi pada mereka. Tapi mereka akan selalu siap menghadapi gelombang badai apapun yang akan datang menerjang biduk rumah tangga mereka.
Hanya bermodalkan kecerdasan, pengalaman dan nama yang dimilikinya. Gio sudah menyusun rencana untuk menemui beberapa klien besar yang dulu bekerja sama dengan perusahaan. Namun sekarang dia sendiri akan mencoba mengambil alih.
Satu harian ini dia gunakan hanya untuk mendapatkan kepercayaan dari klain besar yang menjadi targetnya sehingga dia bisa mendapatkan modal besar untuk mendirikan perusahaan saingan atas perusahaan yang dulu dirintis keluarganya.
Sementara itu Siti sedang berada di ruangan Teo. Meski sudah berusaha menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan seteliti mungkin namun tetap saja Teo masih memiliki celah untuk bisa memanggilnya ke ruangan kerja pria itu.
Dan Siti sudah menebak kalau bukan masalah pekerjaan yang mau dibicarakan pria itu. Melainkan memberikan sebuah hadiah yang bernilai tinggi. Sebuah kalung berlian yang pastinya sangat disukai oleh setiap wanita.
"Aku tidak bisa menerimanya," karena terlebih Siti tidak mau menerima apapun pemberian pria lain. Dan sebelumnya Siti sudah memilikinya. Pemberian Mama Agatha yang sudah dijualnya untuk menutupi kekurangan ganti rugi toko.
"Sayangnya kamu harus mau menerimanya sebab aku tidak suka ditolak," Teo menyerahkan kalung berlian itu.
"Tapi maaf aku harus menolakmu, aku wanita sudah bersuami dan aku tidak tertarik dengan kalung berlian itu." Siti beranjak pergi dari ruangan Teo.
Giliran Asih yang sekarang masuk membawa dokumen dan langsung mendapati Teo sedang menggebrak meja kerjanya beberapa kali. Asih pun harus diam di tempatnya karena jujur saja dia takut. Wajah Teo marah padam terlihat sangat marah seperti orang kesetanan.
Asih tidak tahu apa yang terjadi pada Teo, hanya sekilas saja dia melihat kalung berlian yang dilempar Teo ke sudut dekat lemari.
Teo menatap beringas pada Asih yang masih memegang erat dokumennya.
"Kamu harus membantuku!."
"Ba-bantu a-apa?," seketika Asih dilanda kegugupan sampai bicara gagap.
"Aku akan bayar berapa pun juga asalkan kamu bisa membawa Siti ke ranjangku."
Tubuh Asih lemas, hatinya sakit tidak karuan. Teo menjadi kesetanan hanya karena Siti. Sebelum Teo begitu menginginkan Siti, pria itu terlihat biasa saja walau sering ganti-ganti pasangan. Tapi itu lebih baik daripada Teo terlihat sangat menyeramkan karena keinginan untuk menghancurkan Gio melalui Siti.
"A-aku ha-harus a-apa?."
Kemudian Teo memberikan alamat hotel pada Asih.
Siti hamil anak Gio
saat kejadian malam kelam yg lalu,AQ yakin bahwa yg tidur dgn Teo bukanlah Siti melainkan Asih
tetap semangat berkarya kak 💪💪🙏🙏
semoga asih n teo dpt karma yg lebih kejam dari perbuatan nya pada siti