Berkali-kali dikhianati membuat Marwah mengalami trauma, dia tidak mau menjalin hubungan dengan pria mana pun juga. Hingga akhirnya dia bertemu dengan seorang pengusaha berkedok ustaz yang sedang mencari orang untuk mengurus ibunya.
Nahyan ternyata tidak jauh berbeda dengan Marwah. Keduanya tidak beruntung dalam hal percintaan.
Akankah Allah menjodohkan mereka berdua dan saling mengobati luka satu sama lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35 Kecelakaan (Season 2)
Taqi sudah sampai di jalanan tempat di mana mereka akan melakukan balapan. Taqi ditemani oleh Abdul, tapi malam itu Taqi terlihat banyak diam dan melamun. "Kamu kenapa, Taq?" tanya Abdul.
"Aku merasa bersalah karena sudah sering bohong kepada Umma dan Baba," sahut Taqi.
"Terus, mau bagaimana? apa kamu mau keluar dari geng ini?" tanya Abdul kembali.
"Di satu sisi aku gak mau ninggalin geng ini karena ini memang hobi aku, tapi di sisi lain aku juga gak mau bohong terus kepada keluarga ku. Jika aku jujur, sudah pasti Baba bakalan ngamuk dan pasti langsung menggantung aku, jadi pusing aku," sahut Taqi serba salah.
"Bukan kamu saja, aku juga jadi ikutan pusing tahu," kesal Abdul.
Edzar menghampiri Taqi. "Bagaimana, kamu siap?" tanya Edzar.
"Insya Allah," sahut Taqi ragu-ragu.
"Kok jawabannya seperti ragu-ragu?" geram Edzar.
"Bang, kalau malam ini aku menang, aku boleh minta sesuatu tidak?" seru Taqi ragu-ragu.
Edzar menaikan satu alisnya. "Kamu mau bernegosiasi denganku?" kerusakan Edzar.
"Iya, Bang. Selama ini aku sudah banyak berbohong kepada kedua orang tuaku dan itu sangat berdosa, apa lagi sekarang ada kakakku di rumah sudah pasti dia akan curiga jika setiap malam aku harus minta izin keluar," sahut Taqi.
"Terus, kamu mau negosiasi apa denganku?" tanya Edzar.
"Jika malam ini aku menang, aku hanya minta jangan libatkan aku dalam balapan lagi, aku cukup berada di belakang panggung aja memberikan semangat untuk kalian," sahut Taqi.
Edzar menatap Taqi dengan tatapan yang menakutkan. "Setakut itu kah kamu sama kakak kamu? jadi penasaran, seperti apa wajah kakak kamu itu," ucap Edzar.
"Itu yang kemarin di mini market, itu kakak aku Bang," sahut Taqi.
"Hah, yang pakai cadar?" tanya Edzar.
"Iya."
"Yaelah, kaya teroris aja pakai cadar," ledek Edzar.
Tiba-tiba panggilan untuk bersiap-siap pun terdengar. Taqi segera memakai helmnya dan bersiap-siap untuk melakukan balapan. "Kamu pasti bisa," ucap Edzar sembari menepuk pundak Taqi.
"Bismillah."
Balapan pun dimulai, Taqi langsung melesat membelah jalanan yang sepi melompong itu. Sementara itu, Edgar memerintahkan anak buahnya untuk menangkap Edzar. Sudah lama, Edgar tahu kelakuan anaknya tapi dia pura-pura tidak tahu.
Beberapa mobil hitam datang mengejar para pembalap. "Berhenti kalian!" teriak salah satu orang dari dalam mobil.
Taqi panik, dia tidak bisa mengendalikan motornya hingga akhirnya dia pun hilang keseimbangan. "Aaaaaaa....... "
Bruaaaakkkkk.....
Suara benturan terdengar sangat keras membuat semua orang kaget. Sedangkan beberapa orang lainnya menyeret Edzar untuk pulang. "Lepaskan!" bentak Edzar.
"Tuan muda kami mohon ikut kami atau kamu akan bersikap kasar kepada Tuan," ucap salah satu pengawal.
Orang-orang geng motor lainnya sudah kabur kocar-kacir karena orang suruhan Edgar sangat banyak. "Tunggu, itu Taqi kecelakaan," bentak Edzar.
"Tidak apa-apa, biar teman kami yang urus sekarang anda harus ikut kami pulang," sahut si pengawal.
"Lepaskan go*log, teman aku kecelakaan itu!" geram Edzar yang terus memberontak.
Bughhh.... salah satu pengawal terpaksa memukul tengkuk Edzar untuk melumpuhkan Edzar. Setelah pingsan, Edzar pun dimasukan ke dalam mobil dan pergi begitu saja sedangkan Abdul histeris karena tidak ada satu pun orang di sana. "Ya, Allah Taqi bangun," seru Abdul.
Abdul segera menghubungi ambulance, setelah itu dia pun menghubungi kedua orang tua Taqi. Tidak lama kemudian ambulance datang, Taqi di bawa masuk ke dalam ambulance, sedangkan Abdul menyusul menggunakan motor Taqi. Marwah dan Nahyan panik, mereka membangunkan Bilqis dan Namira lalu mereka pun pergi menuju rumah sakit.
Tidak membutuhkan waktu lama, keluarga itu sampai di rumah sakit. "Abdul, mana Taqi?" tanya Baba Nahyan panik.
"Sudah ditangani dokter, Ba," sahut Abdul sembari menunduk.
"Abdul, apa yang sebenarnya sudah terjadi? kenapa Taqi sampai celaka begitu?" tanya Umma Marwah.
Abdul masih menunduk, bahkan dia meremas kedua tangannya saking takutnya dia. Abdul masih terdiam, dia benar-benar takut untuk berbicara. Marwah dan Nahyan tahu kalau Abdul sedang ketakutan, akhirnya Marwah pun mengusap pundak Abdul lembut.
"Ceritalah, kami tidak akan marah kok sama kamu, kami hanya ingin tahu kenapa Taqi bisa sampai celaka," ucap Umma Marwah lembut.
"Maafkan Abdul, Umma. Abdul tidak bermaksud untuk membohongi kalian," ucap Abdul ketakutan.
"Iya, kami percaya kok sama kamu, ceritalah," pinta Umma Marwah.
Abdul mulai mengangkat kepalanya dan memperhatikan semua anggota keluarga Taqi. "Sebenarnya, Taqi masuk geng motor Umma. Dan barusan Taqi kecelakaan karena dia sedang balapan," sahut Abdul ragu-ragu.
"Astaghfirullah." Semuanya langsung terkejut.
"Kata Bilqis juga apa? Taqi sudah berbohong selama ini," kesal Bilqis.
Abdul yang ketakutan langsung bersembunyi di balik tubuh Marwah. "Sudah, jangan saling menyalahkan. Kita berdo'a saja semoga Taqi baik-baik saja dan ini semua sudah menjadi takdir dari Allah," sahut Baba Nahyan.
Mereka pun menunggu Taqi dengan perasaan was-was dan gelisah. Sementara itu, Edzar baru saja sadar setelah tadi mendapat pukulan dari pengawalnya. Edzar memegang tengkuk lehernya yang terasa nyeri itu.
"Sudah sadar juga kamu," dingin Daddy Edgar.
"Daddy gila, menyuruh para tua bangka itu menangkap Edzar, memangnya Daddy pikir Edzar buronan apa?" geram Edzar.
"Sayang, sudah dong. Masa sama Daddy sendiri bicaranya kasar," ucap Mommy Alesha menenangkan putranya.
"Daddy sudah keterlaluan, Mom. Edzar hanya ingin mandiri tidak diikutin terus sama pengawal tua bangka itu," sahut Edzar.
"Daddy melakukan semua ini karena Daddy ingin kamu menjadi anak yang penurut. Pakai pengawal saja kamu masih jadi anak berandalan, apa lagi kalau tidak ada pengawal, sudah tidak bisa dibayangkan kamu jadi anak apa?" bentak Daddy Edgar.
"Daddy, sudah dong jangan marahin Edzar terus kalau Daddy terus kasar seperti ini, bisa-bisa Edzar semakin menjadi anak yang pembangkang," ucap Mommy Alesha.
"Mommy selalu memanjakan anak itu, makanya dia jadi anak yang selalu membantah," kesal Daddy Edgar.
Edgar bangkit dari tidurnya. "Mau ke mana lagi kamu?" tanya Daddy Edgar.
"Teman Edzar kecelakaan tadi akibat ulah para pengawal itu, dia jadi tanggung jawab Edzar. Sekarang Edzar mau ke rumah sakit," sahut Edzar.
Edgar menahan pundak putranya. "Diam, biar Daddy yang urus semuanya," ucap Daddy Edgar dingin.
"Tidak, biar Edzar sendiri yang urus," sahut Edzar.
"Diam atau motor kamu Daddy jual," ancam Daddy Edgar.
"Enak saja, itu motor Edzar sendiri yang beli bukan Daddy," sinis Edzar.
"Uangnya dari mana? memangnya uang yang kamu punya itu jatuh dari langit?" bentak Daddy Edgar.
Edzar terdiam, dia mengepalkan kedua tangannya. Sungguh saat ini dia benci kepada Daddynya itu.
kasihan blm dpt jodoh nya