"Apa kabar, istriku? I’m back, Sanaya Sastra."
Suara dingin pria dari balik telepon membuat tubuh Naya membeku.
Ilham Adinata.
Tangannya refleks menahan perut yang sedikit membuncit. Dosen muda yang dulu memaksa menikahinya, menghancurkan hidupnya, hingga membuatnya hamil… kini kembali setelah bebas dari penjara.
Padahal belum ada seumur jagung pria itu ditahan.
Naya tahu, pria itu tidak akan pernah berhenti. Ia bisa lari sejauh apa pun, tapi bayangan Ilham selalu menemukan jalannya.
Bagaimana ia melindungi dirinya… dan bayi yang belum lahir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Regazz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 Ancaman Ilham pada Azzam
Bab 19 Ancaman Ilham pada Azzam
"DASAR KAU ORANG GILA TAK PUNYA HATI!" teriak Naya.
"Aku memang tidak punya hati." jawab Ilham singkat.
Para preman itu semakin menjadi saja, bahkan salah satunya sudah menurunkan celananya. Naya semakin memberontak sekuat tenaga.
"HEY! ADA APA ITU?!" teriak beberapa orang.
"TOLONG!" teriak Naya.
Beberapa preman tersebut langsung kabur mendengar beberapa orang yang menghampiri mereka. Naya langsung mengenakan jilbabnya.
"Kamu nggak apa-apa, neng?" tanya salah satu warga yang berusia tua.
Naya menyeka airmatanya, "saya gak apa-apa, Pak." jawab Naya sembari mencari sosok Ilham yang ternyata sudah ikut menghilang.
Jumlah warga tersebut begitu banyak. Mungkin ada 10 orang. Kebetulan mereka sedang melakukan pos ronda.
"Lain kali jangan keluar malem-malem, Neng. Di daerah ini banyak preman kayak mereka." nasehat mereka pada Naya.
"Iya, pak. Makasih banyak" ucap Naya yang kini bisa bernapas lega.
Mereka pun langsung mengantarkan Naya hingga sampai di depan rumah kosnya.
"Sekali lagi makasih ya bapak-bapak."
"Iya, neng. Sekarang buruan masuk dan kunci dan jendela rapat-rapat." saran mereka dan pamit untuk keliling lagi.
•••
Bugh!
Terdengar suara pukulan di tepi jalan sepi di samping mobil mewah.
"Dasar bodoh, begitu saja tidak bisa." ujar Ilham pada lima preman tadi.
Bug!
"Maaf, tuan." ucap mereka.
Ilham menarik rambut dari salah satu preman diantar mereka tadi. "Kenapa kau menarik jilbabnya, hah?"
"Maaf, Tuan. Itu agar dia jadi lebih takut saja..."
Bugh!
"Hanya aku yang boleh melihat dia melepas jilbab!" geram Ilham.
Ilham menghajar habis kelima preman tersebut.
"DASAR TIDAK BERGUNA!" bentaknya.
Ia langsung mengambil sebuah amplop dari dalam mobil dan melemparkannya kearah mereka.
Salah satu dari preman itu menghitung jumlahnya.
"Tapi ini Tuan—"
Sang preman langsung tercekat saat melihat tatapan tajam Ilham yang menakutkan. Ia hanya bisa menelan air ludahnya dengan susah payah.
"Terimakasih tuan ini cukup, hehehe..." mereka pun langsung cepat kabur.
"Dia benar-benar gila." bisik para preman itu.
•••
Ilham masuk kedalam apartemen miliknya.
Brak!
Ia memukul LCD TV hingga hancur berantakan.
"SIAL!!!?" teriaknya.
"Padahal tinggal sedikit lagi aku bisa membawanya pulang." kesalnya.
"Seharusnya aku paksa saja dia langsung tadi." gumamnya.
"ARGHHH!" teriaknya lagi menarik rambutnya dengan gusar.
"Aku harus cari cara lain lagi." ucapnya.
Keesokan harinya di kampus. Ilham baru saja tiba di kampus. Dan ia langsung disapa ramah oleh beberapa mahasiswi yang mengidolakan dirinya. Ia berjalan melewati kelas Naya. Namun, sepertinya gadis itu sedang tidak ada di dalam kelas.
Ia pun berjalan terus hingga ia melihat Naya yang keluar dari ruang Dosen. Senyumannya muncul. Namun, saat perempuan itu melihat dirinya. Ia langsung berbelok arah, memilih jalan memutar daripada harus berpapasan dengan dirinya.
Seketika wajah Ilham berubah kesal. Dan lebih kesal lagi, Azzam yang berjalan berdampingan dengan Naya di sebelahnya. Pria itu sudah masuk kuliah lagi meski dengan kondisi tangan harus memakai Sling.
"Aku nggak akan berhenti sampai kamu mau menerima lamaran aku, Nay." ujar Azzam.
"Lebih baik kamu fokus kuliah, Zam. Kamu masih muda untuk mengemban tugas berat ini. Kamu dapat cewek yang lebih baik daripada aku." ujar Naya yang tidak menatap Azzam sama sekali.
"Menurutku, kamulah cewek baik itu, Naya."
Naya berhenti, " kamu melindungi diri saja tidak bisa. Giman mau melindungi aku..."
Naya sengaja melontarkan kalimat pedas, agar Azzam berhenti mengejar dirinya.
Namun, sebuah tangan langsung menahan Naya. Ia mengira itu Azzam. Hingga ia berbalik.
Ilham.
Azzam juga kaget melihat Ilham disana.
"Jangan ganggu Naya Pak. Atau saya akan laporkan polisi." Tegas Azzam.
"Nyalimu besar juga anak kecil. Tapi, kau Tidka boleh ikut campur. Ini hubungan antara suami dan isteri." jelas Ilham.
Azzam menarik tangan Ilham dari Tangan Naya.
"Dia bukan milik anda. Dia itu calon istriku." tegas Azzam. Naya melihat itu jadi takut.
Wajah Ilham semakin bengis, rahang bajakn mengeras menahan emosi.
Ilham menepuk pelan pipi Azzam, meski pelan namun terasa sekali di kulit Azzam.
"Dengar ya anak kecil. Jangan kau sekali sekali menganggu istriku. Atau bukan hanya tanganmu yang aku patahkan, tapi juga kepalamu." ancam Ilham.
Naya kaget. Ilham benar-benar serius dengan ucapannya.
"Aku tidak takut " tantang Azzam.
Ilham menarik tangan jadi tangan Azzam. Dan itu sontak langsung membuat Azzam kesakitan.
"Ternyata fisikmu tidak sebesar nyalimu, ya." ejek Ilham.
"Dengar nyonya Sanaya Adinata. Jauhi cecunguk ini atau kamu mau lihat besok lehernya sudah tidak di posisinya " Ancam Ilham dingin.
"...kamu masih ingat dengan alamat apartemen kita kan?" ia pun langsung pergi.
Deg! Deg! Deg!
Jantung Naya berdetak semakin kencang. Ia kesusahan menelan salivanya.
"Jangan dengarkan dia, Nay." ucap Azzam lagi.
"CUKUP!" Bentak Naya tidak tahan.
Azzam seketika langsung terdiam.
"Aku tidak mau menikah denganmu, Azzam. Kamu itu sudah seperti adikku sendiri. Dan ini juga bahaya, apa kamu mau kepalamu patah dibuat olehnya, hah?" Naya mulai emosi.
"Ta—tapi, Nay..."
"Sudah cukup. Aku tidak mau membahas ini lagi. Aku gak mau kamu terluka, Zam." Naya langsung pergi.
"Akan aku buktikan, Naya." ucap Azzam bersungguh-sungguh.
•••
Naya bersama Hayu sedang masuk kedalam kantin. Memilih untuk duduk di sudut dinding. Baru beberapa menit mereka duduk, Ilham langsung duduk disamping kursi Naya.
Ilham hanya mengedipkan matanya, "hai semuanya...Saya boleh duduk disini, kan?" tanya begitu ramah sekali.
"Tentu boleh kok, Pak." jawab Hayu.
Naya hanya diam saja.
Tak lama pesanan mereka pun datang. Naya hanya memesan jus mangga saja.
Namun, Naya tiba-tiba tersentak kaget saat sesuatu meraba area pahanya.
"Kamu kenapa Nay?" tanya Hayu heran.
"Gak apa-apa."
Naya menatap Ilham yang tersenyum menyeringai ke arahnya. Naya menghempaskan tangan Ilham. Namun, tangan pria itu semakin melepas pahanya dengan kuat. Naya bahkan harus menahan rasa sakit.
"Oopp, garpu saya jatuh." ucap Ilham berjongkok.
Tak hanya mengambil garpu, Ilham juga semakin meraba paha milik Naya dari balik gamis tersebut. Bahkan, mengecupnya singkat.
Aliran darah Naya berhenti, ia berusaha menjauhkan tangan Ilham darinya.
"Kalau kamu bergerak, aku pastikan temanmu ini pahanya aku tusuk dengan garpu ini."bisik Ilham begitu pelan sekali.
Deg!
Naya hanya bisa diam saja. Hingga akhirnya, Ilham kembali ke posisi duduknya. Dari kejauhan, Clara yang duduk diseberang meja tersebut menatap kearah Naya dengan tatapan gak suka. Ia melihat apa yang dilakukan oleh Ilham pada Naya.
"Dasar p*lacur penggoda ." gumamnya.
To be continue...
aku tunggu up nya dari pagi maa Syaa Allah 🤭 sampai malam ini blm muncul 😁
kira-kira itu pak dosen gila ngapain krmh ibu Yanti 🤔