Mendapati kenyataan jika tunangannya bermain gila dibelakangnya membuat Fernando Nicholas Sanjaya sangat terpukul, sehingga membuatnya menyeret satu wanita dalam kehidupannya. Wanita yang menjadi budak nafsunya karna salah mengetuk pintu kamar hotelnya.
Bagaimana kisah Nicho dan Ganesa selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sokhibah El-Jannata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TMYS. Mama Rian
"Bagus jika kamu sadar diri," ucap suara yang ada di depan pintu.
Jantung Ganesa berdetak tak beraturan melihat siapa yang kini berada di depan pintu. Rian tampak membelalakkan matanya saat melihatnya juga.
"Mama," ucap Rian sambil menatap ke arah mamanya. Rian berjalan mendekat ke arah mamanya. Seolah murka karna perkataan mamanya pada Ganesa.
"Ma, Ganesa sedang sakit. Apa tidak bisa mama menjaga perasaannya?" tanya Rian sambil menatap mamanya dengan geram.
"Mama berkata apa adanya, Rian. Lagi pula apa kata mama tidak salah kan?" ucap Nyonya Rani. Ganesa menatap sepasang ibu dan anak yang tampak sedikit berlainan pendapat itu.
"Mas, aku tidak papa," ucap Ganesa di sela perdebatan antara delon dan juga mamanya.
Rian tampak masih saja kesal pada mamanya. Dia menoleh ke arah Ganesa, mendekat dan menatap Ganesa penuh cinta.
"Jangan bertengkar dengan mama, karna aku Mas. Tidak baik," lirih Ganesa.
"Mama keterlaluan," sahut Rian.
"Mama benar, kau harus meninggalkan aku. Masih banyak wanita baik di luaran sana Mas," ucap Ganesa.
Nyonya Rani menatap ke arah Ganesa dan Rian. Sorot mata benci menatap ke arah Ganesa. Karna, semakin Rian membela wanita itu, maka semakin dirinya membenci Ganesa.
Status Ganesa yang bekerja sebagai sekertaris pribadi di ARW grup menjadi alasan yang mendasar untuk tidak menyetujui hubungan mereka.
Kedekatan Ganesa dengan Big Bos ARW grup menjadi sebuah alasannya menilai Ganesa bukan wanita baik baik. Memang, Ganesa tidak mempublikasikan jika dirinya adalah adik dari pimpinan ARW grup. Karna dia tidak mau dibilang bekerja karena kekuasaan kakaknya. Dia ingin bekerja karna dia mampu, dan dia pantas mendapatkan semuanya.
"Apa kabar Tante," ucap Ganesa sambil tersenyum. Ganesa seolah menyambut kedatangan calon mertuanya itu. Mencoba ramah, agar calon mertua yang tak suka padanya entah karena apa itu bisa luluh.
Tapi, apa mungkin bisa luluh? Bahkan dirinya sekarang sudah tak mempunyai harga diri, tidak mempunyai mahkota, dan pasti semakin mempersulit restu dari mamanya.
"Kabar baik, jauh lebih baik apabila sampah seperti mu tidak berkeliaran di dekatku dan juga keluargaku," ucapnya sambil tersenyum sinis.
Deg
Jantung Ganesa berdetak tak karuan, dia sangat terluka mendengar ucapan calon mertuanya itu. Air mata mengalir, tapi sebisa mungkin dia mencoba untuk kuat.
"Tante benar, makanya saya meminta Mas Rian untuk membatalkan semua," ucap Ganesa dengan menghapus air matanya. Mata sembabnya menatap ke arah Nyonya Rani.
"Kau dengar itu Rian? Bahkan dia sudah memintamu untuk membatalkan semua, lalu apalagi?" ucap Mamanya Rian.
Ganesa mencoba untuk kuat, mencoba untuk tenang. Wajar bagiannya jika mamanya Rian berkata seperti itu.
"Tapi Ma, Ganesa calon istriku. Aku tidak akan meninggalkan dia sedikitpun," sentak Rian.
"Kau membentak mama karna wanita itu Rian?" sentak mamanya.
Nyonya Rani tampak marah. Dia sangat membenci Ganesa, baginya Ganesa hanya ingin harta miliknya Saja. Bahkan, saat bertunangan, tak ada keluarga Ganesa menghadiri. Karna Kata Ganesa saat itu, keluarga besar tengah mengadakan kunjungan bisnis.
Akan tetapi, bagi Nyonya Rani semua itu hanya alibi Ganesa saja. Entah, bagaimana latar belakang keluarga Ganesa. Baginya yang berhubungan dengan Ganesa adalah sebuah kebohongan.
Ganesa tampak memejamkan matanya, air matanya semakin deras mengalir.
"Sudah, jangan bertengkar karna aku. Mas, dengarkan aku. Aku bukan wanita sempurna, aku tidak pantas untukmu. Pergilah," ucap Ganesa.
"Tapi Nes, aku mencintaimu!" sentaknya.
"Tapi aku tidak!" teriak Ganesa.
Rian menggelengkan kepalanya, hatinya sakit mendengar ucapan Ganesa. Dia sebenarnya tau Ganesa bohong. Tapi tetap saja hatinya sakit. Rian melangkah pergi dengan Amarah di dadanya.
Ganesa hanya melihat punggung Rian yang menjauh. hatinya terasa sakit sekali.
"Bagus jika kamu sadar diri, Kau memang tak pantas untuk putraku, masih banyak yang lebih darimu. Dan Rian pantas mendapatkan itu," ucap Nyonya Rani kemudian melenggang pergi.
Deg
Ganesa tampak memejamkan matanya, sakit? pasti. Air matanya terus mengalir.
Nyonya Rani membuka pintu, bersamaan dengan seorang lelaki tampan membuka pintu ruang rawat Ganesa.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...