"Mas tunggu, dia siapa? Jelaskan pada ku Mas" seketika langkah kaki Devan terhenti untuk mengejar Wanitanya.
Devan menoleh pada Sang Istri yang sedang hamil
"Dia pacarku kinara, dialah orang yang selama ini aku cintai. Sekarang kamu sudah tau, kuharap kau mengerti. Aku harus mengejar cintaku, ak tidak ingin Nesa pergi meninggalkan ku."
"Mas kamu ga boleh kejar dia, aku ini istri mu, aku mengandung anakmu. Apakah kami masih kurang berharganya di banding wanitamu itu?" tanya Ibu hamil itu tersendat
"Maafkan aku Kinara, aku sangat mencintai Nesa di bandingkan apapun."
"Tapi mas..."
Devan segera melepas paksa tangan Kinara, tak sengaja sang istri yang sedang hamil pun terjatuh.
"Ahhh perutku sakit..." Ringis Kinara kesakitan
"Maaf kinara, aku tak mau kehilangan Nesa" Ucap devan kemudian pergi
Kinara menatap kepergian suaminya, dan lama kelamaan gelap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mendayu Aksara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nara adalah Kinara yang Aku Cari
Di bawah sinar rembulan, ditemani dengan kemerlip bintang dan cahaya oranye dari lilin-lilin menyala yang ada. Nampak, dua orang saling membisu dalam keheningan.
Tak berani berucap satu sama lain
Sesekali, masing-masing mata melirik lawan di depannya.
"Maaf jika membuatmu merasa tak enak hati"
Ucap Briyan akhirnya memecah kecanggungan yang ada.
"Tidak, seharusnya saya yang harus minta maaf Den"
Sanggah Kinara cepat.
"Tidak Nara, kamu sama sekali tak salah. Perasaan inilah yang salah"
Serga Briyan merasa bersalah.
"Den"
Gumam Kinara prihatin sembari menatap Briyan sendu.
Briyan tak berani menatap mata Kinara kali ini.
Sedari tadi ia hanya membuang muka, menatap langit yang dipenuhi bintang-bintang.
"Besok, aku akan pergi. Meninggalkan desa ini dan semua kisahnya"
Ucap Briyan pilu.
"Den"
Kembali, Kinara tak mampu berkata lagi. Kini matanya mulai berkaca-kaca
"Kamu tau, awalnya saya datang kemari demi membantu sahabat saya. Mencari seseorang yang begitu ingin ia temui"
"Tapi kedatangan saya kemari, malah membawa saya bertemu padamu. Sejak pertama melihatmu, saya sudah tertarik. Dan entah sejak kapan, akhirnya saya jatuh cinta."
"Tak seharusnya begini, yang benar adalah membantu sahabat saya menemukan istrinya. Tapi, kerja saya memang selalu tak benar, bahkan sampai saat ini saya belum menemukan istri sahabat saya itu"
Cerita Briyan panjang, sedikit mengingat tujuan awalnya ke tempat ini.
Kinara jelas menyimak semua cerita yang Briyan kisahkan.
Bukan tak ingin mencoba membuka hati pada pria baik ini, tapi Kinara merasa tak pantas diri.
Bagaimana bisa ia membuka hati terhadap laki-laki lain, sedangkan statusnya saja sekarang tak jelas.
Bahkan, ia bingung dengan statusnya saat ini.
Seorang istri? Bahkan ia sudah tak yakin lagi dengan status itu.
"Den maaf, saya memang tak bisa membalas perasaanmu. Tapi, saya bisa membantumu dalam mencari istri sahabatmu itu. Saya janji, akan membantumu menemukan wanita itu, agar mereka dapat bertemu dan bersatu."
Ucap Kinara tulus sembari menatap Briyan lekat dengan mata yang masih berkaca-kaca.
"Pasti, sahabatmu itu sangat mencintai istrinya. Bahkan ia mencari wanita itu sampai sejauh ini. Beruntung sekali wanita itu"
Tambah Kinara lagi sembari tersenyum getir.
Seketika, mata hazel yang sedari tadi hanya mampu menatap indahnya langit malam, kini beralih menatap Kinara prihatin.
Seolah, kalimat wanita itu tersirat akan hal yang memilukan.
"Nara"
Ucap Briyan sembari menatap Kinara sendu. Mengalihkan pandangnya yang sedari tadi hanya menatap ke bintang.
Nampak, mata indah Kinara berkaca-kaca, Briyan jelas dapat melihatnya.
"Apakah ada masalah yang engkau sembunyikan. Ceritakanlah jika ini membantu mengurangi bebanmu"
Pinta Briyan tulus.
Sejenak, Kinara hanya menatap Briyan intens dalam diam.
Bingung ingin memulai dari mana. Tak lama, ia menarik nafas dalam.
"Den, mungkin kamu orang pertama yang saya percaya untuk mendengar kisah hidup pahit ini. Saya tak bisa membalas perasaanmu, bukan pula tak ingin mencoba membuka perasaan padamu. Tapi, saya bingung dengan diri saya sendiri."
"Jujur, saya adalah seorang wanita bersuami. Seorang wanita yang tak pernah dicintai, seorang ibu yang kehilangan anaknya sebelum lahir. Seorang wanita yang harus terpaksa pergi demi menyembuhkan sakit hati, seorang wanita yang merasa begitu hancur dan tersakiti."
"Saya bahkan bingung, seperti apa status saya saat ini"
Papar Kinara panjang dengan begitu jujur, mata coklat tersebut menatap kosong langit malam.
Mengalirkan bulir bening yang tampak berkilau akibat terpaan cahaya sendu sang rembulan.
Briyan menatap kosong ke arah Kinara, mengartikan satu persatu kata dari kalimat yang Kinara kisahkan.
Hatinya berdegup tak karuan, tubuh yang saat ini diterpa angin malam pegunungan yang dingin, malah merasakan panas dingin yang tak atur.
Seolah darahnya mendidih hingga ke otak, kini kepalanya terasa pening. Oksigen nampak berkurang di sekeliling. Sesak, dadanya terasa begitu sakit.
Dari kisah Kinara barusan, kini Briyan sadari wanita yang selama ini ia cari adalah Nara, wanita yang begitu ia cintai.
"Suamimu adalah Devan kan"
Ucap Briyan nanar sembari menitihkan air mata.
Dengan cepat Kinara menatap mantap Briyan.
"Bagaimana bisa Aden tau nama itu?"
Tanya Kinara tak percaya.
"Sahabat saya itu, adalah Devan"
Ucap Briyan jujur.
Seketika, tubuh Kinara terasa kaku. Nyeri jelas menyerang dadanya saat ini.
"Den Briyan"
Ucap Kinara pilu.
"Nara, apakah benar. Devanlah orang yang pernah membuatmu hancur?"
Tanya Briyan lagi, ia masih tak percaya dengan semua yang terjadi.
Kinara hanya membalas dengan anggukan, tak mampu lagi untuk bicara.
Tubuh wanita itu kini bergetar hebat, tangisnya pecah segugukan.
Dengan cepat, Briyan memeluk erat tubuh ringkih wanita yang ia cintai itu.
"Jangan menangis Nara, akan saya pastikan kamu tak akan pernah lagi bertemu dengannya. Akan saya pastikan, kamu tak akan menderita lagi. Akan segera saya bawa ia pergi dari sini"
Ucap Briyan berjanji.
Mendengar ucapan Briyan barusan, Seketika Kinara menjauhkan tubuhnya dari pelukan Briyan. Guna menatap dalam mata hazel tersebut.
"Apakah dia ada disini?"
Tanya Kinara menyelidiki.
"Iya Nara, dia ada di sini. Tapi akan segera saya ajak pulang. Saya akan pastikan, dia tak akan pernah menemuimu"
Ucap Briyan lantang.
"Tidak Den, biarkan saja. Saya tau, suatu saat nanti, entah kapan itu. Saya pasti akan di pertemukan lagi dengannya. Mungkin dengan cara ini, tuhan ingin memperjelas masalah runyam yang kami hadapi."
Ucap Kinara nanar sambil sesekali menyeka air matanya.
"Den saya telah berjanji, untuk membantumu mempertemukan sahabatmu itu dengan istrinya. Sekarang kamu bisa tenang, mereka akan segera bertemu. Bawalah aku untuk bertemu dengannya"
Tambah Kinara lagi.
Dengan cepat, Briyan menggenggam erat jari-jemari Kinara yang saat ini terasa begitu dingin.
"Bagaimana saya bisa tenang, jika bertemu dengannya akan membuatmu menderita dan membawa kembali kisah pahit yang telah susah payah kau lupakan. Saya tak akan melakukan itu. Saya akan segera membawanya pergi."
Serga Briyan lantang.
"Nara, saya akan membawa Devan pulang bersama saya besok. Akan saya pastikan ia tak akan pernah datang ke desa ini lagi. Dan juga.."
Ucapan Briyan kembali, namun tiba-tiba terhenti.
"Saya tak akan pernah lagi datang kemari, saya akan mengubur semua memori tentang desa ini, dan juga, menghapus seluruh perasaan saya terhadapmu. Akhirnya saya sadari, cinta saya ini adalah hal yang salah.!"
Tambah Briyan akhirnya melengkapi kalimat yang ia ucapkan.
"Den Briyan"
Ucap Kinara nanar, tak mampu berucap.
Air mata dari manik coklat itu tak henti-hentinya berlinang.
"Nara, walaupun saya sudah benar-benar pergi dari hidupmu nanti. Kamu harus tetap jadi wanita tegar seperti sekarang ya. Kamu harus bisa jaga diri."
"Dan, kamu harus tetap bahagia kedepannya. Jalanilah hidupmu dengan tenang."
Ucap Briyan tulus sembari mengelus pelan kepala Kinara, menatap wanita itu begitu lekat, seolah esok tak ada lagi kesempatan seperti ini.
Dengan cepat, Kinara memeluk kuat tubuh kekar pemuda itu. Guna menumpahkan seluruh beban berat yang ia pikul melalui tangis pilu malam ini.
.
.
.
BERSAMBUNG***
nyesel yah
cinta lama vs cinta baru