⛔: Ini hanya fiksi, jika terdapat kesamaan nama, tempat atau kejadian, itu hanyalah kejadian yang tidak disengaja.
Wilona percaya ia memiliki segalanya—cinta, rumah tangga yang hangat, dan suami yang setia. Tapi semua runtuh saat seorang wanita datang membawa kenyataan pahit: ia bukan satu-satunya istri. Lebih menyakitkan lagi, wanita itu telah memberinya sesuatu yang tak bisa Wilona berikan—seorang anak.
Dikhianati oleh orang yang paling ia percaya, Wilona harus memilih: terpuruk dalam luka, atau berdiri dan merebut kembali hidupnya.
"Ketika cinta tak cukup untuk setia… akan kau pilih bertahan atau pergi?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon viaeonni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31
Setelah resepsionis pamit meninggalkan ruangan, kini Wilona tinggal seorang diri, berdiri di hadapan seorang pria dengan penampilan rapi dan berwibawa. Sosoknya tampak kontras dengan keadaan ruangannya yang sedikit berantakan, terutama di bagian meja kerja yang cukup luas.
Beragam peralatan desain tampak berserakan di atas meja itu, kertas pola, pensil warna, gunting kain, hingga meteran yang melilit acak. Namun yang paling menarik perhatian Wilona adalah sebuah mesin jahit berwarna pink yang terletak di sudut ruangan, tampak seperti pusat dari segala aktivitas di sana. Di sisi lain, rak dan lemari besar tertata penuh dengan gulungan kain aneka warna, buku pola, serta perlengkapan lain yang mencerminkan kreativitas sang pemilik.
Wilona menelan ludah perlahan. Aura ruangan itu penuh dengan energi artistik yang asing tapi familiar. Ada rasa gugup sekaligus rasa rindu yang menyeruak di dadanya, seperti menemukan kembali dunia yang pernah ia cintai dan tinggalkan.
Wilona tampak gugup saat pria di depannya mengambil posisi duduk di sudut meja, menyilangkan kaki dan menatapnya lekat-lekat. Satu tangan menopang dagu, sementara matanya menyapu dari atas hingga kebawah, seolah sedang menilai tanpa berkata sepatah kata pun.
Rasa tak nyaman langsung menyeruak di dada Wilona. Tatapan itu terlalu tajam, terlalu dalam, dan membuatnya merasa telanjang meski ia berpakaian rapi.
“Apa ada yang salah denganku? Kenapa dia menatap seperti itu…” batinnya bergejolak, mencoba tetap tenang di luar. “Dan kenapa juga asisten Nyonya Besar harus seorang pria… cowok pula yang gayanya seperti pria mata keranjang.”
Ia menggenggam tote bag-nya lebih erat, berusaha menjaga sikap, walau dalam hati terasa seperti diseret masuk ke ruangan wawancara tak tertulis yang sangat canggung.
Tiba-tiba, pria di depannya mengulurkan tangan dengan senyum lebar yang membuat Wilona kaget.
"Hai, girl… perkenalkan, namaku Niki, Nikita Willy," ucap pria itu sambil mengedipkan matanya, dengan intonasi yang sengaja dibuat-buat menyerupai gaya bicara perempuan.
"Apa katanya, Nikita Willy? Bukankah itu artis."
Wilona sempat terpaku beberapa detik. Sumpah… demi apa? pikirnya dalam hati, nyaris tak percaya dengan cara pria itu memperkenalkan diri. Wajahnya tampan, penampilannya rapi, tapi... gayanya benar-benar di luar ekspektasi.
Namun ia segera sadar dan menyambut uluran tangan itu dengan ragu. "Wilona…" jawabnya pelan, masih berusaha mencerna apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Ia sampai kehilangan kata. Bagaimana bisa pria setampan ini… ternyata rada-rada begitu? batinnya meringis.
Niki tertawa pelan, seolah bisa membaca isi kepalanya. "Santai, sayang. Dunia fashion itu bukan dunia biasa, jadi kamu harus siap dengan segala warna yang ada." Ia mengedipkan mata sekali lagi, lalu berbalik sambil mengambil tas Hermes dari meja.
"Yaudah, langsung aja kita go. Time is money, baby girl," ucap Niki riang, tanpa banyak basa-basi langsung mengapit lengan Wilona dan menariknya keluar ruangan. Bibirnya tak henti mengoceh tentang cuaca, tas yang ia pakai, sampai makanan favoritnya.
Wilona terpaksa ikut terseret, meski kepalanya dipenuhi tanda tanya.”Apa-apaan ini? Bukankah aku ke sini untuk interview? Kok malah dibawa pergi? Ini orang beneran asisten Nyonya Besar?”
Langkahnya akhirnya terhenti begitu saja di lorong depan lift. Ia menarik tangannya dengan sopan namun tegas.
"Sebentar… sebentar. Mohon maaf sebelumnya," ucapnya sambil mengatur napas. "Bukankah hari ini saya dijadwalkan untuk wawancara kerja? Lalu anda mau membawa saya ke mana?" tanya Wilona sopan, ia tak ingin merasa kebingungan.
Niki menoleh cepat, memutar tubuhnya dengan gaya berlebihan seperti aktor yang sedang berakting. Ia menatap Wilona dari atas ke bawah, lalu tersenyum lebar dengan gaya ala-ala presenter fashion show. Ada saja tingkah pria itu, bahkan di setiap gerakannya harus terlihat perfect.
"Of course! Kamu tetap akan di interview, dear, tapi dengan cara yang lebih intimate dan exclusive, langsung oleh para queen di balik kerajaan fashion ini," jawabnya dengan mata berbinar dramatis.
"Kerajaan fashion?" Wilona mengulang pelan, masih agak bingung. Sumpah demi apa, Wilona baru pertama kali bertemu dengan anomali macam Niki ini.
Niki mengangguk semangat. "Yesss. Nyonya Besar dan Nona Ember ingin melihat langsung calon anak didik barunya. Mereka lebih percaya melihat energi orang secara langsung ketimbang cuma baca CV atau nilai akademik. Dan karena mereka hari ini nggak bisa datang ke kantor, kita yang akan datang ke rumah mereka. understand, darling?" Niki tidak tahu saja jika Wilona dan Nyonya Besar serta Ember saling mengenal.
Wilona terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi yang barusan ia terima. Jujur, ini semua di luar ekspektasinya. Tapi ada sesuatu dalam cara bicara Niki, aneh, tapi tulus yang membuatnya akhirnya mengangguk pelan.
"Baiklah… saya ikut."
Niki langsung bersorak kecil, "Good! Kamu bakal cocok sama kita. Sekarang ayo kita cuss, oh ya, di mobil nanti kamu bisa tunjukin sketchbook kamu ke aku. Aku mau tahu seberapa liar imajinasi kamu. Roarrrr…"
Wilona hanya bisa tersenyum kaku sambil melangkah mengikuti pria penuh warna itu. Dalam hati, ia bergumam, Hari pertama kerja... dan sudah seperti ikut reality show.
Matanya tak sengaja memperhatikan cara Niki berjalan di depannya, dan itu nyaris membuatnya tertawa. Bagaimana tidak? Pria tampan itu mengenakan kemeja biru muda rapi dan celana bahan layaknya pegawai kantoran biasa, tapi langkahnya… ah, benar-benar penuh gaya. Lenggak-lenggok seperti model di atas catwalk, dan setiap kali ada karyawan yang menyapa, ia membalas dengan lambaian tangan ringan dan senyum lebar bak ratu sejagat.
Wilona terkekeh geli. Meski baru kenal, sosok Niki sudah meninggalkan kesan yang sulit dilupakan, aneh, tapi justru menghibur di tengah kegugupannya pagi ini.
BERSAMBUNG
JANGAN LUPA BERI LIKE, KOMEN DAN VOTE
DUKUNGAN TEMAN-TEMAN SEMUA SANGAT BERHARGA.....LOVE YOU ALL.....
Wes to gae duso seng okeh bar iku garek entuk karmane.
ko lek wes miskin po knek penyakit br tau rasa.
bagus bagus biar tmbh hancur nnti.
dah bner si anak dpt wanita baik hidup tertata mlh di hancurkan.
Sekarang balik lagi Aryan suka mabuk dan free sex. sakit kau nnti Amanda kl tau Aryan bgitu 🤣