Anya Safira adalah gadis berusia 20 tahun. Ia bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah hotel. Suatu hari Anya tengah membersihkan kamar hotel yang sudah ditinggalkan oleh tamu. Namun, Seketika seorang pria masuk dan menutup pintu serta menguncinya. Pria itu mabuk dan tidak sadar kalau ia salah masuk kamar.
Melihat tubuh seksi Anya pria tersebut tidak tahan dan segera mendorong tubuh Anya ke atas ranjang. Pria itu pun naik dengan hasrat yang tidak tertahankan. Anya yang ketakutan hendak berteriak. Namun, pria itu segera membekap mulut Anya sambil berbisik.
"Jangan berteriak. Aku akan memberimu satu miliyar asal kau layani aku, " bisiknya.
Anya yang memang sedang membutuhkan uang, tidak pikir panjang dan menerima tawarannya. Dan disitulah awal dari semuanya.
Anya tidak tahu, kalau pria itu adalah tuan Elvaro. Duda kaya raya seorang Presdir perusahaan ternama YS.
Lalu, apakah yang akan terjadi selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rustina Mulyawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3. Kedatangan Elvaro
Anya sangat gugup dan takut. Anya pikir kedatangan Elvaro ini karena ATM yang ia berikan kepada Anya salah. Sebab, yang ia tawarkan malam itu bukan lima miliar, melainkan hanya satu miliar. Jika yah, habislah Anya, karena sebagian uang itu sudah ia tarik untuk membayar biaya rumah sakit dan uang sekolah Syella. Karena biaya sekolah Syella yang menunggak, jadi ia menarik begitu banyak. Dan sebagian lagi, dengan uang itu ia membayar lunas hutangnya.
"Ada apa anda datang kemari?"
Anya bertanya dengan suara yang gemetar dan gelagapan.
["Gadis ini, padahal ia terlihat sangat polos."] Bathin Elvaro.
Elvaro tidak menggubris pertanyaan Anya dan masuk begitu saja menemui Ranti untuk menyapa.
"Eh?"
Anya segera menyusul langkah Elvaro.
"Selamat siang, Bu? Maaf, kami datang dengan tidak sopan."
Elvaro tersenyum ramah dengan lembut dan sopan.
"Amira? Tunggulah diluar. Saya ingin bicara dengan beliau sebentar, " lanjutnya.
Amira tidak tahu apa yang sebenarnya Elvaro lakukan sekarang. Ia juga sebenarnya merasa keberatan dengan permintaan Elvaro. Memangnya hal penting apa yang ingin dibicarakannya sehingga Amira tidak boleh mendengar atau mengetahuinya. Dan itu membuat Amira sedikit kecewa.
"Baik Pak. "
Amira pun hanya bisa menurut dan bergegas pergi keluar.
"Kenapa Anda ingin bicara dengan Ibu saya? Bukankah anda datang kesini untuk bicara dengan saya?"
Anya menyela dengan suara tegas.
Elvaro menoleh ke Anya dengan tatapan intens. Kemudian, ia tersenyum kecil dan mendekat dua langkah pada Anya. Kakinya Anya refleks melangkah mundur sedikit menghindarinya dengan kepala menunduk. Ia sama sekali tidak berani menatap wajah Elvaro. Sementara itu, Elvaro membungkuk kan sedikit badannya untuk mendekatkan wajahnya dan berbisik pelan ditelinga Anya.
"Semalam, itu bukan sesuatu yang harus ditinggalkan begitu saja, bukan? Masalah ini, harus diselesaikan."
DEG~
Anya semakin panik setelah mendengar perkataan Elvaro. Bagaimana jika Elvaro berniat mengatakan kejadian semalam kepada ibunya.
"Bukankah, masalahnya sudah selesai. Kamu mendapatkan apa yang kamu mau dan aku mendapatkan apa yang ku mau, " balas Anya dengan pelan dan tegas.
Elvaro pun menegakkan punggung dan bahunya. Ia tersenyum kecil pada Anya.
"Tidak. Ini belum selesai. Jadi, bisakah kamu keluar dan memberi kami ruang untuk bicara? Sebentar saja, hanya lima menit, " balas Elvaro.
"Tapi.... "
"Anya, ada apa ini sebenarnya?" Ranti menyela.
"Tolong kamu hormati orang tua. Jika kamu mengenalnya. Maka biarkan dia bicara sama Ibu. Mungkin ada hal penting yang ingin dia bicarakan, " lanjutnya.
"Baik, Bu. Anya mengerti."
Anya tidak punya pilihan selain pergi keluar dan membiarkan Elvaro bicara dengan Ibunya. Walaupun sebenarnya ia sangat khawatir Elvaro akan membicarakan tentang semalam kepada Ranti. Ia takut Ranti akan kecewa kepadanya.
Setelah Anya pergi, Elvaro pun duduk di kursi yang ada disamping ranjang Ranti.
"Sepertinya anda datang karena suatu hal? Jadi apa yang ingin anda bicarakan dengan saya? Ada keperluan apa?"
Ranti menanyakan tujuan Elvaro mendatanginya.
"Baiklah.Saya tidak akan basa-basi lagi. Saya akan langsung saja pada intinya. Tujuan saya datang kemari dan ingin bicara dengan anda adalah karena, saya ingin menikahi anak anda, Anya Safira. "
Ranti membulatkan kedua bola matanya mendengar jawaban dan tujuan Elvaro. Kedua pupil matanya membesar saking terkejutnya.
"Maksud anda apa, yah? Menikahi Anya?"
Ranti tertawa tidak percaya. "Mohon maaf sebelumnya. Tapi apakah anda tahu? Usia Anya baru 20 tahun. Tidak mungkin saya setuju menikahkan anak saya dengan anda. Usia kalian jauh berbeda. "
Elvaro menyungging senyum kecil dan mengangkat kakinya menyilang duduk dengan santai.
"Saya tahu anda akan menolak. Tapi sebelum itu saya akan memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Elvaro Sugito seorang presdir perusahaan YS. Anda pasti pernah mendengarnya, kan? Tapi saya tidak bermaksud untuk pamer soal status saya. Saya hanya ingin meyakinkan anda. Bahwa jika Anya menikah dengan saya. Saya akan menjamin hidupnya akan lebih bahagia dari sekarang. Dia tidak perlu bekerja keras, dihina, dimaki dan ditunjuk orang lain. Dia akan hidup tanpa harus khawatir soal uang. Bukan karena kasihan kepadanya. Tapi, sesuatu telah terjadi dan Anya telah membuat saya menginginkannya. Bagaimana? Bukankah itu hal bagus untuknya?" rayu Elvaro.
Ranti terdiam sejenak untuk mencerna semua perkataan Elvaro. Memang Ranti pernah mendengar namanya dan perusahaan yang disebutkan. Perusahaan itu adalah salah satu perusahaan terbesar yang ada di Kota B. Ranti berpikir keras, jika memang benar. Mungkinkah hidup Anya akan berubah. Tapi, Ranti pun tidak tega jika harus menikahkan Anya dengan pria tua yang bahkan umurnya sangat jauh berbeda.
Ranti tenggelam dalam pilihan yang sulit. Sementara, hidupnya tidak akan lama lagi. Jika Anya menikah dengan Elvaro, kemungkinan hidupnya terjamin dan tidak akan susah seperti sekarang. Dan pendidikan Syella pun akan terjamin.
"Tidak perlu terburu-buru. Pikirkanlah dengan baik. Ini kartu nama saya. Hubungi saya jika anda setuju untuk menikahkan Anya dengan saya, " ucap Elvaro.
Elvaro beranjak bangun dari duduknya untuk pergi.
"Kalau begitu saya permisi. "
"Saya akan mencobanya. Tapi beri saya waktu. Namun, jika Anya tidak mau saya tidak bisa memaksanya. Saya akan kabari anda nanti," jawab Ranti.
Elvaro hanya tersenyum kemudian pergi dan keluar dari ruangan.
Anya yang sedari tadi mondar mandir karena khawatir. Ia melihat Elvaro keluar, sejenak ia menatapnya dengan tajam. Lalu, kemudian segera pergi menemui Ibunya tanpa mengatakan apapun pada Elvaro. Tawa kecil keluar dari mulut Elvaro.
"Urusan saya sudah selesai. Mari kita kembali sekarang, " ucapnya kepada Amira sambil pergi disusul oleh Amira.
Anya melihat Ibunya yang terdiam menatap kosong ke depan. Anya merasa tidak enak hati melihat reaksi Ranti setelah berbicara dengan Elvaro. Perlahan ia mendekat menghampiri Ranti yang masih terdiam dan tidak menoleh.
"Ibu? Apa Ibu baik-baik saja?" tanya Anya yang membuat lamunan Ranti buyar.
Ranti segera menyembunyikan kartu nama yang diberikan Elvaro kepadanya. "Hah? I-iyah, Ibu baik-baik saja. "
Anya meraih Tangan Ranti dan menggenggamnya dengan erat.
"Bu? Maafkan Anya. Anya hanya ingin Ibu sehat. Anya.... "
"Kenapa kamu minta maaf? Justru Ibu yang harusnya minta maaf sama kamu, " sahut Ranti menyela.
"Maksud Ibu? Memangnya pria tadi, membicarakan hal apa dengan Ibu?" Anya pun mulai bertanya-tanya.
"Tidak ada apa-apa. Hanya perbincangan biasa, " balas Ranti.
Anya mengernyit heran. Anya penasaran apa sebenarnya yang Elvaro bicarakan dengan Ibunya. Anya bahkan belum tahu nama Elvaro dan siapa dia sebenarnya. Dan melihat reaksi Ranti Anya semakin merasa khawatir dan ingin tahu apa yang mereka bicarakan tadi.
****
Sepanjang perjalanan kembali menuju Kota B. Elvaro tidak berhenti menatap poto Anya. Ia terus memandanginya dengan tatapan yang begitu dalam. Membuat Amira yang sedari tadi memperhatikannya merasa khawatir dan cemburu. Amira penasaran mengapa Elvaro bersikap seperti itu? Padahal kan ia baru mengenal gadis itu.
["Anya Safira? Dia mirip sekali denganmu Aira. Seakan kamu terlahir kembali dalam wujud yang masih muda. Entah kenapa waktu pertama kali melihat Anya dalam keadaan sadar. Membuat rasa rinduku padamu terobati. Mungkinkah dia itu memang dirimu? Kamu kembali padaku dalam wujud yang masih muda? Apakah aku terlalu serakah, jika sekarang aku menginginkannya?"] Bathin Elvaro.
Yah, Aira adalah mantan istri Elvaro yang sudah lama meninggal. Dan Akhir-akhir ini dia sering merindukan kehadirannya. Saking rindunya terkadang ia merasa sangat tersiksa. Mungkinkah pertemuan Anya dengan Elvaro itu bukanlah suatu kebetulan melainkan sebuah takdir yang sudah dituliskan?