Tita, gadis yang hanya hidup berdua dengan ibunya, karena bapaknya tidak mengakuinya. lebih tepatnya, bapak itu menikah lagi setelah ibunya mengandung dirinya. ditambah lagi banyak orang yang tidak menyukai sang ibu, yang hanya seorang wanita buruh tani diladang orang lain.
sampai akhirnya, tita yang saat itu sedang membantu ibunya membersihkan ladang sawah orang, tidak sengaja tersambar petir sehingga mengundang kehebohan. dan Untung saja dia tidak meninggal, tetapi satu hal yang berbeda dari dirinya. dia mendapatkan sedikit kemampuan, yaitu kemampuan meracik herbal-herbal yang bisa dimanfaatkan untuk pertanian, dan juga untuk perikanan.
lalu bagaimana perjalanan tita setelah berhasil lolos dari maut itu ?
ikuti terus ya teman-teman.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tirta_Rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. penghasilan hari ini
setelah selesai menangkap ikan di pantai, kini tita dan ibunya telah tiba di kediaman bobrok mereka. sepanjang perjalanan Ibu Susan menatap heran ke arah putrinya, dengan bibir yang masih ditutup rapat. apalagi sepanjang jalan putrinya terlihat memetik beberapa tumbuhan-tumbuhan liar atau mungkin rumput-rumput liar yang tidak dikenali oleh dirinya sendiri.
"Akhirnya sampai juga.." ucap tita sambil meletakkan ember kosong yang ukurannya tidaklah kecil. dan di sanalah ikan-ikan besar itu ditampung dan dijual sampai habis.
begitu pula dengan ember bawaan Ibu Susan. ember itu juga tak kalah besarnya dengan ember yang di bawah oleh Putri. mereka tentu saja tak memiliki pilihan lain selain membawa ember tersebut.
"ayo Bu.. kita masuk dan masak hari ini untuk makan siang. aku sudah tidak sabar ingin makan kepiting itu." ucap kita yang tentu saja berhasil mendapatkan tiga ekor kepiting yang ukurannya cukup besar. dan tiga kepiting itu ditempatkan di dalam karung, sehingga tak ada orang yang melihat keberadaan kepiting tersebut.
"oh ya Bu, baiknya ngitung duit dan masak dulu, atau mandi dulu baru setelah itu memasak dan menghitung pendapatan hari ini ?" tanya tita kepada ibunya. dan Ibu Susan yang masih merespon sedikit-sedikit penuturan putrinya langsung menghela nafas.
"hah!! sebaiknya mandi dulu saja nak. air laut itu cukup asin sehingga membuat kulit kita nanti tidak nyaman. sebaiknya kamu bersihkan saja diri kamu terlebih dahulu biar ibu yang membersihkan kepitingnya dan merebusnya." ucapnya.
tita yang mendengar perintah ibunya pun langsung mengangguk mengerti dan kemudian berlalu ke dalam kamar serta mengambil handuk di sana. begitu pula dengan Ibu Susan yang langsung mengeluarkan kepiting yang sudah diikat itu, dan mengeksekusinya dengan hati-hati.
sementara pagi ini, matahari yang muncul itu benar-benar baru menyebarkan sebagian kecil rasa panas dari cahaya miliknya. dan sinarnya itu melingkupi rumah gubuk yang di mana ada sepasang ibu dan anak merasa bahagia karena mungkin hari-hari mereka perlahan-lahan akan berubah.
dan selang beberapa menit, akhirnya Ibu Susan dan tita pun turun selesai membersihkan diri.
"mana uangnya itu Bu..? ayo kita hitung sama-sama." tutur tita kepada ibunya. karena memang Ibu Susan yang memegang uang tersebut dan menyimpannya ke dalam kantong plastik hitam agar tidak terekspos keluar.
"sebentar Ibu ambilkan dulu ya." Ibu Susan pun langsung beranjak dari tempat duduknya dan masuk ke dalam kamar yang didiami oleh mereka berdua. setelah itu dia pun kembali dengan satu kantong kresek hitam di tangannya.
"ini Dia nak. Ibu rasa isinya sangat padat sekali." ucap Ibu Susan sambil meremas kantong plastik yang memang terasa sedikit penuh dan cukup sulit ditekan.
"syukur alhamdulillah kalau begitu Bu. ayo kita buka dan hitung." Ibu Susan pun langsung membuka ikatan kantong tersebut dan mengeluarkan semua uang yang ada di dalamnya.
Ibu Susan dan tita tampak sangat bersemangat menghitung pendapatan mereka pagi ini. pintu rumah juga sudah mereka kunci rapat-rapat agar tak ada orang yang mengintip.
"Alhamdulillah bu.. kita berhasil mendapatkan nominal 12 juta 525.000. ribu rupiah.!" tutur tita dengan bersemangat. sementara uang 500 yang pendapatannya kemarin tentu saja masih berada di tempat yang aman.
"Alhamdulillah nak.." untuk pertama kalinya dalam sejarah kehidupan mereka, mereka berhasil memegang nominal uang yang begitu fantastik. belum lagi raut wajah cerah mereka yang berbinar-binar yang tak pernah ada sebelumnya.
biasanya, raut wajah keduanya hanya akan terlihat tulus namun tak pernah ada senyum ceria seperti hari ini.
"Bu kalau begini caranya, kita bisa memasukkan token listrik juga di rumah kita. biar nanti kita bisa memasak dengan menggunakan listrik." ucap tita dengan bersemangat.
sebagai orang yang tak memiliki apa-apa, tentu saja ada keinginan untuk memperbaiki kehidupan mereka. apalagi, tak ada laki-laki di dalam keluarga yang bisa menopang perekonomian. mereka hanya bisa berdiri tegak di bawah telapak kaki mereka sendiri.
Ibu Susan yang mendengar penuturan putrinya pun mengangguk setuju. namun sesaat kemudian, raut wajahnya itu langsung berubah.
"sebaiknya jangan dulu ya nak. untuk memasukkan aliran listrik ke rumah, membutuhkan biaya yang cukup besar. ibu takut, para tetangga-tetangga di sekitar kita akan menaruh curiga kepada kita. jadi, alangkah baiknya, kita angsur dulu semua kebutuhan rumah tangga. mulai dari membeli beras, gula, cabe merah bawang merah dan bawang putih dan lain sebagainya. kita juga perlu kasur untuk tempat tidur kita nak. dan kita juga perlu membangun rumah ini sedikit demi sedikit." ucap Ibu Susan sambil menatap bangunan kecil milik mereka.
Untung saja mereka tidak menyewa Tanah ini lagi, karena tanah ini adalah warisan dari kedua orang tua angkat ibu. dan ini adalah harta satu-satunya yang mereka miliki. tita yang mendengar penuturan ibunya pun ikut termenung.
"iya juga ya Bu. kita perlu dana besar untuk merenovasi rumah kita. aku juga berencana untuk membeli sepeda sebagai salah satu transportasi untuk berangkat sekolah Bu. dan 5 hari lagi tita akan masuk sekolah." ucapnya kepada sang ibu. Ibu Susan yang mendengar penuturan putrinya dan juga pengertian sang anak langsung tersenyum.
"kalau begitu kita beli sepeda kamu dulu ya nak. setelah makan nanti, kita langsung bersiap untuk berangkat. kita pergi ke kota dan lihat, Apakah ada sepeda yang bisa kita beli." ucap Ibu Susan. dan tita yang mendengar penuturan ibunya itu langsung mengangguk semangat.
sementara makanan yang mereka masak hari ini langsung Mereka santap. padahal niatnya makanan itu untuk mereka konsumsi sebagian di siang hari. tapi mengingat kalau mereka akan pergi setelah ini, maka mereka memilih untuk menghabiskannya.
dan setelah waktu telah menunjukkan pukul 09.00 pagi, keduanya pun yang sudah berpenampilan rapi dan menggunakan pakaian seadanya serta sopan, Mereka pun langsung memulai perjalanan mereka untuk menuju kota kecamatan. yang jarak tempuhnya sekitar 1 jam dari desa mereka. dan itu berlaku jika mereka ke sana dengan berjalan kaki. tetapi kalau dengan menggunakan sepeda motor atau transportasi, tentunya hanya perlu memakan waktu yang sebentar.
"tidak apa-apa kita berangkat jalan kaki kan nak..?" tanya Ibu Susan kepada putrinya. dan tita yang terlihat sedang memasang sendalnya itu langsung menggelengkan kepala.
"tidak apa-apa Bu. lagi pula sudah terbiasa berangkat sekolah dengan jalan kaki. jadi tidak masalah." tuturnya lagi dengan penuh pengertian. Ibu Susan pun mengusap kepala putrinya dan juga punggung putrinya. seolah-olah ucapan Ibu Susan itu menasehatkan kepada putrinya untuk bersabar dalam segala kondisi dan situasi.
anggap semua ini adalah sebuah ujian yang harus mereka lewati dan harus berbekal dengan penuh kesabaran. sementara kita yang sering mendapatkan perlakuan seperti itu dari ibunya hanya bisa tersenyum dan juga ikut merasakan pahitnya perjuangan hidup mereka. akhirnya sepasang anak dan ibu itu pun langsung melanjutkan perjalanan mereka.
Kl surya gak tegas ma rukmi makin hancur dah hidupnya