NovelToon NovelToon
The Villain Wears A Crown

The Villain Wears A Crown

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: karinabukankari

Balas dendam? Sudah pasti. Cinta? Tak seharusnya. Tapi apa yang akan kau lakukan… jika musuhmu memakaikanmu mahkota?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon karinabukankari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 31: The Sleepless mouth

Kabut tebal menutupi lembah Marenthal saat Seraphine, Caelum, dan Orin berdiri di hadapan sebuah menara raksasa yang condong ke kiri, seakan hampir runtuh… tapi tak pernah jatuh. Menara itu menjulang hitam, tak punya jendela, dan dindingnya tampak seperti dilukis ulang dari ingatan yang salah.

“Tempat ini... tidak nyata,” desah Orin.

Seraphine menyentuh tanah. Getaran halus menjalar lewat ujung jarinya. “Tapi luka yang ditinggalkannya… sangat nyata.”

Caelum menggenggam gagang pedangnya. “Apa yang ada di dalam?”

Orin menjawab tanpa menoleh. “Sesuatu yang kelaparan. Tapi bukan pada makanan.”

Ia menatap langit yang berputar perlahan. Awan membentuk pusaran, dan di tengahnya, samar-samar... suara nyanyian anak-anak terdengar.

“The Hunger Seer,” gumam Orin. “Makhluk kedua dari Tiga yang Terkurung.”

Langkah mereka bergema kosong saat menjejak lantai pertama menara. Tapi anehnya, ruangan itu... berubah setiap kali mereka berkedip.

Pertama sebuah aula istana.

Lalu kamar masa kecil Seraphine.

Lalu jalan setapak di Ravennor yang sudah tak ada.

“Apa... ini?” desis Caelum.

Orin menutup matanya. “Ia menampilkan kenangan. Tapi bukan untuk membuatmu bernostalgia. Ia... memakannya.”

Seraphine menatap sekeliling. Tiba-tiba, suara tawa terdengar—tawa ayahnya. Ia berbalik cepat dan melihat ayahnya berdiri di ambang pintu, mengulurkan tangan.

"Ayah?" bisiknya.

Orin menariknya sebelum ia mendekat. “Bukan.”

Seketika, wujud itu berubah—menjadi sosok tinggi, kurus, bermata tiga. Mata ketiganya terus terbuka, bahkan saat dua lainnya tertutup.

“Aku lapar,” desis makhluk itu. “Berikan padaku momen terindahmu, dan kau tak perlu mengingat rasa sakit.”

Caelum melangkah maju. “Dan jika kami menolak?”

“Maka aku akan mencabut semua yang membuat kalian ‘kalian’.”

Mereka terpisah.

Caelum mendapati dirinya kembali di medan perang lama, dikelilingi tubuh-tubuh tentara yang ia kenal. Ia berjalan di antara mereka, menyebut nama satu per satu… hingga satu dari mereka membuka mata. "Kau tinggalkan kami," katanya.

Orin berada di perpustakaan kuno yang seharusnya hancur. Di hadapannya, ibunya—yang pernah menyembunyikan kebenaran tentang garis darah mereka. “Kau bisa jadi sesuatu yang lebih baik,” katanya. “Tapi kau memilih... kehancuran.”

Seraphine berdiri di depan cermin.

Tapi cermin itu menunjukkan versi dirinya yang tersenyum lebar, mengenakan mahkota.

“Terimalah aku,” kata bayangan itu. “Kau tahu dunia akan lebih mudah jika kau jadi ratu. Tak ada dewan, tak ada kekacauan. Hanya satu suara.”

“Suaraku.”

Seraphine memejamkan mata. “Aku tidak takut pada suara itu.”

“Tapi kau takut menjadi sia-sia.”

Mereka bertiga kembali bertemu di pusat menara—ruangan bundar dengan mata besar mengambang di atas altar. Mata itu... menangis darah.

The Hunger Seer muncul dari kegelapan. Tangannya banyak. Suaranya serak.

“Kalian menolak memberiku kenangan kalian. Tapi kalian... penuh kehilangan. Aku bisa menghapus rasa sakit itu.”

Orin mengangkat kristal hitam. “Dan kau bisa menyedot jiwa kami dalam prosesnya.”

Makhluk itu menyerang—dengan ingatan.

Caelum tersungkur saat bayangan ayahnya menamparnya dengan kata-kata yang dulu pernah ia ucapkan. Seraphine hampir runtuh saat suara dari pengorbanan pasukan terakhir di Ravennor kembali menggema di telinganya.

Tapi Orin tetap diam.

Sampai dia berkata:

“Aku tidak takut pada masa lalu. Karena aku menciptakan masa depan.”

Kristalnya meledak cahaya. Dan saat cahaya itu menyentuh mata di atas altar—mata itu menutup. Makhluk itu menjerit... lalu hancur menjadi ribuan daun kering.

Menara itu mulai runtuh.

Mereka bertiga berlari keluar saat dunia ilusi pecah, menampakkan menara sebenarnya: sebuah struktur setengah hancur, dibangun di atas reruntuhan sebuah kuil kuno.

Di kaki menara, mereka menemukan ukiran kuno:

“Tiga Penjaga, Tiga Kunci. Saat semuanya bangkit, pintu menuju Takhta Hollow akan terbuka.”

Seraphine memandang Orin. “Dua sudah bangkit. Yang ketiga?”

Orin menatap ke arah barat.

“Gerbang Retak. Di tengah negeri bekas gurun... tempat terakhir para penyihir purba disegel hidup-hidup.”

Di Ravennor, Ash menerima laporan dari para pengamat sihir. Langit di barat mulai berubah warna. Gelombang sihir tua merambat pelan.

Ash menyelipkan pedangnya ke pinggang.

“Beri tahu Dewan. Aku akan pergi.”

Di tempat lain, di balik gerbang raksasa yang penuh luka dan segel yang patah... mata ketiga terbuka.

“Akhirnya... waktuku tiba.”

Angin panas menerpa wajah Seraphine saat mereka tiba di tepi Gurun Tenarr, wilayah barat yang dulunya menjadi pusat peradaban sihir tertua sebelum Ravennor dibangun. Tapi sekarang, yang tersisa hanya reruntuhan menara miring, tugu-tugu batu yang patah, dan... satu gerbang raksasa yang separuh terkubur pasir, retak besar di tengahnya memancarkan cahaya ungu gelap.

Caelum menatapnya dengan napas berat. “Aku kira tempat ini cuma dongeng.”

Orin menunduk. “Dulu begitu. Sekarang… kita hidup di akhir dongeng yang ditulis ulang.”

Gerbang itu disebut Yul’dareth, dikenal dalam naskah kuno sebagai Mulut Tanpa Tidur, tempat roh yang tidak bisa mati dikurung dengan mantra yang menelan waktu itu sendiri. Gerbang ini tidak hanya menyimpan entitas ketiga... tapi juga kunci ke asal semua konflik: Sumber Takhta Hollow.

“Jika makhluk terakhir bangkit,” ujar Orin pelan, “tidak hanya Ravennor… seluruh realitas bisa pecah.”

Seraphine melangkah maju, tubuhnya bergetar bukan karena takut, tapi karena... gerbang itu seolah memanggilnya.

“Darahmu adalah sisa dari pelindung pertama,” suara itu berbisik di pikirannya. “Bukalah… dan kau akan paham kenapa dunia selalu berakhir dengan perang.”

**

Di Ravennor, Ash menunggang kudanya menembus perbatasan barat, bersama dua penyihir riset dan satu pasukan pengawal elite. Di tangannya, ia membawa gulungan tua—peta jalur sihir bawah tanah yang dulu dibuat untuk menyegel Yul’dareth.

“Sesuatu telah bergerak dari dalam. Kita terlambat,” ujar salah satu penyihir.

Ash menatap ke langit—awan berubah menjadi pusaran ungu, dan waktu mulai melambat di radius tertentu.

“Dia mulai bicara,” bisik Ash. “Makhluk itu... tidak menyerang. Ia membujuk.”

**

Di dalam Yul’dareth, sebelum gerbang terbuka, Seraphine melihat lukisan-lukisan kuno yang tergurat di dinding:

1. Gambar seorang raja muda membagi mahkotanya

menjadi tiga bagian.

2. Tiga makhluk hitam bermata banyak menunduk di

hadapannya.

3. Dan terakhir… sang raja itu terbakar hidup-hidup oleh

api dari dalam dirinya sendiri.

Caelum menyentuh lukisan itu. “Itu... kau, Seraphine. Atau... masa depanmu.”

Orin menatapnya tajam. “Kita tidak bisa buka gerbang ini.”

Tapi Seraphine menoleh, matanya tajam. “Kita tidak punya pilihan. Kalau kita tidak membangunkannya, yang lain akan. Dan lebih buruk… mereka mungkin sudah melakukannya.”

**

Tanpa peringatan, pasir di sekitar gerbang mulai naik ke udara—berputar menjadi tornado cahaya yang memekakkan telinga. Gerbang bergetar. Cahaya ungu menyala.

“Yang Ketiga telah menunggu… sejak sebelum waktu dijahit. Sekarang, ia bangun.”

Retakan di gerbang pecah sepenuhnya.

Dan dari dalam, keluar sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan bentuk atau suara. Sebuah… bisikan yang hidup. Ia tidak punya wujud, tapi semua di sekitarnya langsung menua atau membeku hanya karena mendekat.

“Kalian memanggilku,” ucapnya. “Dan aku mendengar semua keinginan kalian. Semua ketakutan kalian.”

“Aku adalah waktu yang salah. Aku adalah keputusan yang kalian sesali. Aku… adalah kebenaran yang datang terlambat.”

Seraphine tersentak. Di pikirannya, semua momen yang pernah ia sesali muncul: saat ia tidak menyelamatkan prajuritnya, saat ia hampir menyerah dalam revolusi, saat ia membiarkan Orin pergi.

Caelum gemetar. Ia melihat wajah ibunya—terlalu tua, terlalu lelah, berkata bahwa semua yang ia lakukan... tidak cukup.

Orin... justru tersenyum. “Akhirnya. Kau berbicara. Dan aku… tidak takut lagi.”

Ia melangkah ke arah makhluk itu.

Seraphine menjerit, “Orin, jangan!”

Tapi Orin berkata:

“Kalau aku adalah kunci dari pembebasan kalian, maka biarkan aku juga jadi kandang terakhir.”

Dan sebelum makhluk itu menyentuhnya, Orin menusukkan pecahan kristal hitam ke dadanya sendiri—mengikat makhluk itu padanya.

Cahaya ungu meledak.

Waktu berhenti.

**

Ketika debu mengendap, Orin berdiri, matanya kini bersinar ungu samar. Suaranya ganda—suara dirinya, dan suara entitas di dalamnya.

“Aku bisa menahannya. Tapi tak lama.”

Seraphine mendekat, air mata di matanya. “Kau tidak harus melakukannya sendirian.”

“Aku bukan sendirian. Aku... adalah bagian dari kalian semua.”

Caelum menatap Orin dengan getir. “Apa yang terjadi selanjutnya?”

Orin menatap ke arah langit, di mana retakan sihir telah membelah langit Ravennor.

“Selanjutnya? Kita akan menuju tempat terakhir: Kursi Kekosongan. Takhta yang dulu mengendalikan dunia, lalu dikutuk agar tak pernah bisa diduduki lagi.”

“Jika kita ingin mengakhiri ini, kita harus kembali ke tempat di mana dunia pertama kali dibentuk.”

**

Sementara itu, di Ravennor, Ash berdiri di menara tertinggi. Sebuah cahaya baru muncul di langit. Bukan matahari. Tapi sesuatu yang... menyala dari balik dunia.

Ia menghela napas.

“Perang sudah dimulai. Tapi bukan perang antara manusia... melainkan antara ide.”

Dan di bawahnya, rakyat Ravennor mulai melihat langit yang pecah. Dan untuk pertama kalinya sejak revolusi, mereka takut lagi.

to be continued...

1
karinabukankari
🎙️“Capek? Lelah? Butuh hiburan?”

Cobalah:

RA-VEN-NOR™

➤ Teruji bikin senyum-senyum sendiri
➤ Kaya akan plot twist & sihir kuno
➤ Mengandung Caelum, Ash, dan Orin dosis tinggi

PERINGATAN:
Tidak dianjurkan dibaca sambil di kelas, rapat, atau pas lagi galau.
Efek samping: jadi bucin karakter fiksi.

Konsumsi: TIAP JAM 11 SIANG.
Jangan overdosis.
karinabukankari
“Kamu gak baca Novel jam 11?”

Gemetar...
Tangan berkeringat...
Langit retak...
WiFi ilang...
Kulkas kosong...
Ash unfollow kamu di mimpi...

➤ Tiap hari. Jam 11.

Ini bukan sekadar Novel.
Ini adalah TAKDIR. 😭
karinabukankari
“Halo, aku kari rasa ayam...
Aku sudah capek ngingetin kamu terus.”

➤ Novel update jam 11.
➤ Kamu lupa lagi?

Baiklah.
Aku akan pensiun.
Aku akan buka usaha sablon kaus bertuliskan:

❝ Aku Telat Baca Novel ❞

#AyamMenyerah
karinabukankari
Ash (versi ngelantur):
“Kalau kamu baca jam 11, aku bakal bikinin kamu es krim rasa sihir.”

Caelum (panik):
“Update?! Sekarang?! Aku belum siap tampil—eh maksudku… BACA SEKARANG!”

Orin (pegangan pohon):
“Aku bisa melihat masa depan... dan kamu ketinggalan update. Ngeri ya?”

📅 Jam 11. Tiap hari.

Like kalau kamu tim baca sambil ketawa.
Komen kalau kamu tim “gue nyempil di kantor buat baca novel diem-diem”
karinabukankari
“Lucu…
Kamu bilang kamu fans Ravennor,
Tapi jam 11 kamu malah scroll TikTok.”

Jangan bikin aku bertanya-tanya,
Apakah kamu masih di pihakku…
Atau sudah berubah haluan.

➤ Novel update tiap hari.
➤ Jam 11.

Jangan salah pilih sisi.
– Orin
karinabukankari
“Aku tidak banyak bicara…
Tapi aku perhatikan siapa yang selalu datang jam 11… dan siapa yang tidak.”

Dunia ini penuh rahasia.
Kamu gak mau jadi satu-satunya yang ketinggalan, kan?

Jadi, kutunggu jam 11.
Di balik layar.
Di balik cerita.

– Orin.
karinabukankari
“Oh. Kamu lupa baca hari ini?”

Menarik.

Aku kira kamu pembaca yang cerdas.
Tapi ternyata...

➤ Baca tiap hari. Jam 11.
➤ Kalau enggak, ya udah. Tapi jangan salahin aku kalau kamu ketinggalan plot twist dan nangis di pojokan.

Aku sudah memperingatkanmu.

– Ash.
karinabukankari
📮 Dari: Caelum
Untuk: Kamu, pembaca kesayanganku

"Hei…
Kamu masih di sana, kan?
Kalau kamu baca ini jam 11, berarti kamu masih inget aku…"

🕚 update tiap hari jam 11 siang!
Jangan telat… aku tunggu kamu di tiap halaman.

💙 – C.
karinabukankari
🐾 Meong Alert!

Kucing kerajaan udah ngamuk karena kamu LUPA update!

🕚 JAM 11 ITU JAM UPDATE !

Bukan jam tidur siang
Bukan jam ngelamunin mantan
Bukan jam ngintip IG crush

Tapi... JAMNYA NGIKUTIN DRAMA DI RAVENNOR!

😾 Yang kelewat, bakal dicakar Seraphine pakai kata-kata tajam.

#Jam11JamSuci #JanganLupaUpdate
karinabukankari
🐓 Jam 11 bukan jam ayam berkokok.
Itu jamnya:
✅ plot twist
✅ karakter ganteng
✅ baper kolektif
✅ kemungkinan besar ada adegan nyebelin tapi manis

Jangan lupa update TIAP HARI JAM 11 SIANG

📢 Yang gak baca… bakal disumpahin jadi tokoh figuran yang mati duluan.
karinabukankari
🕚 JAM 11 SIANG ITU JAM SUCI 😤

Itu bukan jam makan, bukan jam rebahan...
Itu jam baca komik kesayangan KAMU!

Kalau kamu ngelewatin update:
💔 Caelum nangis.
😤 Seraphine ngambek.
😎 Ash: “Terserah.”

Jadi yuk… BACA. SEKARANG.

🔁 Share ke temanmu yang suka telat update!
#ReminderLucu #UpdateJam11
karinabukankari
⚠️ PENGUMUMAN PENTING DARI KERAJAAN RAVENNOR ⚠️

📆 Update : SETIAP HARI JAM 11 SIANG!

Siapa yang lupa...?
➤ Ditarik ke dunia paralel.
➤ Dikejar Orin sambil bawa kontrak nikah.
➤ Dijadikan tumbal sihir kuno oleh Ash.
➤ Dipelototin Seraphine 3x sehari.

Jadi... JANGAN LUPA BACA YAAA!

❤️ Like | 💬 Komen | 🔔 Follow
#TimGakMauKetinggalan
karinabukankari
📢 HALOOO PARA PEMBACA TERSAYANG!!
Komik kita akan UPDATE SETIAP HARI!
Jadi jangan lupa:
💥 Siapkan hati.
💥 Siapkan cemilan.
💥 Siapkan mental buat gregetan.

⏰ Jam tayang: jam 11.00 WIB

🧡 Yang lupa update, nanti ditembak cinta sama si Caelum.

➕ Jangan lupa:
❤️ Vote
💬 Komen
🔁 Share
🔔 Follow & nyalain notif biar gak ketinggalan~
Luna_UwU
Ditambahin sekuel dong, plis! 🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!