NovelToon NovelToon
PAIJO, GIGOLO MENCARI CINTA

PAIJO, GIGOLO MENCARI CINTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Harem / Romansa
Popularitas:15.3k
Nilai: 5
Nama Author: CACING ALASKA

Paijo, pria kampung yang hidupnya berubah setelah mengadu nasib ke Jakarta.

Senjata andalannya adalah Alvarez.

***

Sedikit bocoran, Paijo hidupnya mesakke kek pemeran utama di sinetron jam lima.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CACING ALASKA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35. Jejak yang Dihapus

Langit Jakarta malam itu gelap pekat. Hujan belum turun, tapi awan menggulung seperti murka yang belum sempat meledak. Di dalam mansion mewah bergaya art deco milik Claudia, seorang wanita duduk di kursi malas, memandangi layar tablet yang menampilkan tayangan dari kamera tersembunyi di kamar hotel.

Wajahnya datar.

Tanpa ekspresi.

Dari ujung bibirnya menggantung sebatang rokok menthol yang terbakar setengah.

Di layar, jelas terlihat percakapan antara Lastri Nirmala dan Paijo. Juga, akte kelahiran. Kain batik kecil. Nama itu. Jovano Gregorius Wicaksana.

"Brengsek..." gumam Claudia nyaris tak terdengar.

Dia tidak membanting tablet itu, tidak menjerit, tidak mengacak rambut seperti orang stres. Claudia bukan tipe wanita yang meledak.

Dia tipe yang meletakkan jarum di kursi musuhnya dan menunggu mereka duduk sendiri.

Claudia memutar tubuhnya pelan ke arah jendela. Di luar sana, taman pribadinya yang sejuk kini tampak mencekam. Seperti suasana di dalam dirinya.

“Aku sudah beri dia semua yang dia mau. Uang. Ketangguhan. Nama. Bahkan ranjangku.” Ia tertawa kecil. “Dan dia masih ingin tahu siapa dirinya?”

Matanya menajam.

“Kalau kamu sudah tahu, Jo…” gumamnya. “Maka Lastri harus…”

Tak diselesaikan. Karena Claudia tidak pernah perlu mengucapkan perintah penuh untuk sesuatu yang kejam.

Tak lama kemudian, seorang pria masuk ke ruang kerja Claudia. Pria itu berpakaian hitam-hitam, tinggi, kurus, dan wajahnya biasa saja seperti wajah pegawai pajak yang bosan hidup.

Namanya: Andre. Bodyguard pribadi Claudia sekaligus eksekutor bayangan.

"Lastri?" tanya Claudia, bahkan tanpa menoleh.

"Masih di hotel. Tapi belum kembali ke tempat tinggal lamanya. Dia kelihatannya akan bertemu seseorang besok."

Claudia menoleh pelan. Wajahnya pucat, tapi sorot matanya seperti dua peluru yang belum ditembakkan.

“Pastikan dia tidak pernah bertemu siapa pun lagi.”

Andre mengangguk tanpa emosi.

“Dan satu lagi,” kata Claudia menambahkan sambil melempar foto Paijo dari meja. “Anak ini... sudah terlalu jauh. Kita akan mainkan sesuai skenario awal. Tapi lebih cepat.”

Andre melihat foto itu sekilas. “Mau saya...?”

Claudia menggeleng.

“Belum. Dia masih dibutuhkan. Tapi mulai sekarang... pastikan dia selalu diawasi. Jangan biarkan dia bertemu siapa pun yang berhubungan dengan masa lalunya.”

Andre diam sejenak, lalu bertanya, “Kalau dia bertemu Andy?”

Claudia tersenyum pahit.

“Andy bahkan tidak tahu dia punya anak dari Andhara. Aku pastikan itu sejak dua dekade lalu. Tapi kita tak bisa ambil risiko. Kau tahu apa yang harus dilakukan.”

Setelah Andre pergi, Claudia berdiri dan berjalan ke lemari kaca kecil. Di sana, berdiri sebuah foto lama yang disimpan dalam bingkai perak tua.

Foto itu usang, tapi dua wajah muda tampak tersenyum di dalamnya: Claudia, dan seorang pria yang sangat mirip dengan Paijo.

Andy Wicaksana.

Claudia menatap foto itu lama sekali. Lalu satu kalimat meluncur dari mulutnya—bukan sebagai ancaman, tapi sebagai doa terbalik.

“Aku sudah kehilangan dia... Aku tidak akan kehilangan segalanya.”

Air matanya jatuh. Tapi secepat jatuh, secepat itu juga diseka.

Claudia tidak pernah menangis lebih dari satu tetes.

Di waktu yang sama, Paijo masih menyusuri trotoar Jakarta malam-malam. Di genggamannya, kain batik kecil itu masih dilipat rapi, diselipkan di balik jaket kulit mahalnya. Di dadanya, bergemuruh gado-gado rasa: takut, bingung, lega, dan... marah.

Tapi dia belum tahu satu hal.

Di balik bayang-bayang malam, di kejauhan, seseorang terus mengamati langkahnya dari mobil hitam tanpa plat. Dan dari dalam mobil itu, Andre melapor singkat lewat earpiece-nya.

“Target sedang sendiri. Menuju arah kos lama.”

Sebuah suara dari headset menjawab dingin, “Jangan ganggu dia. Tapi kalau dia bertemu dengan siapa pun dari masa lalu... kau tahu harus apa.”

Andre menatap Paijo lewat kaca mobil.

"Akan saya pastikan, Madam."

Jakarta, 03.11 WIB

Sudah lewat tengah malam ketika Paijo berdiri di depan indekos tua di daerah Tebet, tempat terakhir kali ia bertemu dengan Lastri Nirmala. Bangunan itu senyap. Tak ada cahaya dari jendela, tak ada suara, bahkan angin pun terasa berat malam itu.

Ia mengetuk pintu beberapa kali. Tidak ada jawaban.

Ia mencoba menelepon. Nomor Lastri sudah tidak aktif.

“Jangan bilang dia kabur…” gumam Paijo, tapi suara hatinya justru mengatakan sebaliknya: Lastri tidak kabur. Lastri dibungkam.

Tiga Jam Sebelumnya

Seorang tetangga mengaku melihat wanita dengan ciri seperti Lastri keluar terburu-buru, membawa koper kecil.

“Kayak dikejar-kejar sesuatu, Mas,” katanya. “Naik mobil hitam. Tapi saya nggak lihat jelas platnya.”

Paijo makin gelisah.

Koper? Lastri nggak bilang apa pun soal mau kabur.

Ia kembali ke jalan, menyusuri jejak. Tak jelas ia berharap apa—tapi instingnya mengatakan bahwa semuanya tidak beres. Terutama setelah Lastri memberikan semua informasi penting soal masa lalunya, lalu mendadak menghilang begitu saja.

Pagi Harinya di Taman Suropati, Paijo duduk di bangku taman. Pandangannya kosong. Kopi kaleng di tangannya sudah dingin, seperti semangatnya. Ia menggulir ponsel untuk ke-empat kalinya, membuka chat terakhir dengan Lastri.

"Kalau kamu mau tahu siapa dirimu, datang ke tempat biasa jam tiga sore. Aku bakal kasih bukti lain."

Itu pesan terakhir Lastri.

Ia datang. Tapi Lastri tidak pernah muncul.

Dan yang membuatnya merinding… adalah pesan itu sudah terhapus otomatis setelah beberapa jam. Seperti pakai aplikasi penyamaran.

Sementara itu, di tempat lain…

Claudia berdiri di balkon mansion-nya, memandangi taman yang baru disiram embun buatan dari alat penyiram otomatis.

Di tangannya, secarik kertas dengan tulisan tangan Lastri yang disobek dari jurnal pribadinya.

Aku harus jujur. Aku nggak bisa diam lagi.

Claudia menghela napas.

“Lastri… kenapa kamu buat aku begini?”

Di belakangnya, Andre muncul tanpa suara.

“Target sudah dikirim ke lokasi aman. Tidak ada jejak. Semua digital-nya sudah dihapus. Tidak ada yang bisa mencari dia.”

Claudia menoleh. “Kamu yakin?”

Andre mengangguk. “Dia masih hidup. Tapi... tidak akan bicara lagi. Tidak dengan siapa pun.”

Claudia tersenyum miris. “Bagus.”

Tapi senyum itu hanya bertahan satu detik. Karena di dalam hatinya—ia tahu, jika Lastri bisa bicara pada Paijo dalam waktu yang sesingkat itu, maka kemungkinan kebenaran bocor… tetap ada.

Kembali ke Paijo – Malam hari, di kamar apartemen, Paijo membolak-balik semua dokumen yang sempat Lastri berikan. Akta kelahiran, kain batik kecil, dan satu foto lama—foto seorang bayi mungil dalam pelukan wanita muda. Di balik foto tertulis nama samar: Jovano.

“Kalau kamu benar Ibuku… kenapa harus pergi seperti ini?” gumamnya pelan.

Tiba-tiba ponselnya menyala.

Bukan dari Lastri. Tapi dari nomor tak dikenal.

Berhenti cari Lastri. Dia aman. Tapi jika kamu terus usik masa lalu, orang-orang yang kamu sayangi bisa ikut lenyap.

Paijo terdiam. Tak ada nama, tak ada suara. Hanya pesan pendek itu.

Namun dia tahu: Claudia sedang memperingatkannya.

Paijo menatap ke cermin

Rambutnya acak-acakan, mata merah kelelahan, wajah yang dulu polos kini penuh luka batin. Ia menatap dirinya sendiri dan berkata lirih:

“Apa memang lebih baik aku nggak tahu siapa diriku? Apa aku lebih baik jadi Joe Gregorius yang cuma simbol tubuh? Atau Alvarez… yang hanya dikenal karena alat kelaminnya?”

Dia tertawa getir.

“Kalau itu artinya orang-orang di sekitarku tetap selamat… mungkin lebih baik begitu.”

...🪱CACING ALASKA MODE🪱...

1
💜⃞⃟𝓛 ηαzla ꪻ꛰͜⃟ዛ༉
hidup paijo belibet pabaliut pakejet🤣🤣

next lah bang. jgn bikin kita kita penasaran terus😑😆
💜⃞⃟𝓛 ηαzla ꪻ꛰͜⃟ዛ༉
kebetulan atau bagaimana? masa sih hanya kebetulan?
💜⃞⃟𝓛 ηαzla ꪻ꛰͜⃟ዛ༉
kata katanyaa betull
༄༅⃟𝐐Dena🌹
kebenaran apakah itu yg bisa menuntun mu pada kebahagiaan??
༄༅⃟𝐐Dena🌹
masa lalu tetaplah masa lalu yg tidak bisa diubah😁
🏘⃝Aⁿᵘ❤️ᴷᴵᴵ 𝐙⃝🦜Kᵝ⃟ᴸ
terus emaknya Paijo kemana ya Thor?
🏘⃝Aⁿᵘ❤️ᴷᴵᴵ 𝐙⃝🦜Kᵝ⃟ᴸ
Claudia bagusnya kena azab apa ya ges?
🏘⃝Aⁿᵘ❤️ᴷᴵᴵ 𝐙⃝🦜Kᵝ⃟ᴸ
bapaknya berati tipe orang tua kaya yang oonn ya
🏘⃝Aⁿᵘ❤️ᴷᴵᴵ 𝐙⃝🦜Kᵝ⃟ᴸ
cinta segitiga, anak dan emak
💜⃞⃟𝓛 ηαzla ꪻ꛰͜⃟ዛ༉
makin penasaran
༄༅⃟𝐐Dena🌹
ishhh penasaran ka thoorr 😒😒😒
¢ᖱ'D⃤ ̐ᴄⁱⁿᵗᵃᑯⁱᵗᵒˡᵃᵏᴅᵘᵏᵘⁿᵍᵃˢ🍻
biarkan ondell yg memutuskan Joo. wis manut wae penak gk penak ondell yg punya kuasa atas nasepmu 🤤
¢ᖱ'D⃤ ̐ᴄⁱⁿᵗᵃᑯⁱᵗᵒˡᵃᵏᴅᵘᵏᵘⁿᵍᵃˢ🍻
part paling sad😕🥺
¢ᖱ'D⃤ ̐ᴄⁱⁿᵗᵃᑯⁱᵗᵒˡᵃᵏᴅᵘᵏᵘⁿᵍᵃˢ🍻
paling kasihan nih Suzy yg gk tau keadaan yg sesungguhnya
¢ᖱ'D⃤ ̐ᴄⁱⁿᵗᵃᑯⁱᵗᵒˡᵃᵏᴅᵘᵏᵘⁿᵍᵃˢ🍻
terserah ondell. manut sj Joo 🤤
¢ᖱ'D⃤ ̐ᴄⁱⁿᵗᵃᑯⁱᵗᵒˡᵃᵏᴅᵘᵏᵘⁿᵍᵃˢ🍻
#anakmu#dendoo typo🤤
ᝯׁ֒ꫀׁׅܻ݊ᥣᥣіᥒꫀׁׅܻ݊༅𝐎𝐅𝐅🪭
Jo~~~
Tak apa jika kebenarannya tidak terungkap skrg. Cukup kenali dirimu sndiri dan berdamai dgn diri sndiri dlu ya dan obati luka yg sepertinya masih tersayat dlm batinmu, nnti kebenarannya akan mnemukan jalannya sndiri

Mangat Jo kmu bener² berberda skrg, beda pas awal yg klo celetuk lucu😭🤌
ᝯׁ֒ꫀׁׅܻ݊ᥣᥣіᥒꫀׁׅܻ݊༅𝐎𝐅𝐅🪭
cuma setengah doang kan cintanya?
brarti stengah lgi cintanya kemana Jo😭🏃‍♀️🏃‍♀️
ᝯׁ֒ꫀׁׅܻ݊ᥣᥣіᥒꫀׁׅܻ݊༅𝐎𝐅𝐅🪭
Hah gmna thor anakku? 😳
💜⃞⃟𝓛 ηαzla ꪻ꛰͜⃟ዛ༉
ikut bimbang😌 apapun pilihannya semoga itu yang terbaik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!