NovelToon NovelToon
Di Waktu 24 Jam

Di Waktu 24 Jam

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Rumahhantu / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: ashputri

Kumpulan Cerita Pendek Horor

Tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Mereka selalu memperhatikan kita, setiap waktunya. Tidak peduli itu pagi, siang, sore, atau malam. Selama 24 jam kita hidup bersama mereka.

Jangan merasa tenang ketika matahari masih muncul di hadapan kita. Mereka tetap akan memberitahu jika mereka ada, walaupun ketika matahari masih bertugas di langit atas. Bukan hanya malam, mereka ada setiap waktunya. 24 jam hidup berdampingan bersama kita.

Mereka ada, melakukan kegiatan layaknya manusia. Mereka bisa melihat kita, tetapi kita belum tentu bisa melihat mereka. Hanya ada beberapa yang bisa merasakan kehadiran mereka, tanpa bisa melihatnya.

Apa yang akan kamu lakukan, jika kamu bersama mereka tanpa sadar. Apa yang akan kamu lakukan, jika mereka menampakkan dirinya di depan kamu. Mereka hanya ingin memberitahu jika mereka ada, bukan hanya kita yang ada di dunia ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ashputri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34. Pocong di Pesantren

"Fee... langsung tidur aja ya. Besok harus upacara soalnya."

Rafee menganggukkan kepalanya setuju. Ia merapihkan sedikit jas hitamnya seraya beranjak dari tempat duduknya, "ayo ke kamar."

Rizki mengangguk dan langsung mengikuti Rafee menuju kamar. Mereka melangkah beriringan di lorong pesantren yang tampak sepi. Malam sudah sangat larut, jam dinding menunjukkan pukul sepuluh malam. Tetapi lorong pesantren cukup sepi karena penghuninya tertidur.

Mereka memasuki ruang kamar yang tampak sepi. Kamar di sebuah pesantren tidak terlalu luas, bahkan di satu ruangan terdapat dua tempat tidur tingkat. Masing-masing tempat tidur diisi oleh dua orang di bagian atas dan bawah.

Rafee langsung merebahkan dirinya di atas kasur pesantren. Begitupun dengan Rizki yang langsung membuka jas dan peci hitamnya.

"Buseh itu si Adam, kayanya nyenyak banget. Sampai ngorok begitu," ucap Rizki seraya menatap Adam yang tempat tidurnya berada di atas tempat Rafee.

Rafee menoleh untuk menatap temannya yang tertidur itu. Ia menggelengkan kepalanya dengan heran karena suara mendengkur temannya sangat terdengar, "cape kayanya dia. Tadi soalnya dia piket, bersih-bersih di lantai dua dia tadi," jelasnya.

Rizki menganggukkan kepalanya mengerti, "kayanya gue juga bakal ngorok sih. Abis jaga rasanya badan sakit semua," ucapnya seraya memijat bagian baju dan belakang lehernya.

"Udah lo tidur, gue lagi ada yang mau dikerjain dulu," ucap Rafee pada Rizki.

Rizki yang sedang posisi terlentang hanya menganggukkan kepalanya mengerti, "kalau lo mau ke kamar mandi, kasih tau ya Fee. Nanti gue temenin," balasnya pada Rafee.

"Iya," jawab Rafee singkat seraya mengambil sebuah buku di atas meja kecil.

Rizki menganggukkan kepalanya dan langsung memejamkan matanya. Sedangkan Rafee masih sibuk menulis dari sebuah buku ke dalam buku catatan yang ia punya. Rafee menoleh saat Rizki sudah terlihat pulas, apalagi pemuda itu mendengkur dengan keras.

Rafee menggelengkan kepalanya dengan heran, ia kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda. Suasana pesantren yang cukup sepi membuat Rafee hanya mendengar suara jangkrik. Ia mencoba untuk fokus karena hawa dingin mulai masuk ke dalam kamarnya melalui ventilasi.

Suara langkah kaki terdengar dari lorong pesantren. Rafee menghentikan kegiatannya dan terdiam seraya menatap jendela kamar yang tertutup. Dari tempatnya saat ini, Rafee bisa melihat seseorang yang berjalan pelan di depan kamarnya. Ia bisa melihat jika orang tersebut menutup kepalanya menggunakan sarung atau peci.

"Siapa itu, malem-malem masih di lorong," gumamnya.

Rafee menatap jam dinding yang menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Ia sudah sejam mencatat materi untuk pelajaran besok. Rafee merenggangkan tangannya ke atas, lalu memijat leher bagian belakang yang terasa sakit.

"Kok gue kebelet pipis ya," gumamnya.

Rafee melangkah menuju laci meja, mengambil gayung miliknya yang berwarna biru. Ia menoleh ke arah Rizki, lalu melangkah mendekati temannya itu.

"Ki bangun Ki, temenin gue ke toilet yuk."

"Hm." Rizki mengubah posisinya menjadi menghadap dinding.

Rafee menghela napas pelan, lalu kembali mengguncang bahu Rizki, "bangun ayo Ki. Gue kebelet banget nih."

"Di sini aja," gumam Rizki tidak sadar.

"Masa gue pipis di kamar?"

"Iya."

"Serius Ki."

"Nanti gue marahin," gumam Rizki tidak jelas.

Rafee menghembuskan napasnya lelah, sepertinya percuma membangunkan Rizki. Ia melangkah menuju pintu kamar dengan gayung di tangan kirinya. Ia mengintip dari jendela kamar, memastikan jika di luar cukup sepi dan tidak ada penjaga malam yang berkeliling.

Cklekk

Rafee membuka pintu kamarnya dengan pelan. Ia melirik ke kanan dan ke kiri, memastikan jika penjaga malam sedang ada di poskonya. Dengan pelan Rafee kembali menutup pintu kamar, lalu langsung melangkah menuju toilet yang berada di belakang gedung sekolah.

Suasana malam cukup sepi saat ini, apalagi pesantren yang Rafee pilih tidak jauh dari kebun. Rafee melangkah menuju belakang gedung sekolah, cukup jauh dari kamarnya berada.

Ia menghentikan langkahnya saat senter penjaga malam mengenai matanya, "silau."

"Rafee? Ngapain malem-malem masih bangun?"

"Gue mau ke toilet Bang, tadi minta ditemenin tapi pada nyenyak banget tidurnya," jelas Rafee.

"Oh gitu."

"Oya Bang, tadi lo udah muter ke area lorong kamar gue?" tanya Rafee ingin tahu.

"Hah? Kamar lo lorong A kan?" tanya penjaga malam memastikan.

Rafee menganggukkan kepalanya dengan cepat, "iya."

"Gak." Penjaga malam menggelengkan kepalanya dengan bingung. "Gue baru muter sekarang, penjaga yang lain juga masih ada di posko." Lalu ia melihat jam tangannya. "Kita janjian mulai patroli jam setengah dua belas atau jam dua belas. Makanya baru sekarang gue berangkat. Belum ada yang ke kamar-kamar," jelasnya.

Rafee mengerjapkan matanya dengan bingung, "masa?"

"Iya, emang kenapa sih?"

Rafee menghela napas pelan, "tadi gue liat ada orang lewat depan kamar gue. Perawakannya agak tinggi gitu, cuman jalannya kaya pelan tapi teratur," ujarnya memberitahu.

Penjaga malam menepuk bahu Rafee beberapa kali dengan pelan, "hati-hati aja ya, apalagi lo mau ke toilet. Baca doa jangan lupa."

Rafee yang mengetahui maksud dari penjaga malam di depannya hanya menganggukkan kepalanya singkat, "iya Bang."

Penjaga malam menganggukkan kepalanya mengerti, "ya udah, abis ke toilet langsung kembali ke kamar," ucapnya.

"Iya Bang, permisi."

Rafee kembali melanjutkan langkahnya menuju toilet. Ia masuk ke dalam area toilet yang berjejer di belakang gedung sekolah. Rafee menundukkan kepalanya agar tidak melihat suasana kelas yang gelap.

Langkah kakinya terhenti saat ia melihat sebuah kaki terikat dengan kain putih berukuran besar. Ia mengangkat kepalanya untuk menatap sosok besar tersebut.

Karena panggilan alam yang tidak bisa ditunda, Rafee langsung masuk ke dalam bilik toilet. Terdapat lubang ventilasi kecil yang berada di toilet tersebut. Rafee melirik ke arah lubang ventilasi dan menatap sosok pocong yang sedang mengintipnya.

"Astaghfirullah kenapa gini banget," gumamnya.

Sosok pocong tersebut masih mengintip Rafee yang sedang menuntaskan panggilan alamnya. Rafee menutup hidungnya dengan baju saat bau tak sedap tercium oleh hidungnya.

Beberapa menit ia menuntaskan panggilan alamnya, Rafee langsung keluar dari dalam bilik toilet. Ia menoleh sebentar ke arah belakang, tempat di mana sosok itu masih berdiri tegak. Dengan langkah yang sedikit cepat, Rafee menjauh dari area toilet. Berharap agar sosok tersebut tidak mengikutinya sampai kamar.

"Anjir... mana keliatan jelas lagi."

•••

"Gue tadi malem tuh kaya mimpi buruk gitu, kaya liat pocong jalan di lorong kamar kita tadi malem," ujar Adam memberitahu.

"Kok lo percaya itu pocong?" tanya Rizki dengan bingung.

"Di kepalanya kaya ada ikatan kain gitu Ki, jadi ya gue kira itu. Apalagi gue pernah ada pengalaman diliatin sama pocong di ujung toilet," ujarnya memberitahu.

Rafee yang sedari tadi mendengar langsung menoleh ke arah Adam, "lo pernah liat pocong di ujung toilet?!"

Adam langsung menatap Rafee seraya menganggukkan kepalanya pelan, "iya, kenapa?"

Rafee menghela napas pelan seraya menatap ketiga temannya bergantian, "gue tadi malem ke toilet, sekitar jam dua belas kurang. Terus pas nyampe toilet, gue liat sosok yang Adam liat juga," jelasnya.

"Serius?!"

Rafee menganggukkan kepalanya pelan, "iya, ngapain gue soal ginian bohong. Soal yang orang lewat tadi malem di lorong kamar kita juga ada." Lalu ia menatap ke arah Adam. "Gue kira itu penjaga malam."

"Terus?"

"Tapi pas gue ke toilet, gue ketemu Kak Sadam yang lagi jaga malam. Katanya belum ada yang patroli, dan kemungkinan yang gue liat atau Adam mimpiin itu satu sosok."

"Apa tuh?"

"Ya kemungkinan yang lewat di lorong kamar kita pocong. Entah satu pocong sama yang d toilet atau gak."

"Serem kan?"

"Iya, bau busuk juga. Terus matanya hitam semua."

•••

1
Desmar Sagitarius Chiputry Thanjung
Tiap bab beda orang dn ceritaa..
Desmar Sagitarius Chiputry Thanjung
Aneh ini cerita tip bab beda2 orang..
ashputri: halo kak, setiap bab beda cerita karena ini cerpen ya kak. Bukan novel, cerpen akan habis di satu bab aja. Jadi di sini setiap babnya beda-beda ceritanya 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!