seorang remaja laki-laki yang berumur 15 tahun bernama Zamir pergi ke pulau kecil bersama keluarganya dan tinggal dengan kakeknya karena ayahnya dialih kerjakan ke pulau itu.
kakek Zamir bernama kakek Bahram. Kakek Bahram adalah oramg yang suka dengan petualangan, dan punya berbagai pengalaman semasa hidupnya.
Saat kakeknya sedang membereskan beberapa catatan lama. Ada selembar catatan yang menuliskan tempat yang belum kakek Bahram ketahui tentang pulau ini. jadi kakek Bahram mengajak cucunya Zamir untuk ikut menyelidiknya.
Akankah mereka menemukan tempat tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radit Radit fajar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Catatan Lama
Kakek belum mau mengatakan apa yang dia temukan dalam perjalanan kerumahnya. Tapi kakek selalu membicarakan betapa menariknya hal itu baginya dalam perjalanan.
Beberapa saat kemudian, kami sudah sampai. Kakek memarkirkan mobilnya di bagasi rumah.
"kamu ganti bajumu dulu Zamir, nanti baru kakek beri tau apa yang kakek temukan." kakek Barham berkata setelah kami turun dari mobil dan masuk ke rumah.
Aku mengangguk, masuk ke dalam kamarku. Melempar ranselku ke sebelah lemari, lalu mengganti pakaianku.
Tidak lama kemudian, aku selesai berganti pakaian lalu keluar dari kamar. Mendekati kakek yang berada di ruang tengah.
"duduklah Zamir, kamu mau melihatnya kan?" kakek berkata, ia sedang duduk di dekat lemari di ruang tengah ini.
Aku menuruti katanya, duduk di sebelahnya. Terlihat banyak catatan berserakan di dekat lemari itu, tepat di depan kakek. Sepertinya itu sisa petualangannya.
"lihatlah." kakek menyerahkan selembar catatan yang sudah tua, bahkan warna kertasnya sudah agak kekuningan.
Aku menerima catatan itu, untung saja sepertinya catatannya masih cukup kuat. Kukira sudah rapuh.
Di catatannya, terlihat gambar sebuah bangunan di posisi paling atas. Bangunannya punya bentuk yang tidak kukenali, sepertinya bukan rumah, perpustakaan, pasar, pusat perbelanjaan, atau semacamnya. Tapi sepertinya ini laboratorium.
Dandi bawahnya ada catatan dengan bahasa yang benar-benar tidak kukenali. Sepertinya bahasa kuno. Karena aku tidak tau bahasa modern yang alfabetnya seperti itu.
"bukankah seharusnya kakek sudah pernah menjelajahi tempat ini jika punya catatannya?" tanyaku penasaran.
"nah, itu dia. Kakek juga baru menyadari ada hal ini, mungkin dulunya kakek sempat lewatkan sebentar lalu lupa. Tapi karena itulah, kakek tertarik menjelajahinya, bagaimana menurutmu?"
kakek balas menanya.
"itu bagus, tapi... Bagaimana kita bisa mengetahui dimana laboratorium itu berada?" aku mengembalikan catatan itu ke kakek.
"tenang saja, kakek akan mencoba menerjemahkan bahasa di catatan ini dan mencari petunjuknya, apa kamu mau membantu?" kakek menawarkan.
Aku langsung mengangguk dengan semangat.
Dan ternyata, buku kakek yang bisa menerjemahkan bahasanya lupa kakek taruh dimana, jadi kami menghabiskan sepanjang sore untuk mencarinya.
Aku sempat mencari tentang bahasa itu di ponsel. Siapa tau ketemu, tapi ternyata tidak ada.
Lalu akhirnya, saat sudah hampir magrib, kami menemukannya. Pencarian buku ini hanya terjeda saat aku dan kakek sempat sholat ashar tadi.
Tapi ternyata, saat kami coba ke catatan itu, catatannya menggabungkan dua bahasa kuno. Aku yang tadi sempat senang karena buku terjemahannya ketemu langsung kembali lemas karena harus mencari lagi. Tapi kakek menyemangatiku.
Jadi kami sholat magrib dan makan malam sebagai jeda. Setelah itu ada telpon dari ayah agar minta dijemput, kakek akhirnya naik mobilnya untuk menjemput ayah. Aku menawarkan diri untuk ikut, dan ternyata diizinkan lagi dari kakek.
"kenapa kakek selalu mengizinkanku melakukan sesuatu?" aku akhirnya bertanya di sela-sela perjalanan malam yang cukup sunyi, tidak terlalu banyak orang lewat, tapi tetap ada sesekali.
"bagi kakek kamu bebas melakukan apapun selama tidak merugikan diri sendiri, orang lain, atau melanggar aturan agama sendiri." kakek berakata, aku mengangguk paham.
Dalam perjalanan kakek juga menceritakan sebagian sejarah pulau Alean. Dulunya di Alean terbagi menjadi dua kelompok yang benar-benar terpisah tanpa terlalu sering kontak.
Bahasa kedua kelompok itu berbeda. Jadi mungkin catatan tadi menggunakan gabungan kedua bahasa tersebut agar laboratorium itu sulit ditemukan.
Sampai akhirnya kedua kelompok itu baru saling kerja sama, saat tau ada kelompok asing yang mencoba menjajah pulau ini. Mulanya bisa bertahan dengan baik sampai pasukan asing itu mundur.
Tapi pada serangan musuh gelombang kedua, musuh menambah pasukan dan teknologi militer. Sehingga rakyat Alean kalah.
Sudah beberapa kali terjadi pemberontakan, tapi selalu gagal. Sampai akhirnya di negara ini, pihak asing sudah mulai kalah. Jadi militer negara ini juga mengirim pasukan dari luar pulau untuk bantu melawan penjajahannya sampai berhasil, sehingga pulau Alean menjadi wilayah negara ini sekarang.
Aku mengangguk-angguk paham. Sangking fokusnya aku baru sadar aku belum berkedip.
Tidak terasa kami sudah sampai di kantor tempat ayah bekerja. Ayah sudah menunggu kami di parkiran, ia tersenyum lelah setelah pekerjaannya akhirnya kami sudah datang.
Ayah masuk ke bagian kursi belakang mobil.
Dalam perjalanan pulang, kakek dan aku ganti-gantian berbicara dengan ayah. untungnya ayah tidak masalah, dan malahan lelahnya sedikit hilang karena aktif menjawab kami.
Sampai membahas pekerjaan ayah di bidang kelistrikan, aku mulai tidak mengerti pembicaraannya disini. Jadi kakek yang banyak menanggapinya.
Saat sudah sampai dirumah. Aku baru ingat ada pr, jadi aku mengerjakannya, kata kakek tidak apa dia mencari sendiri.
Aku menghabiskan waktu yang cukup lama juga menyelesaikan pr-nya. Alhasil saat selesai aku sudah langsung disuruh tidur saja dulu.
"tidak apa, kita masih bisa lanjut mencarinya besok subuh." kakek berkata.
"lagipula kakek juga sudah mau tidur." kakek membereskan catatan dan buku lama yang sedikit berserakan karena mencari buku penerjemah itu. Jadi aku hanya menolong kakek membereskannya sebentar.
Aku sempat heran bagaimana lemari itu ternyata bisa menyimpan catatan yang cukup banyak.
Setelah itu aku kembali masuk ke kamarku. Karena tau besok akan membantu kakek mencari buku itu, aku memutuskan mempersiapkan tasku dulu untuk sekolah besok. Agar tidak perlu menyiapkannya di pagi hari.
Lalu aku tidur setelah selesai menyiapkan tasku.
Di esok harinya, setelah aku, kakek, ibu, dan ayah sholat subuh, ibu mencuci pakaian. Ayah membaca koran pagi, seaangkan aku dan kakek mencoba mencari buku yang bisa menerjemahkan catatan itu lagi.
Lima belas menit berlalu, akhirnya bukunya ketemu. Kakek dan aku bahagia, langsung mencoba menerjemahkan catatan tentang laboratorium itu.
"Laboratorium Aether, laboratorium yang berdiri tahun 1826. Laboratorium ini terbentuk dari kerja sama dari ilmuwan Alean Selatan dan Alean Utara. Karena itu kami menyimpan beberapa catatan dengan gabungan bahasa kedua kelompok itu agar laboratorium ini sulit dideteksi.
Laboratorium ini juga meneliti teori konspirasi yang populer pada zaman ini, sehingga dirahasiakan dari publik karena berpotensi menyebabkan kerusuhan atau kepanikan.
Karena teori konspirasi ini sebenarnya cukup ekstrim untuk diteliti, tapi ilmuwan pulau Alean sudah sangat tertarik, sehingga kami mencoba menelitinya walau dengan teknologi yang masih cukup terbatas jika dibandingkan dengan ilmuwan lain di zaman ini, kami tidak akan menyerah mencoba menelitinya."
Sepertinya kakek sedikit kecewa karena belum ada petunjuk mengenai lokasi laboratoriumnya, tapi setidaknya kami punya informasi lain.
Saat mencoba membalik catatannya untuk melihat siapa tau ada yang menarik. Kakek malah menemukan catatan lain dengan teks panjang.
"Catatan apa ini?" aku bertanya lagi, siapa tau kakek mengetahuinya.
"entahlah, catatannya menggunakan bahasa lain lagi."