Rania Zakiyah, gadis berumur 21 tahun yang terpaksa nikah dengan laki-laki yang tidak dikenalnya. Akankah pernikahan mereka berlanjut atau harus berpisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Star123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Tring... Tring...
Suara bunyi telepon kantor terdengar, Rafa yang sedang merebahkan kepalanya di pangkuan Rania setelah mereka menghabiskan makan siang bersama terlihat enggan untuk bangun. Rafa malah makin memejamkan matanya. Rafa tahu siapa orang yang sedang menghubunginya. Pasti Dustin, sekretaris bren*seknya.
"Bang, teleponnya berbunyi" ingatkan Rania masih sambil mengelus kepala suaminya, memberi nyaman pada pemilik rambut hitam lebat itu.
"Biarin aja"
Tring.. Tring..
Lagi-lagi telepon berbunyi setelah tidak lama mati.
"Bang, diangkat dulu ya. Mungkin penting" Rafa membuka matanya dan mencoba untuk bangun. Padahal Rafa sudah hampir terlelap. Begitulah kalau sudah kenyang dan ditambah lagi ada yang sedang mengelusnya, rasa kantuk tiba-tiba menghampiri.
"Sebentar ya" ucap Rafa dan dianggukin Rania. Rafa berjalan ke arah meja dimana telepon kantor berada di atasnya. Rafa menjatuhkan bokongnya di kursi favoritnya sebelum mengangkat telepon.
"Halo"
"Akhirnya Lu angkat, Lu ga lagi mesum di kantor kan?" ucap suara di sebrang sana.
"Waa, sepertinya itu ide yang bagus" ucap Rafa sambil melihat Rania yang mulai berkeliling ruangan kantornya. Rania yang menggunakan celana kain berwarna coksu dan dipadukan dengan kemeja bermotif membuat mata Rafa terpesona. Rania tidak pernah gagal dalam hal berpakaian selalu menempatkan yang terbaik meskipun cara berpakaiannya tertutup.
"Shit" Dustin mengumpat mendengar ucapan Rafa.
"Lu nelpon ada apa? jika bukan hal penting, gaji Lu bulan ini Gue potong" ancam Rafa yang masih kesal dengan Dustin karena menganggu tidur ternyamannya. Padahal tadi sebelum masuk keruangannya bersama Rania, Rafa sudah memberi tahu Dustin untuk tidak menganggunya.
"Oh, tenang. Ini hal sangat penting. Perusahaan Clayton mengajak kerja sama. Lu diminta membaca berkas yang baru saja Gue kirim ke email. Mereka meminta jawaban satu jam lagi" jelas Dustin cepat. Rafa langsung menyentuh laptopnya dan menggeser kotak kecil bersensor ke kotak masuk email.
"Oke, Gue baca dulu"
"Cepat, ini ditunggu. Icip-icipnya nanti aja dirumah"
"Iya, brengs*k" jawab ketus Rafa. Rafa langsung tersadar bahwa diruangan ini tidak hanya ada dia namun juga ada istrinya, Rania. Rafa merasa ada tatapan tajam yang ditujukan dan benar saja Rania sedang melihat Rafa.
"Maaf" lirih Rafa tanpa suara. Rania kembali melanjutkan kegiatannya mengelilingi ruangan kerja suaminya. Baru pertama kali ini, Rania bisa menginjakan kakinya ke tempat yang dinamakan kantor. Jauh dari kesehariannya yang selalu berurusan dengan organ manusia dan obat-obatan.
Kembali ke Rafa. Setelah memutuskan panggilan, Rafa langsung membaca berkas yang dikirimkan oleh perusahaan Clayton. Dengan pulpen yang diputer-puter di antara jari telunjuk dan ibu jari, Rafa memikirkan keuntungan yang akan didapat jika perusahaan mereka setuju bekerja sama dengan perusahaan Clayton.
Perusahaan yang dipimpin Rafa adalah perusahaan yang bekerja di bidang konstruksi. Banyak perusahaan yang mencari perusahaan Rafa sebagai pemasok utama untuk pekerjaan perusahaan mereka. Rafa selalu mengutamakan pekerjaan yang jujur meski keuntungan yang didapat tidak banyak. Hal itu yang membuat perusahaan Rafa dicari orang.
Rafa menekan nomor telepon kantor Dustin.
"Keruangan Gue" perintah Rafa dan disetujui oleh Dustin.
Tok.. Tok..
Dustin mengetuk pintu dulu sebelum masuk. Biasanya jika tidak ada Rania, Dustin langsung masuk aja. Tapi karena Dustin tahu didalam ada Rania dan dia takut matanya ternoda jadi Dustin memilih main aman. Apalagi kalau sampai menggagalkan kesenangan Rafa. Waa, itu namanya cari mati.
"Masuk" ucap Rafa terdengar di dalam ruangan. Rania dan Rafa sama-sama menoleh ketika pintu ruangan terbuka. Rania hanya menoleh sekilas dan dia kembali berjalan. Tujuannya sekarang adalah pemandangan di luar jendela.
"Ehmmm" Rafa kembali bersuara ketika Dustin bukannya menghampirinya tapi malah melihat istrinya. Tahu jika bahaya mengancamnya, Dustin langsung buru-buru mendekat ke arah Rafa.
"Istri Lu cantik" lirih Dustin yang hanya bisa didengar oleh Rafa.
"Mata Lu dijaga" balas Rafa yang tidak kalah pelan. Dustin hanya bisa merespon dengan sedikit menyunggingkan senyum.
"Gimana?" Dustin menarik kursi yang berada disebrang Rafa. Dustin tahu jika dia dipanggil ke ruangan pasti untuk membahas kerja sama yang dikirimkan oleh perusahaan Clayton.
"Mereka langsung lunas?" Dustin mengangguk. Kerja sama yang dilakukan perusahaan Clayton ga main-main. Mereka mengajak kerja sama selama setahun dimana setiap barang yang dikirim akan langsung diproses pembayarannya tanpa ditunda/ invoice.
"Harga yang kita tawarkan sangat beda jauh dengan perusahaan lain. Sedangkan mutu dan kualitas yang kita tawarkan sesuai dengan keinginan mereka. Sepertinya mereka takut kita diambil perusahaan lain jadi mereka langsung kontrak kita selama setahun" jelas Dustin.
"Gimana? Kita sanggup?"
"Adakan rapat setengah jam lagi dengan direktur pengadaan barang. Kita harus tanya mereka dahulu tentang stock kita apakah aman atau tidak jika kita menerima perusahaan Clayton"
"Oke. Ntar gue info ruangan rapatnya". Rafa menganggukan kepalanya. Sebelum keluar dari ruangan, Dustin juga pamit ke Rania.
Ting.
Papa : Mereka setuju besok jam 7 malam.
Rafa hanya membaca tanpa berniat membalas pesannya. Rafa berdiri dari kursi favoritnya dan berjalan menghampiri Rania. Rafa menyandarkan kepalanya di bahu Rania dan melingkarkan tangannya dipinggang Rania. Gedung tinggi dan jalanan kota dimana kemacetan menghiasi pemandangan yang terlihat dari jendela Rafa.
Rafa membalikkan badan Rania untuk menghadapnya. Pesona kecantikan yang dimiliki wajah Rania mengalahkan pemandangan yang berada dibelakang Rania. Rafa lagi-lagi tidak bisa menahan hasratnya untuk tidak menyentuh istrinya.
Rafa menarik dagu Rania dengan tangan satunya dan mengikis jarak pada wajah mereka. Tangan satu Rafa berada dibelakang tubuh Rania. Bibir mereka hanya saling menempel seperkian detik. Setelah itu, Rafa mengambil ahli dan mulai bermain dibibir Rania. Rafa menghisap, melu*at dan menggigit pelan bibir Rania. Rania yang kaget dengan sensasi baru yang diberi Rafa langsung membuka sedikit bibirnya. Rafa yang melihat hal itu tidak memberi waktu Rania untuk menutup kembali bibirnya. Rafa langsung memasukkan lidahnya ke dalam mulut Rania dan mengabsen satu persatu gigi putih Rania.
Tangan Rafa yang semula diam mulai bergerak untuk masuk ke dalam bagian belakang Rania. Rafa menyentuh punggung Rania yang sudah tidak terhalang kain. Halus. Satu kata yang menggambarkan permukaan kulit Rania.
Rania yang semula hanyut dengan permainan bibir yang diciptakan Rafa tiba-tiba tersadar karena adanya sentuhan dipunggungnya. Rania menyentuh lengan kokoh Rafa dan menggeleng. Rafa menghentikan pergerakan tangannya.
"Maaf" Rafa mencoba kembali sadar setelah hasrat untuk menyentuh Rania menguasai dirinya. Rafa langsung memeluk Rania dan mencium pucuk kepala Rania berulang kali. Keinginan Rafa untuk memiliki Rania seutuhnya sudah tidak bisa dibendung lagi.
"Besok malam Abang akan makan malam dengan keluarga Bella. Abang akan selesaikan semuanya" ucap Rafa dipelukannya. Rania hanya bisa mengangguk.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
beri dukungan di Novel terbaruku juga ya kak, jangan lupa kritik dan saran untuk membangun penulisanku