Kisah cinta dua orang insan yaitu seorang pria irit bicara dan tampan/ sang pemilik perusahaan terbesar nomor satu dengan seorang sekertaris cantik yang memiliki sifat manja.
"Asisten Han, apakah kamu menemukan wanita yang ku cari selama ini?" Tanya Bian.
"Belum, Tuan Bian," Sahut Han.
"Yasudah, keluar lah. Satu lagi, selalu cari informasi tetang wanita itu sampai dapat," Kata Bian.
"Baik, Tuan," Sahut Bian.
Dukung ceritanya ya!
HAPPY READING...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Fitrianingsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nonton dan Makan
"Ok, ayo kita nonton!" Bian mengajak Zena nonton bioskop.
"Hmmm," Sahut Zena. Ia sudah malas membantah lagi karena ujung-ujungnya ia akan kalah.
Tidak butuh waktu lama, mereka sampai ke tempat bioskop.
"Mau nonton apa?" Tanya Bian.
"Terserah," Sahut Zena.
Bian membeli dua tiket masuk dan menonton satu film yang sedang tayang di bioskop. Setelah itu, Bian dan Zena membeli popcorn, air minum untuk menemani mereka menonton bioskop itu.
"Zen, yuk masuk!. Sebentar lagi film-nya akan dimulai," Tutur Bian.
"Oke," Sahut Zena.
*****
"Bian, film apa yang akan kita tonton?" Zena bertanya setelah duduk dikursi ruang bioskop.
"Horor," Sahut Bian.
"Kenapa harus film horor?" Zena bertanya lagi.
"Ya karena aku suka," Sahut Bian.
"Bisa mati kaku aku disini," Batin Zena.
"Zena, kenapa melamun?" Tanya Bian seraya memegang pundak Zena.
"Eh, maaf," Sahut Zena.
"Kamu kenapa?" Tanya Bian.
"Popcorn nya mana?" Zena mengalihkan pertanyaan Bian.
Bian pun memberi popcorn yang ia bawa tadi dan memberikannya pada Zena.
"Filmnya sudah mau dimulai. Apa yang harus kulakukan?" Batin Zena. Ia mencoba merilekskan dirinya sendiri.
Zena hanya fokus memakan popcorn yang ia pegang. Anehnya, ia tidak melihat kearah layar bioskop. Tanpa disadari, Bian beberapa kali melihat kearah Zena, ia merasa aneh pada diri Zena.
"Ahhh, Ayah, Bunda," Ucap Zena pelan secara refleks karena ia benar-benar terkejut setelah tangannya di pegang oleh Bian.
"Apa Zena takut film horor ?" Batin Bian.
"Aku ta-takut," Gumam Zena.
"Sudah kuduga," Gumam Bian.
Bian mencoba meraih tubuh Zena agar ia bisa membuat Zena tenang.
"Zen, minum dulu!" Perintah Bian. Zena pun minum minuman itu.
"Ayo kita pulang saja!" Bian mengajak Zena keluar dari ruangan bioskop.
"Tidak usah. Kamu nonton saja filmnya sampai habis," Tutur Zena.
"Tapi...," Ucapan Bian terhenti.
"Suuuttt, jangan berisik. Kita bisa membuat mereka terganggu," Tutur Zena.
"Hmmm, baiklah," Sahut Bian.
Bian melanjutkan melihat film horor itu, sedangkan Zena berada didalam dekapan Bian. Ia terkadang melihat kearah Zena yang matanya terus terpejam dan sesekali tubuhnya tersentak terkejut akibat suara besar dari film horor itu.
*****
Dua jam kemudian, film horor itu pun selesai.
"Sittt," Bian bersuara akibat tangannya kebas. Ia pun melihat kearah Zena yang ketiduran di dekapannya. Terbesit senyuman di ujung bibirnya.
"*Kalau lagi tidur terlihat lugu dan imut. Tidak seperti saat bangun, sudah seperti singa*," Gumam Bian.
"Zen, bangun!" Perintah Bian.
"Hmmm," Ucap Zena. Ia mengerjabkan matanya.
"Sudah selesai?" Tanyanya. Bian pun mengangguk.
"Ayo kita pulang!" Bian mengajak Zena keluar dari ruangan bioskop.
"Baiklah," Sahut Zena.
Bian memegangi tangan Zena dan mereka keluar ruang bioskop dengan bergandeng tangan.
"Bian, aku mau ke toilet," Tutur Zena.
"Yasudah. Aku tunggu kamu disini," Tutur Bian.
Zena pergi ke toilet yang berada di gedung bioskop itu. Saat Bian masih menunggu Zena, ada seseorang yang lewat.
'Bruk' Orang itu menabrak Bian.
"Sorry, aku tidak sengaja," Ucap orang itu.
"Tidak apa-apa," Sahut Bian.
"Hmmm, apa kamu Bian?" Tanya orang itu.
"Iya saya Bian," Sahut Bian.
"Wow, aku tidak menyangka bisa ketemu kamu lagi," Tutur orang itu.
"Kamu siapa?" Bian bertanya.
"Aku Mayra. Kita kan waktu kuliah satu kelas. Masa kamu tidak ingat," Sahut Mayra.
"Ooooh," Ucap Bian.
"Aku dengar-dengar, bukannya kamu di luar kota? Kapan kamu balik ke kota ini?" Tanya Mayra.
"Sudah lama," Sahut Bian.
"Lusa kamu ikut acara reuni?" Tanya Mayra.
"Iya," Sahut Bian.
"Hmmm, aku duluan ya," Sambungnya. Karena Bian malas berbicara panjang lebar dengan Mayra.
"*B*aiklah," Sahut Mayra.
Bian beranjak dari tempat ia berdiri tadi. Ia menuju toilet yang ada di gedung bioskop itu.
"Kemana lagi bocah ini!!" Bian sedikit kesal karena sudah lama menunggu Zena.
Saat Bian akan sampai di depan toilet, Bian melihat Zena yang keluar dari dalam toilet.
"Kamu lama sekali!!" Ucap Bian.
"Hehehehe," Zena tertawa. Sedangkan Bian hanya menghela nafasnya.
"Kamu tidur atau ngapain di toilet lama kali?" Tanya Bian.
"Iya tadi antri. Jadi aku lama," Sahut Zena.
"Yasudah. Ayo kita pulang!" Bian mengajak Zena.
"Tapi aku laparrrr," Celetuk Zena seraya memegang perut dengan kedua tangannya. Ia berkata seperti layaknya anak kecil yang ingin meminta makan pada ayahnya.
"Ekspresi mu membuatku gemas," Batin Bian. Terbesit senyuman di kedua sudut bibirnya.
"Yasudah, ayo kita makan!" Ajak Bian.
"Ok," Sahut Zena senang. Ia refleks memegang lengan kiri milik Bian.
"Eh," Zena tersadar seraya ingin melepaskan lengan Bian dari gandengannya.
"Biar seperti ini!" Perintah Bian seraya menghentikan Zena yang ingin melepaskan Gendengan nya.
"Tapi...," Ucap Zena.
"Ini perintah," Ucap Bian.
"Kalau kamu lepaskan, kita tidak jadi makan. Jadi, pilih pegang atau tidak?" Sambungnya.
"Aku lepaskan atau tidak ya?. Kalau aku lepaskan nanti aku tidak jadi makan. Aku kan sudah lapar banget. Huuuu dasar CEO arogan. Memerintah seenak jidatnya saja!!" Batin Zena.
"Baiklah, aku akan memegang lenganmu," Sahut Zena pada Bian.
"Let's go," Ucap Zena.
Bian dan Zena pergi keluar dan pergi ke cafe yang biasa Bian kunjungi.
*****
Beberapa menit pesanan Bian dan Zena pun datang. Zena langsung memakan makanan yang telah ia pesan.
"Zena, segini banyaknya makanan yang kamu pesan. Apa kamu bisa menghabiskannya?" Tanya Bian.
"Bisa," Sahut Zena dengan mulut yang penuh dengan makanan.
"Um, pedas-pedas. Hah," Ucap Zena.
"Ini minum!" Perintah Bian.
Zena pun meminum jus milik Bian.
"Tuh lah, makan itu pelan-pelan!" Perintah Bian.
"Hmmm," Sahut Zena.
"Loh, ini bukannya minuman milik kamu?"Tanya Zena.
"Iya," Sahut Bian.
"Ngapain kamu kasih ke aku?" Tanya Zena.
"Karena minuman yang kamu pesan sudah habis. Jadi aku kasih aja milikku ke kamu," Tutur Bian. Zena hanya nyengir kuda.
"Kamu suka makan banyak?" Tanya Bian pada Zena.
"Iya," Sahut Zena seraya mengunyah makanannya.
"Kamu malu ya ngajak aku makan karena aku banyak makan?" Tanya Zena.
"Kalau kamu malu ya tidak apa-apa. Kamu bisa pulang duluan," Sambungnya.
"Aku tidak malu," Sahut Bian.
"Ngapain aku harus malu?" Bian bertanya balik ke Zena.
"Biasanya kan laki-laki suka perempuan yang cantik, putih, makannya sedikit, anggun, lemah lembut, bodynya aduhai," Celoteh Zena.
"Apa lagi laki-laki kaya, tampan, mapan. Pasti suka perempuan yang seperti itu," Lanjutnya lagi.
"Tapi aku tidak seperti itu," Sahut Bian.
"Halah, semua laki-laki bicaranya seperti itu. Basi tau...," Ucap Zena.
"Yasudah kalau tidak percaya!!" Bian kesal karena Zena tidak percaya padanya.
"Iya aku percaya," Sahut Zena seraya tersenyum.
"Sudah puas?" Tanyanya pada Bian.
"Hmmm," Sahut Bian dengan dinginnya.
"Jangan begitu dong!!. Nanti tampannya hilang loh," Celetuk Zena.
"Iya-iya," Sahut Bian.
"Aku sudah kenyang. Ayo kita pulang!" Zena mengajak Bian pulang.
"Minum dulu!" Perintah Bian.
"Minumnya kan sudah habis. Kalau pesan lagi nanti jadi lama," Tutur Zena.
"Minumanku itu masih ada. Minum saja!" Perintah Bian.
"Oh iya-iya," Ucap Zena. Ia pun meminumnya sampai habis.
*
*
*
*
*
Like,coment,vote :)
Bersambung...
maap ya thor bukan mau menggurui cuma sebagai pembaca jujur agak terganggu sedikit dengan cara penulisannya. tapi buat ceritanya mah menarik kok thor👍 semangat!!