Viona mendapati sang mama yang tiba-tiba menikah lagi tanpa persetujuan darinya, membuat gadis itu menolak tegas dan menentang pernikahan itu. Ia yang awalnya sangat membenci ayah barunya karena usia sang ayah tiri jauh lebih muda dari ibunya, kini justru kepincut ayah tiri nya sendiri. Yuk kepoin bagaimana ceritanya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arish_girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di obok obok
"mau dibawa kemana dia?" pekik Steven dengan suara lantang.
Dua pemuda itupun menoleh, "om, kami mau membawa Viona pulang." sahut salah satunya dengan suara gemetar.
"tinggalkan dia. Aku sudah di sini. Biarkan aku yang akan membawanya." sahut Steven dengan suara sengit.
"tapi, om. Kami.." si pemuda dengan jaket hitam suaranya tercekat kala tatapan tajam Steven menghunus bagaikan sebilah pisau.
Pemuda itupun gemetar ketakutan, dan tanpa berbicara lagi, mereka langsung cabut meninggalkan Viona yang sudah dalam keadaan tidak sadar.
"eh, dedi... kau datang? untuk apa kau di sini? bukankah kau sudah ada tante Monica yang cantik itu?" racau Viona.
Steven menggelengkan kepala, ia tak menyangka kehadiran Monica kemarin benar-benar telah membuat Viona syok dan terpukul, hingga ia nekat pergi dan mabok seperti ini.
Steven mendekati Viona dan mulai mengendong gadis itu. Steven segera membawa Fiona pulang ke rumahnya tanpa peduli apa yang diracau Viona, Yang benar-benar telah membuat Gadis itu benar-benar hancur dan Terpukul. Sebenarnya Steven benar-benar merasa bersalah dan bertanggung jawab penuh atas apa yang terjadi dengan gadis itu, Fiona yang hanya seorang diri di dunia ini, Seharusnya Steven benar-benar menjaganya, baik itu secara fisik maupun emosional serta finansial pada Fiona. Tapi, apa yang telah Steven lakukan? Gadis itu hancur secara mental karena cintanya yang ditolak oleh ayah tirinya sendiri.
Sesampainya di rumah, Steven Kembali menggendong Viona, kemudian membawanya ke dalam kamar. "Viona, istirahatlah, besok kamu akan menghadapi ujian akhir. Dedi tidak mau kamu gagal dalam ujian ini." Steven memperingatkan Fiona.
Steven hendak meninggalkan Viona di kamar itu, akan tetapi tangan Viona dengan cepat meraih tangan Steven agar tidak pergi meninggalkannya. "Dedi, Kumohon jangan tinggalkan Aku. Aku butuh daddy.." ucapnya terdengar meringis seperti menahan sesuatu dari dalam tubuhnya.
"Viona, kau kenapa?" tanya Steven dengan mata memicing melihat sikap Viona yang tanpak bergairah.
Gadis itu mengigit bibir, seperti sedang menahan sesuatu. "Dedi, bantu aku. Aku sudah tak tahan."
"Vio, kau kena obat bius." sahut Steven.
Viona semakin kepanasan, ia lekas membuka kancing kemejanya, dan membiarkan tubuhnya tak berbalut kain. Tak ada rasa malu ataupun seungkan, yang Viona inginkan saat ini hanyalah di puaskan. Ia sudah tak kuat menahan rasa yang begitu bergejolak di bagian bawah sana.
Viona langsung mendorong Steven dan naik ke atas tubuh pria itu, dengan kasar ia menarik kancing kemeja Steven. "ayoo dedi... tolong aku."
"Vio, sabar. Aku tak bisa melakukannya. Kita tak boleh melakukan itu kecuali kita sudah menikah. Bersabarlah, Vio." Steven berusaha membujuk Viona.
Namun apa yang terjadi? Viona semakin kepanasan. Yang saat ini ia butuhkan hanyalah sentuhan untuk mengeluarkan hasrat jiwanya yang bergejolak. Menunggu ia menikah? ah kelamaan. Rasa itu, hasrat itu ia butuhkan saat ini. Bukan tahun depan. Ia benar benar tersiksa dengan kondisinya.
"okey, sabar. Aku akan bantu kamu mengeluarkan segalanya. Tanpa harus menyentuhmu. Percayalah padaku." bujuk Steven.
"Okey, Dedi. aku percaya sama dedi. Cepatlah, aku sudah tidak kuat." Viona membanting tubuhnya ke atas kasur. Ia telentang dengan kedua tangan mencengkram kuat sprei kasurnya. Seperti orang yang sedang kerasukan, Viona menunggu Steven menyentuhnya.
Dengan ragu, Steven akhirnya menaiki tubuh Viona, Dia berada di atasnya saat ini. Di tatap nya gadis malang itu yang meliuk-liuk kepanasan seperti cacing yang kekeringan.
"maafkan, dedi Viona. Dedi janji setelah ini kita akan menikah." gumamnya.
Steven bukan pria polos yang tak tahu apapun tentang ranjang. Ia laki-laki normal. Tentu saja melihat Viona tanpa busana, membuat naluri kelelakian nya bangkit. Tombak dalam celananya pun terasa sesak dan ingin segera melejit keluar mencari lobang surgawi milik Viona.
Namun, Steven masih berusaha menenangkan diri. Tujuannya kali ini hanya untuk membantu Viona terlepas dari jerat bius ini. Tangannya mulai merayap lembut, menaiki bukit kembar Viona yang super jumbo. Steven menggigit bibirnya, hasrat kelelakian nya memberontak.
"yang kuat dedi... Ah.. ah..." Viona mulai mendesah. Tangan kekar Steven yang meremas lembut bukit jumbo miliknya benar-benar membuat Viona mende$ah.
Steven akan membantu Viona mencapai titik rangsangan, hingga mampu mengeluarkan sesuatu yang membelenggu gadis itu, tanpa harus memecah keperawanan gadis itu. Wajah Steven merayap, mwndaki puncak gunung itu, pelan namun pasti, bibirnya mulai menghisap lembut, seperti anak bayi yang kehausan asi.
"Ah, dedi.. aku gak kuat!!" desah Viona menggigit bibirnya.
"bertahanlah." kata Steven.
Viona yang terlihat meliuk-liuk, tanda ia akan orgasme, Tangan Steven merayap mencari lobang surgawi milik Viona tanpa harus melepasnya. Setelah mendapatkan, jarinya mulai masuk merayap mencari sesuatu agar keluar dari persembunyiannya.
"ah dedi...!!" tubuh Viona bergetar saat sesuatu yang kasar masuk ke dalam inti miliknya. Keluar masuk seperti sebuah permainan. Di obok obok dengan keras, Namun itu terasa begitu nikmat sekali. Berkali-kali hingga akhirnya sesuatu yang hangat begitu terasa menyembur di ujung jari Steven.
"Dedi.. aku mau keluar..!!" pekik Viona dengan menarik kepala Steven agar mendekap di bukit kembarnya yang jumbo.
"bagaimana, Vio..?" tanya Steven.
"enak, dedi. Aku sudah merasa lebih baik." sahut Viona dengan senyuman.
"syukurlah, Vio. Dedi turut senang."
Tapi, Viona terlihat murung, ia menatap ayah tirinya dengan muka cemberut.
"kenapa? kau tak suka?" tanya Steven.
"kenapa dedi tidak mau sama aku. Padahal aku mau dedi." sahut Viona sedih.
"sabarlah, Vio. aku bukan tidak mau. Tapi, aku mau melakukannya denganmu setelah kita menikah."
" kalau begitu, kita nikah saja." Viona tampak bersemangat.
"tapi kamu kan masih sekolah, Vio."
"gak apa apa, dedi. Kita nikah diam diam saja. dua bulan lagi aku akan lulus."
"kau yakin?" Steven ragu.
"iya, dedi. Aku udah gak sabar ingin memiliki dedi seutuhnya."
"baiklah, besok sepulang sekolah, kita akan temui orang tuaku. Aku akan meminta restu mereka. Sekarang, kau tidurlah! besok kamu ujian. Jangan sampai kau gagal."
Viona mengangguk, ia pun segera ke kamar mandi kemudian tidur dengan tenang.