Musuh tapi menikah?
Itulah yang terjadi pada Essa dan Maureen, menjadi rival sejak kecil membuat hubungan mereka seperti Tom and Jerry, bertengkar dan selalu bertengkar tiap kali bertemu. Namun sebuah insiden yang terjadi membuat hubungan mereka seketika berubah dari musuh menjadi sepasang pasutri, padahal Maureen sudah punya kekasih yang akan melamarnya namun semuanya gagal akibat insiden ini.
Mampukah mereka mengarungi bahtera rumah tangga tanpa cinta ini sebagai mana mestinya? Atau kah pernikahan ini akan berakhir begitu saja?
Simak terus ceritanya ya. Boleh kasih like, komen, vote, dan Rate bintang 5 nya jika kalian suka. Segala bentuk dukungan kalian adalah penyemangat bagi author. Terima saran dan komentar membangun, tapi tidak hate komen ya, jika tidak suka skip saja, terimakasih 🙏😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Whidie Arista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 - Rencana yang gagal
“Sa, kali-kali kita makan di luar yuk. Tenang aja gue yang bayar.” Ralat Maureen segera, dia tak ingin membuat suaminya itu mengeluarkan terlalu banyak uang untuknya.
“Santai aja Reen, aku juga punya uang ko. Sekalian ajak Mamah juga,” sahutnya.
“Hah, k-kenapa?”
“Ya biar Mamah gak terlanjur masak di rumah, nanti mubadzir lagi.” Cetusnya.
“Tapi–,” kata-kata Maureen terhenti saat itu juga, dia tak sanggup melanjutkan kata-katanya yang akan membuatnya malu, ‘tapi, gue maunya sama elu doang Essa. Ahh.’ Sambungnya dalam bantin.
“Lokasinya kamu yang tentuin, biar aku yang telpon Mamah suruh beliau naik taksi. Kalau Ibu sih kayanya gak bisa, si Radit udah kaya bayi manja banget gak mau di tinggal, sedang dia kan belum boleh makan sembarangan,” cerocosnya sambil membuka ponselnya.
‘Serah lu dah Sa. Tadinya gue udah siapin tiket bioskop, buat kita berdua, ah terpaksa hangus kalau gini. Astaga kenapa sesulit ini membangun hubungan sama Essa.’ Maureen menghembuskan nafas kasar dengan wajah sebal, namun nampaknya Essa tak menyadari itu.
Satu jam kemudian, Ibunya pun sampai di Kafe yang Maureen pilih sendiri.
“Maaf ya Nak, Mamah terlambat, tadi jalanan macet banget.” Ucap Bu Arumi sambil duduk di salah satu kursi kosong.
“Gak papa Mah, tadinya Essa yang mau jemput Mamah tapi kasian Maureen kalau di tinggal sendirian lagian jatohnya malah lebih lama,” tutur Essa.
“Tumben kalian ngajak makan diluar, ada apa nih? Apa ada yang istimewa di hari ini?” tanya sang Ibu penuh penantian.
“Gak ada ko Mah, Maureen yang ngajak.” Selalu Essa yang menyahut sedang Maureen melempar pandangan kearah lain sambil menyedot jus mangga yang dipesannya.
“Oh Maureen?” Ibunya menatap sang putri, yang di tatap berusaha menghindar tak ingin Ibunya menemukan kebenaran dari matanya.
Ibu Arumi mengulum senyum, seperti Bu Hasna dia juga agaknya mengerti perubahan dalam diri Maureen.
“Gini, sebenarnya Mamah juga ada hal yang ingin di bicarakan dengan kalian,” ujar Bu Arumi.
“Bicarain apa Mah?” Maureen tiba-tiba tertarik dengan kata-kata yang hendak Bu Arumi utarakan.
“Reen, kamu kan tahu Nenek di kampung udah sepuh jalan pun beliau udah susah dan harus di bantu tongkat. Rencananya Mamah mau pulang buat ngurusin beliau, walau pun ada paman dan bibi Mamah takut mereka kerepotan ngurus Nenek sambil ngurus sawahnya.” Jelas sang Ibu.
“Berarti lama dong?” Maureen tampak enggan.
“Ya pasti lumayan lama Reen, gak papa ya toh sekarang kamu ada temennya, Essa.” yang disebut hanya memulas senyum sebagai jawaban.
“Ya udah gak papa, tapi Mamah harus sering telpon Maureen ya.”
“Iya, kamu tenang aja.”
Ponsel Essa berdering membuat dia harus beranjak sebentar untuk mengangkatnya.
“Reen, Mah. Bentar ya Essa angkat dulu telponnya.” Pamitnya.
“Ah iya Nak, silahkan.” Sahut Bu Arumi.
“Reen, kamu mulai suka ya sama Essa?” terka sang Ibu tiba-tiba.
“Hah? E-enggak Mah, mana ada,” sahut Maureen gugup.
Plak ...
Ibunya menggeplak tangan Maureen, “nggak-nggak, harus! Kalian itu udah nikah sekarang, lupain semua yang terjadi di masa lalu, sekarang dia udah jadi suami kamu. Maureen, Essa itu laki-laki yang baik, dia tak sekalipun mengeluh tentang kamu sama Mamah, meskipun tiap malam dia harus tidur di sopa.”
“M-mamah tahu, kalau selama ini dia tidur di sopa?”
“Ya tahu lah, bantal dan selimutnya ada disana. Lagian Mamah tahu karakter kamu itu kaya gimana.” Cibirnya.
Maureen menggigit bibir bawahnya, tak bisa mendebat lagi kata-kata sang Ibu.
“Sekarang Mamah tanya sama kamu. Kamu punya perasaan gak sama Essa? Kalau enggak mungkin lebih baik kalian pikirkan cara menyelesaikan hubungan kalian, Mamah kasihan sama Essa.”
Maureen mengangguk lemah.
“Jadi kamu punya perasaan atau enggak buat Essa?” Ibu Arumi kembali memastikan, dan Maureen pun mengangguk kembali.
“Jadi kamu beneran suka ama Essa?!” ucap Bu Arumi antusias.
“Mah pelan-pelan nanti dia denger,” kesal Maureen.
“Hehe maaf, Mamah terlalu antusias,” kekehnya, “bagus itu Nak, Mamah seneng dengernya.”
“Tapi, belum tentu Essa juga punya perasaan yang sama kaya Maureen. Aku juga gak mau maksa dia soal hubungan kita Mah.” Jelasnya.
Bu Arumi hendak buka suara, namun seketika ucapannya terhenti kala melihat orang yang mereka bicarakan telah kembali dan duduk bergabung bersama mereka.
‘Ah sudahlah, biarkan mereka menyelesaikan urusan mereka sendiri,’ batinnya.
hubungan mereka jln di t4 aja...
😀😀😀❤❤❤❤
gak usah pakai kode apa2..
pasti Essa langsung ngerti klao kmu mau diunboxing ama essa..
Mauteen..
😀😀😀❤❤❤❤
daripada penasarannn..
😀😀😀❤❤❤❤❤
cari keeja di tempat lain..❤❤❤❤❤
❤❤❤❤
😀😀😀❤❤❤❤
apa dia niat ceraikan Maureen pas udah setahun..
❤❤❤❤❤
dikit amat .....
btw vanya ngetik apa buat Essa....
terus dibalas apa ya ama Essa...
❤❤❤❤❤
ayo akui kalo syka ama essa..
biar dia gak lari..
❤❤❤❤
segera buka hatimu buat Essa..
kalo gak keburu diembat oeang..
😀😀😀❤❤❤
❤❤❤❤
moga2 hati maureen segera terbuka buat Essa..
❤❤❤❤
mantan nempel Mulu kah kalau iya bagus tapi ga bagus jg sih
kalo gak gtu..
mqireen gak cemburu..
😀😚😀❤❤❤
kalo maureen gak mau..
vanya siqp nampung..
😀😀😀❤❤❤❤❤
kapok ketahuan..
❤❤❤❤❤❤
❤❤❤❤❤❤❤