"Jangan bunuh aku."
Sydney tidak menyangka hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat hanya dalam satu malam. Ia melihat saudaranya dibunuh oleh seorang pria, dan dirinya terjebak dalam situasi sulit. Penderitaan ini tidak ia terima, dan alam mengabulkan permohonannya. Namun, ia malah harus menikah dengan seorang pria kejam bernama Ransom Alexander. Dia adalah pria yang paling Sydney benci. Pernikahan ini adalah dendam.
Cover by : Ineed design.
IG : renitaaprilreal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa ini Cinta?
Sydney tersenyum. Sekarang, ia ingin lihat bagaimana Mariane akan minta maaf atas segala kesalahannya. Gadis ini bisa memilih. Kehilangan uang atau gengsi.
"Cepat minta maaf," ucap Lyra.
"Tapi, Bu."
"Aku tidak akan memberimu uang jika kau tidak melakukannya."
Dengan berat hati, Mariane bangkit dari duduknya. Ia berjalan menghampiri Sydney. "Kakak ipar, mohon maafkan aku. Semua yang terjadi adalah kesalahanku."
"Kenapa kau melakukannya?" tanya Sydney.
"I-itu hanya iseng saja."
"Iseng? Kau itu sudah dewasa, Mariane," ucap Elias.
"Ayah, maafkan aku." Wajah Mariane memancarkan kesedihan. Ingin menjebak Sydney malah ia yang kena.
"Lain kali, aku akan menghukummu." Elias mendengkus.
Mariane terdiam mendengarnya. Soal Elias, ia yakin ayahnya tidak akan tega. Tapi, Ransom? Ugh! Kakaknya tidak menoleransi kesalahan apa pun.
"Permintaan maafmu kuterima. Aku akan kirim pesan pada Ransom kalau kau sudah minta maaf padaku." Sydney berkata seperti itu karena suaminya sudah berangkat ke kantor.
"Terima kasih, Kakak Ipar." Mariane senang, dengan begini, kartu-kartu miliknya tidak akan diblokir.
Sayangnya, setelah meminta maaf, Mariane mendapat notifikasi dari bank. Kartu-kartunya tetap di blokir.
"Aku sudah minta maaf padamu. Kenapa masih diblokir?" tanya Mariane, dengan perasaan yang sulit untuk dijelaskan.
"Oh, itu. Coba kau tanyakan pada Ransom."
Mariane segera menelepon kakaknya. Panggilan itu tidak diangkat, tetapi ia tetap berusaha menghubunginya kembali. Ketika diangkat, belum juga bicara, Mariane mendengar suara Ransom yang membuat dirinya membeku.
"Tiga bulan?" tanya Mariane, lalu ia mendengarkan lagi. "Iya, aku terima. Maafkan aku. Kakak sangat perhatian." Telepon itu pun diputus.
"Ada apa, Sayang?" tanya Lyra.
"Kartunya akan diblokir selama 3 bulan."
"Itu hukuman sepadan. Jika aku dan Ransom yang memakan sup itu, hari ini tubuhku tidak bisa duduk di kursi ini. Lyra, ajari kembali putrimu," ucap Elias.
"I-iya, Sayang. Aku akan mengajarinya."
"Ini semua karena dirimu, Mariane. Semalaman aku sakit perut," ucap Corvin. Ia pun tidak senang dengan tindakan adiknya, lalu sia-sia saja menghapus rekaman CCTV karena Ransom sudah tahu.
"Aku minta maaf," ucap Mariane.
Elias dan Corvin beranjak dari ruang makan. Tinggal Sydney, Mariane, dan Lyra saja. Tidak ada yang perlu disembunyikan lagi. Sydney sudah tahu watak buruk dari ipar dan mertuanya ini.
"Kau senang sekali membuat ulah," ucap Lyra, merujuk pada Sydney.
"Ibu menyalahkanku?" Sydney terperangah mendengarnya.
"Masalah ini akan selesai bila kau tidak memperpanjangnya."
"Benar sekali. Jika Kak Kayla, dia pasti memanjakanku." Mariane menyahut.
"Dari kemarin kau menyebut nama itu terus. Jika kau suka Kayla itu, tinggal saja dengannya."
"Kau itu tidak tahu Kak Kayla. Jika dia kembali dari luar negeri, maka posisimu bakal tersingkir." Mariane mengatakannya dengan senyum sinis.
"Memangnya aku peduli? Asal kalian berdua tahu, aku bukan wanita yang bisa ditindas. Bersyukurlah hukumanmu hanya 3 bulan saja. Jika aku mau, kau bahkan tidak akan mendapatkan uang selamanya," ucap Sydney, lalu beranjak pergi.
Mariane menghentakkan kaki, ia marah mendengar ucapan Sydney. "Apa-apaan dia? Berani sekali dia berkata seperti itu? Apa Kak Ransom benar-benar mencintai dia? Ibu, bagaimana ini?"
"Mana mungkin Ransom mencintai wanita itu."
"Buktinya Ransom memang mencintai dia. Belum apa-apa dia sudah berkuasa di rumah ini. Jika dia mengandung seorang pewaris, maka tamat sudah riwayat kita. Ransom sangat membenci kita. Dia hanya memandang ayah saja. Jika ayah tiada, dia akan mengusir kita, Bu."
"Sudahlah, kita pikirkan saja nanti. Ibu pusing." Lyra juga khawatir. Ia tidak mau jadi miskin setelah merasakan kehidupan mewah selama ini. Ia tahu Ransom membencinya karena mengambil posisi nyonya rumah di keluarga Alexander, dan membuat ibu kandung pria itu tiada.
"Aku akan suruh Kak Kayla segera kembali. Dia harus merebut Ransom dari kendali Sydney." Mariane melangkah menuju kamar dengan perasaan gusar.
"Ah, anak itu." Lyra hanya mampu menghela napas.
Di kamarnya, Sydney bersiap-siap ke kampus. Ransom telah memilihkan salah satu mobilnya untuk ia pakai. Ini pertama kalinya Sydney akan pergi mengendarai kendaraan roda empat tanpa sopir. Ada untungnya juga menikah. Setidaknya ia bisa bebas. Ya, meski sudah memiliki sim, Sydney dilarang menggunakan mobil sendiri. Ia selalu disediakan sopir, tetapi semenjak Anna berkuasa, ia sering menggunakan transportasi umum.
Ia juga sekalian membawa oleh-oleh dari Maldives untuk diberikan kepada Andi dan David. Sydney mengirim pesan pada ayahnya itu, ia akan mampir setelah pulang dari kampus. Satu hal lagi, Sydney tidak sabar bertemu dengan Sebastian.
Saat Sydney keluar dari kamar dan hendak menuju pintu depan, ia berpapasan dengan Mariane yang juga akan pergi ke kampus.
Keduanya tidak saling tegur sapa. Sydney menekan tombol pada kunci, dan otomatis mobil itu menyala. Mariane melihat kendaraan yang akan iparnya pakai dan ia tercengang.
Sydney masuk mobil yang telah disiapkan. Ia membunyikan klakson di depan Mariane, kemudian berlalu dari hadapannya.
"I-Itu, bagaimana bisa Sydney memakai mobil milik Ransom? Bukannya itu kendaraan yang paling tidak boleh dipakai," gumam Mariane. Ia bersikap masa bodoh. Sebaiknya segera pergi ke kampus sebelum terlambat.
Di sisi lain ada yang menjadi pusat perhatian. Ransom dan tas makanannya yang berwarna pink. Leo yang berada di sampingnya berusaha menahan tawa.
Tangan kanan membawa tas kerja, lalu tangan kiri menenteng tas makan. Para karyawan memerhatikan tangan kiri Ransom, dan berbisik-bisik. Mereka tahu kalau Ransom sudah menikah, tetapi mereka belum pernah melihat sosok istri dari pengusaha itu.
"Manis sekali. Pasti Tuan Ransom dan istrinya saling mencintai," bisik seorang karyawan wanita.
"Benar sekali ucapanmu itu."
Leo menekan lift khusus petinggi perusahaan, mempersilakan Ransom untuk masuk lebih dulu, barulah ia menyusul. Dalam lift, tawa Leo meledak.
"Apa yang membuatmu tertawa?" tanya Ransom, berusaha untuk tetap cool.
"Apa yang kau bawa itu?" Leo tertawa sambil menunjuk tas kotak makan.
"Kau bodoh ya? Ini tas kotak makan."
"Ransom, aku lupa kau sudah menikah." Leo terbahak.
"Diamlah." Ransom juga malu, tapi ia harus membawa pulang tas plus kotak makanan ini lagi.
"Kau sungguh menuruti keinginan istrimu itu? Kupikir kau sudah membuat kesepakatan."
"Aku terpaksa karena ayahku juga ada di ruang makan. Dia tidak mau aku mendebat Sydney."
"Halah! Kau pasti juga menginginkannya. Ayo, cerita pengalamanmu selama bulan madu bersamanya. Apakah Sydney sudah bisa membuatmu melupakan dia?" Leo menaikturunkan alisnya.
"Jangan sebut-sebut orang yang tidak ada. Kalau soal Sydney, dia memang menarik." Ransom tersenyum penuh arti dan mengingat jadwal tidur bersamanya. "Leo, pesankan aku kamar di hotel Bintang untuk Sabtu ini."
"Kau ingin membawa Sydney ke sana?"
"Siapa lagi kalau bukan dia? Pesan kamar paling istimewa."
"Oh, kurasa kau memang menyukai istrimu."
.