Reno, adalah putra kedua dari tiga bersaudara. Papanya memiliki jabatan yang tinggi di suatu instansi pemerintah dan mamanya seorang pengacara terkenal, kakanya jebolan sekolah kedinasan yang melahirkan Intel negara. Sementara dia anak tengah yang selalu dibanding-bandingkan dengan kesuksesan sang Kaka, berprofesi sebagai TNI berpangkat Bintara. Tapi Reno adalah anak yang penurut dan paling berbakti pada kedua orangtuanya.
Keinginannya menjadi seorang TNI karena kejadian luar biasa yang mempertemukan dirinya dengan sosok yang sangat dia kagumi, sosok idola yang merubah hidup dan cara pandangnya.
Hingga pada suatu hari takdir mempertemukan Reno dengan Kanaya yang membantu cita-citanya menjadi seorang TNI terwujud.
Kanaya menemani Reno dari nol karena Reno tidak mendapatkan dukungan dari kedua orangtuanya.
Apakah cinta kasih Reno dan Kanaya akan berlanjut ke pelaminan, atau Kanaya hanya dimanfaatkan Reno saja untuk mencapai cita-citanya?
Yuks ikuti kisah Reno di Cinta Bintara Rema
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 : Ingin menghilang
Happy Reading 🩷🩷
Beberapa puluh tahun lalu ...
"Happy Birthday to You ..." 🎶 irama lagu dan nyanyian serentak yang dilantunkan para undangan menggema di ballroom sebuah hotel. Seorang putri dari pengusaha properti sedang melangsungkan perayaan hari jadinya yang ke-23 tahun.
"Terima kasih Papa untuk pestanya ... " seru Miranda seraya memeluk cium sang Papa dan mama tercinta
"Happy birthday ka Mir ... " ucap Farhat memeluk sang Kaka
"Siapa tuh?" tanya Miranda mengenai sosok yang bersembunyi di punggung adiknya.
Farhat tersenyum simpul, "Kenalin ini pacar aku, Ka. Namanya Ayunda Sucipto" jawab Farhat
"Hmm ... masih kecil kalian. Sekolah dulu yang benar!" seloroh Miranda.
"Farhat, Ayunda, ayo kalian ikut pulang bareng papa mama, biar Kakak kamu melanjutkan pestanya." Ajak Siswoto Pramudya
"Pah, aku baru aja datang, buat dapetin ijin papa Ayunda sangat susah Pah ... " tolak Farhat
"Justru itu, kamu harus jaga kepercayaan Papa Ayunda, jangan pulang malam kalau kamu mau diterima jadi menantu seorang perwira TNI." pesan Siswoto
"Ayo mas, lagian ini acara orang dewasa yang penuh dengan asap rokok dan minuman beralkohol, nanti aku dimarahi papa kalau pulang bau rokok dan alkohol." ajak Ayunda
Karena sang kekasih yang meminta, akhirnya Farhat menurut walaupun dia sangat ingin merasakan dugem diiringi lagu-lagu remix dari sang DJ terkenal.
Siswoto pun berinisiatif mengantarkan Ayunda pulang bersama Farhat. Hubungan antara Siswoto dan Sucipto sangat dekat, mereka dua keluarga yang sudah akrab sejak orangtua Sucipto merintis usaha yang sama dengan keluarga Siswoto.
Bandara Soeta ...
"Pah, ma ... " sapa Erick melambaikan tangan pada kedua orang tuanya
"Anak bujang mama ... " Titis melebarkan kedua tangan menyambut pelukan anak sulungnya yang baru selesai melaksanakan pendidikan militer lanjutan di negeri Paman Sam.
"Mana Ayu, mam?" tanya Erick
"Ayu diajak Farhat ke pesta ultah Miranda."
Setelah memasukan semua koper yang Erick bawa ke dalam mobil, Erick berinisiatif memegang kemudi mobilnya.
"Biar aku yang bawa Pa." pintanya. Sucipto menepuk bahu putranya dengan senyuman.
Sepanjang perjalanan mereka berbincang banyak hal mengenai pengalaman sang Putra kebanggan selama menempuh pendidikan militer di negara asing juga ungkapan harapan sang putra untuk karier ke depannya.
Hingga suatu hal yang tidak diinginkan terjadi, sebuah mobil berjalan zig-zag dan melawan arah melesat dengan cepat ke arah depan kendaraan yang mereka tumpangi.
Buum!! Braaakk!!
Mobil yang dikendarai Erick lepas kendali saat menghindari mobil Sedan BMW keluaran terbaru tahun itu yang melesat ke arahnya. Mobil Kijang milik Sucipto terguling beberapa ratus meter dari tempat awal benturan terjadi. Ketiga penumpangnya mengalami luka parah.
Sementara mobil sedan BMW yang dikendarai seorang perempuan muda hanya tergelincir beberapa meter dari tempat kejadian, pengemudinya pun hanya mengalami luka lecet dan memar di kepala dan leher.
"Pa ... Pa— tolong, aku menabrak mobil orang lain, tolong aku pah ... " teriak Miranda di sambungan telepon.
"Kamu di mana, Miranda!" panik Siswoto.
Setelah berkendaraan kurang dari lima belas menit, Siswoto sudah berada di lokasi kejadian. Saat itu kondisi sangat sepi, hanya ada dua kendaraan di sana, satu kendaraan dalam kondisi mengenaskan.
Pria itu langsung memeriksa penumpang yang ada di mobil kijang tersebut, betapa terkejutnya ia karena penumpang yang putrinya tabrak adalah keluarga sahabatnya, Sucipto, Titis dan Erick dalam kondisi mengenaskan.
Siswoto tahu anaknya mengendarai dalam keadaan mabuk, jika Miranda sampai ketahuan mengendarai dalam keadaan mabuk bukan tidak mungkin, putrinya akan dikenakan pasal berlapis. Meski panik, Siswoto menumbalkan supir pribadinya untuk menjadi pelaku pengendara mobil sedan BMW milik putrinya.
Banyak rencana licik yang ingin Siswoto lakukan untuk melindungi putrinya, namun belum sempat mengangkut mobil putrinya yang rusak, beberapa kendaraan militer sudah berbondong datang setelah mengetahui pimpinan mereka mengalami kecelakaan.
Tanpa Siswoto ketahui, sebelum mengalami hilang kesadaran, Sucipto sempat melihat pelaku penabraknya yang ternyata seorang wanita muda, lelaki itu segera menghubungi anak buah dan pihak kepolisian untuk mendapatkan pertolongan.
Siswoto pasrah, dia hanya sempat membuat alibi bahwa yang menabrak dan pelaku kejadian adalah supir pribadinya, bukan putrinya. Malam itu juga Miranda langsung di larikan ke luar negeri agar memperkuat alibinya untuk melindungi sang putri dari jerat hukum.
Kejadian malam itu telah merenggut nyawa istri dan putra kesayangannya, sejak saat itu, Sucipto menjadi pribadi yang sangat keras dan pendendam, dia sangat membenci keluarga Siswoto, hingga hubungan Ayunda dan Farhat sangat terlarang untuk diteruskan.
flashback berakhir ...
*
*
Di sebuah Rooftop ...
Seorang gadis rapuh berdiri di ujung rooftop dengan deraian airmata dan senyuman samar. Beberapa tahun lalu dia berdiri di sana bersama ketiga orang temannya. Reno, Dumas dan Dealova, saat itu mereka sangat bahagia ...
Mereka menuliskan semua cita-cita yang akan mereka jalani pada sebuah kertas dan menerbangkannya bersama burung merpati yang baru mereka beli di sebuah pasar hewan di Jakarta timur.
Seingat Kanaya, hanya itulah momen paling bahagia yang dia alami di masa remajanya. Hidupnya sangat dicintai secara ugal-ugalan oleh Reno dan ia memiliki sahabat yang sering membuatnya tersenyum dan tertawa.
Setelah itu, dunianya berbalik 180⁰ menjadi begitu kelam dan menyedihkan. Hidup beranjak dewasa ternyata teramat berat dan menyakitkan bagi Kanaya. Dia tidak ingin lagi melanjutkan kepedihan ini, kalimat-kalimat beracun dari orang yang dia sebut 'keluarga' terngiang dan berulang-ulang terdengar di telinganya yang kini sudah memerah karena kedinginan.
'Anak pembunuh!'
'Perempuan Murahan!"
'Anak Haram'
'Benalu, parasit tidak tahu diuntung!'
'Pergi sana pulang ke asalmu'
Kata-kata itu terus terngiang memenuhi alam pikirannya, bagaikan racun yang disuntikkan terus menerus hingga membuatnya tidak pantas lagi menjadi manusia berharga.
Kanaya menatap dasar gedung yang tercipta dari aspal keras dan sedikit taman yang dihiasi pohon bunga kertas dan sansevieria. Dia mengukur ketahanan tubuhnya jika 'menyentuh' aspal di sana, andai saja dia tidak takut laut, mungkin saat ini tempat yang dia tuju adalah lautan, agar tubuhnya menghilang di lumat ombak dan dibenamkan di dasar lautan.
Janin yang tadinya akan dia usahakan menjadi teman kesepiannya nanti, kini ... Tidak lagi ingin dia perjuangkan. Janin ini berasal dari lelaki bejat yang mementingkan hidupnya sendiri dan mengagungkan cinta meskipun menyimpang. Kanaya merasakan sesuatu yang lebih mengerikan dan begitu rumit akan menyapa hidupnya suatu hari nanti, takdir tak hentinya mempermainkan hidupnya.
Kanaya melangkahkan kakinya dua langkah di ujung rooftop, merasakan hembusan angin dini hari yang membelai kian menusuk tulang belulangnya. Dengan mata terpejam, dia mengingat semua kejadian indah saat bersama Reno, agar jika hari itu adalah hari kematiannya, dia tidak akan menjadi arwah gentayangan, dia pernah bahagia dan dibahagiakan oleh seseorang. Pernah diperjuangkan, pernah ditatap penuh kasih sayang.
Kanaya menarik napasnya begitu dalam, merasakan dadanya penuh dengan oksigen murni di pagi hari yang masih gulita. Dalam hatinya dia bergumam,
"Tuhan, aku tahu Engkau akan murka jika aku mengakhiri hidup seperti ini. Tapi aku tidak sanggup lagi, aku hidup pun untuk apa, untuk siapa, maafkan aku ... "
Sreeekkk!!!
Plaak!! Plaakk!!
Dua buah tamparan mendarat di pipinya yang dingin.
"Sadar woy!! Hei gadis!! kamu masih muda!!"
Teriak seseorang yang wajahnya samar dia ingat. Kanaya hanya memejamkan mata, tubuhnya terlalu lelah untuk merespon apa yang terjadi saat ini, dia merasakan hidupnya telah hilang bersama semua angan dan cita-citanya.
Lelaki itu menggendong tubuh kurus Kanaya dan memasuki lift, dia berhenti di sebuah lantai dimana unit apartemennya berada di sana.
Beberapa jam lalu, lelaki itu duduk di balkon apartemennya sambil menghisap Vape beraroma mint. Pikirannya penat dengan segala urusan perusahaan yang baru saja ia geluti, semenjak pamannya mengalami gangguan jiwa, semua tanggung jawab perusahaan diserahkan kepadanya.
Sedang asik menyesap kopi panas dari bibir cangkir, dia merasakan beberapa batu kecil mengenai kepalanya dan ada satu batu kecil serupa debu kasar masuk dalam cangkirnya. Lelaki itu melongok ke atas, dia hendak memaki seseorang di atas sana yang berdiri terlalu pinggir dari ujung pembatas Rooftop, namun setelah dia amati gadis itu sedang memejamkan mata dengan kedua tangan membentang di sisi tubuhnya.
Lelaki itu langsung bergegas ke lantai paling atas di mana rooftop itu berada, untung saja dia datang tepat waktu sebelum tubuh kecil dan kurus gadis itu mendarat pada permukaan aspal di lantai dasar.
Dia mengamati sosok gadis cantik berwajah pucat yang baru saja dia rebahkan di kasur dengan seksama, "Ka—naya!" pekiknya.
Gadis itu masih memejamkan mata, tubuhnya sangat dingin, namun detak nadinya masih dirasakan teratur dan teraba. Diselimuti nya tubuh dingin itu dengan selimut tebal. Sambil menunggu gadis itu bangun, Milo merebahkan tubuh lelahnya di sofa sambil mengetikan beberapa pesan pada asistennya juga pada sang mama yang masih berada di Canada.
"Mam, aku sudah bertemu anak Om Farhat. Semoga setelah bertemu putrinya om Farhat bisa sembuh, mam."
...☘️☘️☘️☘️☘️...
B e r s a m b u n g ...
Jangan lupa like, komen dan votenya ya gaess ... 💐