seorang istri yang bersabar selama dua tahun menunggu suaminya berubah tapi malah berulah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fatimah Afath ( arasimah ), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kedatangan tamu
Parman mencoba meyakinkan Santi yang masih Ragu. Meminta Santi sholat istikharah terlebih dahulu.
Surti juga berkata," Setiap akan melakukan hal kebaikan maka, akan mengalami halangan yang lebih besar."
Santi pun mencoba memikirkannya, Santi pun izin berangkat bekerja terlebih dahulu karena hari sudah siang.
Santi salim kepada Surti dan Parman sebelum berangkat kerja. Santi mengucapkan sallam " Assalamualaikum." Santi langsung berjalan kaki selama lima belas menit meninggalkan rumahnya.
Tak lama Santi tiba di rumah bu Hamidah dan mengucapkan salam. " Assalamualikum "
Bu Hamidah menjawab " waalaikumsallam " . Santi langsung salim terhadap bu Hamidah. Raka sudah berangkat tadi pagi jam tujuh lewat. Kini Santi langsung izin ke belakang untuk menyiapkan cucian baju.
Bu Hamidah yang sedang menonton tv melanjutkan menonton sedangkan Santi langsung kebelakang mengerjakan pekerjaan rumah.
Santi selesai mengerjakan pekerjannya setelah jam sudah menunjukan pukul sepuluh lewat dua puluh menit. Santi langsung bertanya," maaf bu mau masak apa untuk makan siang nanti."
" Masak apa ya San, sekalian buat sore saja. Kayaknya di kulkas ada ayam deh." bu Hamidah langsung menujuh kulkas dan mengambil ayam. Lalu tempe serta bumbu- bumbu.
" Kita masak orek tempe dan opor ayam saja de san. " bu Hamidah memberi Saran.
Santi langsung mengerjakan membuat opor dan tempe orek dibantu oleh bu Hamidah. Mengupas bumbu - bumbu sedangkan bumbu untuk opor menggunakan coper mini.
Saat Santi dan bu Hamidah sedang masak tiba - tiba bel pintunya berbunyi. Santi ingin membuka pintu namun dicegah bu Hamidah.
Ding dong ding dong.. Bel pintu berbunyi nyaring.
" Biar ibu saja yang membukanya, kamu teruskan saja memasaknya." tawar bu Hamidah.
Bu Hamidah langsung berjalan ke depan untuk membuka pintu depan rumahnya. " Assalamualaikum " .
" waalaikumsallam" jawab bu Hamidah membuka pintu.
Ternyata bu Iren saudara jauh bu Hamidah datang bersama seorang gadis cantik berambut panjang dan berwajah cantik.
Bu Hamidah mempersilahkan masuk setelah peluk kangen bersama iren dan di perkenalkan oleh Iren jika wanita Cantik itu adalah keponakannya bernama Mila.
Bu Hamidah menyuruh Iren dan Mila duduk di ruang tamu. Bu Hamidah berkata," Mau minum apa?."
" Apa saja boleh asal dingin dan manis." jawab Iren.
Bu Hamidah pun meninggalkan Iren dan Mila untuk membuatkan minuman.
" Lihat kan gede banget kan rumahnya, pasti kamu bakal hidup enak menikah dengan saudara jauh tante. Mereka itu kaya Raya mempunyai perusahaan gede juga." jelas Iren.
" Iya tante, Mila mau tante." jawab Mila.
bu Hamidah menghampiri Santi yang sedang masak. Untuk membuatkan minuman namun Santi yang melihatnya menyuruh bu Hamidah kedepan saja menemani tamunya.
" Biar saya saja bu yang membuatkan minuman nanti kuenya juga yang saya siapin." jelas Santi.
" Tapi kamu lagi masak san, biar ibu saja." jawab Bu Hamidah.
Namun bu Hamidah di dorong ke depan oleh Santi. Mau tak mau bu Hamidah menemani tamunya tak enak di tinggal.
Santi pun langsung membuatkan minuman untuk tamu Bu Hamidah. Serta membawakan makanan ringan untuk tamunya bu Hamidah setelah mematikan kompornya. Tinggal menunggu opor ayam matang saja.
Iren yang mendengar ada yang datang pun menghentikan percakapannya dengan Mila. Agar tidak ada yang tahu maksud kedatangannya kesini.
Bu Hamidah pun kembali menemani tamu - tamunya.
" Sebentar ya minumannya sedang di buatin. " gimana kabar suami kami iren ?." tanya bu Hamidah.
" Oh suami saya ma gitu - gitu ja mbak, kenalkan mba ini keponakan saya dari mahendra." jelas Iren.
" Salam kenal tante saya Mila." jawab Mila malu - malu.
" Mba Mila ini anak yang baik, cantik lagi." jelas Iren.
Bu Hamidah menjadi kikuk dan mengangguk saja atas penjelasan Iren yang lebih membanggakan Mila.
" Mba kan si Raka belum menikah sama Mila aja mba dia cantik dan baik lagi mba." Iren mencoba menjodohkan Mila denga Raka.
" Tapi mba Raka sudah menemukan seseorang mba untuknya." jelas Bu Hamidah.
" Alah mba pilihan Raka pasti mau hartanya Raka saja mba, yang paling baik itu hanya Mila mba. Mba tidak akan mendapatkan calon menantu yang baik selain Mila mba." Iren menolak Raka mempunyai calon mala menjodohkan Raka dengan Mila keponakannya. Agar harta Raka bisa dibagi dengan Iren.
Santi yang membawakan minuman pun merasa terkejut dan ucapan tamu bu Hamidah. Lalu Santi melihat wanita cantik berkulit putih bersih dan beramput panjang. Duduk di samping tamu yang menjodohkan Raka.
Setelah menyuguhkan makanan dan minuman Santi langsung pergi. Meninggalkan bu Hamidah serta tamu - tamunya.
Bu Hamidah yang melihat Santi datang pun terkejut merasa tak enak dengan ucapan saudara jauhnya yang menjodohkan Raka dengan keponakannya di depan Santi calon istri Raka.
Bu Hamidah memotong Iren yang akan melanjutkan ucapanya.
" Silahkan diminum dan di cicipi makanannya." tawar Bu Hamidah.
" Iya." Jawab Mila.
" Mba itu pembantu baru ya, kok penampilanya parah banget buluk banget si ?." tanya Iren.
Santi yang masih tak berada jauh dari ruang tamu mendengarnya langsung menangis berlari kebelakang rumah.
Sedangkan Bu Hamidah bingung mau mengucapkan apa lagi untuk membela Santi.
" Maaf ya Iren dia tidak buluk hanya menutup aurat saja, dan dia bukan pembantu baru disini. Tapi dia adalah calon istri Raka karena Raka sudah melamarnya. " jelas bu Hamidah seramah mungkin.
" Ga salah mba model kayak pembantu gitu di jadikan istri, Apa Raka buta ya mba mending Mila lah mba kemana - mana. Sudah cantik baik lagi mba." ejek Iren.
" Maaf ya Iren itu pilihan anak saya, menurut saya itu tidak salah kok." jelas Bu Hamidah yamg masih membela Santi.
" Mba penampilan tidak menjamin dia baik loh mba, siapa tahu dia hanya mau harta anak mba aja itu." Iren mencoba mempengaruhi Bu Hamidah.
" Iren saya sudah menghargai kamu sebagai saudara jauh saya, namun kamu sudah bertindak jauh sekali dengan menghina calon menantu saya." geram bu Hamidah menghadapi Iren yang selalu menjelek - jelekan Santi.
" Ih mba di bilangin ga percaya banget si. Liat aja nanti jika pembantu itu hanya mau harta Raka saja. " jelas Iren yang merasa kesal karena tidak mau mendengarkan Saran darinya.
" Ayo Mila kita pulang." ajak Iren.
Mila pun bangun tanpa pamit terhadap bu Hamidah. Bu Hamidah pun tidak menghantarkan tamu - tamunya keluar. Karena merasa pusing dengan tingkah Iren.
Sedangkan Iren pun merasa kesal dan buru - buru keluar dari rumah saudaranya bersama Mila.
" Bagaimana ini Tante, kata Tante Raka belum mempunyai calon. Itu calonnya saja sudah ada di rumahnya?!." tanya Mila.
" Tante juga baru tahu Mil, setahu tante Raka itu terlalu polos sehingga mudah ditipu." jelas Iren.
" Terus sekarang bagaimana Tante, saya mau jadi nyonya rumah itu tante." rengek Mila.
" Gimana kamu pura - pura mendekati Raka di perusahannya saja bagaimana? " usul Iren.
" Sekarang kita ke perusahaan Raka saja." ajak Iren.
Iren dan Mila menaiki mobil Mila menujuh ke perusahaan Raka. Iren memberitahukan perusahaan Raka. Mila pun terkagum - kagum dengan perusahaan Raka.
Mila merengek meminta Raka harus menjadi suaminya. Iren menyusun rencana untuk mendekati Iren.
Iren mengamati selama setengah jam akhirnya Raka keluar dengan mobilnya. Mila dan Iren menjalankan rencananya.
Mobil Raka melaju perlahan meninggalkan kantornya tak lama Mila berjalan menyebrang menabrakan dirinya di mobil Raka.
Raka langsung mengerem mendadak, namun Mila terpental cukup dekat hingga membuat Mila mengalami luka - luka tidak terlalu parah.
Raka langsung turun dari mobilnya dan meboling Mila. Saat Raka datang Mila pura - pura pingsan.
Raka yamg melihat Mila pingsan pun langsung menggendong mila membawa ke rumah sakit terdekat.