seorang istri yang bersabar selama dua tahun menunggu suaminya berubah tapi malah berulah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fatimah Afath ( arasimah ), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Draft
Raka tahu karena ibunya begitu menyayangi anaknya. Bu Hamidah juga tidak tahu tempat menyuapi makan anaknya. Membuat Raka malu tapi mau tak mau menerima saja.
Setelah makan selama dua puluh menit akhirnya habis juga makanan yang dimasak oleh bu Hamidah. Telah disuapkan ke dalam mulut Raka oleh bu Hamidah.
Raka langsung mengajak pulang tapi sebelumnya telah menawarkan terlebih dahulu mau ketempat lain terlebih dahulu atau langsung pulang. Pak Parman sudah mengatakan untuk langsung pulang terlebih dahulu.
Maka Raka langsung masuk mobil bersama bu Hamidah, Santi, Surti dan Parman. Setelah mengecek tidak ada yang ketinggalan Raka memacu mobilnya keluar dari halaman pengadilan terlebih dahulu. Baru menujuh jalan besar untuk pulang ke rumah.
Raka mengantar pak Parman, bu Surti dan Santi terlebih dahulu ke rumahnya. Pak Parman menawarkan untuk mampir terlebih dahulu namun Raka menolak untuk mampir karena hari sudah sore.
Bu Hamidah juga menolak dengan alasan yang sama dengan Raka. Maka pak Parman dan bu Surti tak memaksa dan mereka mengucapkan terima kasih karena sudah mau direpotkan.
Raka memacu mobilnya untuk sampai di halaman rumahnya. Parman dan Surti langsung membuka pintu untuk masuk ke dalam rumah. Waktu sudah menunjukan pukul enam belas lewat tiga puluh menit. Mereka langsung bebersih lalu melakukan sholat Azar.
Setelah sholat azar Santi dibantu Surti membuat makanan untuk dimakan bersama. Setelah selesai masak Santi menyiapkan makan di meja makan. Sedangkan Surti memanggil pak Parman suaminya untuk diajak makan bersama.
Pak Parman datang bersama Surti. Santi yang melihat pak Parman di papah oleh Bu Surti bertanya," kenapa pak Parman di papah lagi bu ?." tanya Santi.
" Tidak tahu ini bapak kakinya bengkak lagi, apa karena kecapean di paksa jalan hari ini." Jawab bu Surti.
" Mungkin bu, besok periksa lagi saja." Santi memberikan Sarannya.
" Iya nak, kamu besok kerja saja biar ibu yang antar bapak." jawab Surti.
" Baik bu, saya juga tak enak karena sering izin sakit ." ucap Santi.
Mereka pun makan bersama dalan diam. Karena memang sudah sangat lapar sejak di pengadilan. Namun merasa tak enak dengan Raka dan bu Hamidah.
Pak Parman rencananya besok akan kontrol untuk kakinya yang masih bengkak susah diajak jalan. Setelah selesai makan Santi membantu Surti untuk bebersih piring dan meja.
Setelah makan dan bebersih piring Santi mengobrol bersama Pak Parman.
" Pak apa kakinya tambah sakit ?." Tanya Santi.
" Iya, ini tambah bengkak jadi kalau dibuat jalan agak tambah sakit." Jawab Pak Parman.
" Maaf ya pak saya tidak bisa mengantar bapak besok." ujar Santi.
" Iya nak, tidak apa - apa biar nanti sama ibu saja." jawab Parman.
" semoga baik - baik saja ya pak, besok " ujar Santi.
" Amiin" Jawab Parman.
Santi pamit untuk kembali ke kamarnya Parman pun mengizinkannya. Setelah rapih Surti menghampiri Parman mengajak Parman untuk istirahat.
Parman meminta Surti untuk mengecek pintu dan jendela apakah sudah dikunci semua. Surti pun menuruti semua perintah Parman. Setelah semua di cek Parman dan Surti kembali ke dalam kamarnya.
Parman jalan tertatih - tatih hingga sampai di dalam kamarnya. Sambil dituntun oleh Surti untuk sampai ke kamarnya.
Setelah sampai kamar Parman langsung di naikan ke atas kasur dan merebahkan badannya. Surti ikut naik ke kasur dan membaca doa sebelum tertidur.
Sedangkan Santi juga sudah lelap tertidur di dalam kamarnya. Raka yang sejak pulang jadi lebih memikirkan tentang bagaimana pendapat Santi tentang dirinya.
Raka masih di luar kamarnya sambil menghabiskan sebatang rokok dan sebuah air mineral botol. Raka ingin segera melamar Santi menjadi istrinya.
Namun takut di tolak oleh Santi karena status mereka yang berbeda. Apalagi Santi seorang Janda kini. Entah kenapa Raka jadi ragu untuk melamar Santi. Takut Santi merasa minder dengannya.
Raka semakin pusing dibuatnya. Raka jarang membawa pulang kerjaan ke dalam rumah. Raka lebih senang jika kerjaan di kerjakan dari kerjaan kalau sudah di rumah saatnya istirahat.
Bu Hamidah sudah tidur di dalam kamarnya sendiri. Karena merasa lelah hari ini mengikuti jalanannya pengadilan. Pagi - pagi juga tadi bu Hamidah sudah masak banyak makanan. Sehingga sekarang sudah terlelap.
Kini waktu menunjukan pukul delapan malam. Saatnya yang lain istirahat memejamkan matanya karena besok harus bangun pagi lagi.
Pagi harinya Santi sudah bangun membantu Surti masak dan bebesih rumah. Setelah Rapih Santi melaksanakan ibadahnya sholat shubuh.
Santi juga membantu menyiapkan makanan di meja makan. Setelah sholat shubuh semua makan bersama di meja makan. Namun Parman masih belum dapat ke masjid untuk menjalankan tugasnya. Karena kakinya mala semakin bengkak setelah kemarin di paksa berjalan di sepanjang pengadilan.
Setelah Sarapan bersama Santi langsung berangkat kerja di rumah bu Hamidah. Santi berjalan untuk menujuh rumah bu Hamidah.
" Assalamualaikum," Santi memberikan salam
" Walaikumsallam, masuk San tidak di kunci pintunya. " Jawab bu Hamidah dari dalam rumah.
Santi langsung masuk dengan membuka pintunya sendiri. Santi berpamitan untuk segera kebelakang untuk bebersih. Namun bu Hamidah mengajak mengajak Santi untul sarapan bersama tapi di tolak oleh Santi. Santi minta maaf jika sudah sarapan di rumah tafi bersama pak Parman dan bu Surti.
Santi langsung ke belakang untuk beberes kerjaanya. Saat Santi kebelakang sedang mencuci baju memisahkan baju putih dan berwarna. Raka datang tiba - tiba meminta waktu kepada Santi untuk bicara.
Santi pun berhenti mengerjakan pekerjaanya. Raka bertanya," Maaf Santi sebelumnya saya mau bertanya boleh ?. "
" Silahkan mas selama saya masih bisa jawab" jawab Santi.
" Bagaimana pendapat kamu tentang saya ?." tanya Raka.
" Tentang mas Raka ya, mas Raka itu baik dan suka menolong " jawab Santi.
Raka yang mendengar pendapat tentangnya baik semua. Memberanikan diri untuk melamar Santi.
" Maaf Santi jika saya melamar kamu bagaimana? " Tanya Raka.
Santi yang terkejut dengan pertanyaan dari Raka belum siap menjawab. Hanya bisa diam saja. Karena Santi merasa ragu dan merasa tidak pantas untuk Raka. Apalagi Santi adalah seorang janda miskin tidak punya orang tua.
Santi hanya menganggap pertanyaan Raka sebuah candaan saja. Namun Raka merasa serius berkata ingin melamarnya.
Raka melihat keraguan di dalam diri Santi bertanya lagi untuk memastikannya.
" Bagaimana San ? " tanya Raka.
" Maaf mas, saya tidak pantas untuk mas Raka." jawab Santi.
Itu adalah jawaban yang bisa Santi jawab. Walau terdengar menyakitkan untuk Raka. Itu lebih baik daripada Santi tidak tahu diri yang statusnya kini adalah seorang pembantu di rumahnya dan seorang janda.
Raka sudah menduga jawaban Santi sebelumnya. Raka ingin meyakinkan Santi, namun di tolak oleh Santi jika omongan Raka hanya sebuah candaan oleh Santi.
Santi langsung melarikan diri ke belakang rumah Raka. Raka yang ditinggalkan merasa bingung harus meyakinkan Santi bagaimana.
Ketakutan Santi lebih besar kini, apalagi tentang statusnya yang kini telah berubah dan di pandang sebelah mata oleh orang - orang.