NovelToon NovelToon
CINTA NARA

CINTA NARA

Status: tamat
Genre:Romantis / Sudah Terbit / Cintamanis / Patahhati / Tamat
Popularitas:3.8M
Nilai: 4.8
Nama Author: Aisha Bella

Musim 1 (1-103) Musim 2 (104-226) Musim 3 (227-310)

Kisah cinta yang telah terjalin sekian lama, tiba-tiba harus kandas di tengah jalan, setelah seorang lelaki lain merenggut kehormatan sang kekasih dan membuatnya mengandung benih dari lelaki tersebut.

Rencana pernikahan mereka terpaksa pupus begitu saja karena sang kekasih mau tidak mau harus dinikahi dan menjadi istri dari lelaki yang telah menodainya, demi masa depan anak dalam kandungannya.

Bagaimanakah akhir kisah mereka? Akankah takdir berpihak pada cinta keduanya ataukah sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisha Bella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35 PEMBALASAN SETIMPAL

Alan terpaksa berjalan sedikit terseret, mengikuti seorang lelaki yang terus mencengkeram erat lengannya, tanpa sepatah kata pun.

Wajahnya tampak memerah menahan emosi yang sudah tersulut saat melihat Alan berdiri di luar ruang perawatan Nara.

Sampai di ujung koridor, lelaki itu menghempaskan tangan Alan dengan kasar. Nafasnya terengah-engah, dengan sorot mata penuh amarah.

Buggg...!!! Pukulan pertama melayang mengenai pipi kiri Alan hingga wajahnya terpaling ke samping dengan darah yang menetes di sudut bibirnya.

"Ini untuk tangisan Nara karena melihatmu bersama wanita lain...!"

Buuggg...!!! Pukulan kedua mendarat sangat keras di pipi kanan Alan, membuat tubuhnya mulai terhuyung tak seimbang.

"Ini untuk kesedihan Nara karena memikirkan kemesraanmu dengan wanita itu...!!"

Buuuggg...!!! Pukulan ketiga bersarang di bagian perut Alan yang akhirnya jatuh terkulai, lemah tak berdaya.

"Dan ini, karena kamu telah membahayakan kondisi Nara dan kandungannya...!!!"

Alan jatuh terduduk bersandar dinding putih di belakangnya. Wajahnya meringis menahan sakit akibat pukulan yang bertubi-tubi.

Tangan kanannya memegangi perut yang terasa nyeri dan sesak, sementara tangan kirinya menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya yang pecah dan robek.

Ardi datang dengan berlari cepat diikuti seorang perawat laki-laki yang sempat melihat Alan ditarik paksa dan kemudian melaporkannya pada sang pemilik klinik.

"Yoga! Apa yang kamu lakukan? Jangan main pukul sembarangan, ini tempat umum!!"

Ardi menghalangi langkah lelaki yang tak lain adalah Yoga, sahabatnya, juga sahabat Alan, dulu. Yoga masih diselimuti emosi yang belum tuntas dan masih ingin dilampiaskannya pada Alan. Namun Ardi dan perawatnya telanjur datang, hingga dia hanya bisa mengepalkan tangan erat-erat untuk menahan kemarahannya.

"Aku hanya membalaskan sakit hati yang dirasakan istriku karena perbuatannya! Gara-gara dia, Nara menjadi seperti ini!!"

Melihat kejadian di depan matanya, Ardi menyesali tindakannya beberapa waktu sebelumnya. Jika tahu akhirnya akan seperti ini, dia tidak akan melakukannya, menghubungi Alan dan memberitahu lelaki itu tentang kondisi Nara yang dirawat di kliniknya.

Perawat yang datang bersama Ardi berjongkok, membantu Alan berdiri dengan tubuh yang masih limbung.

"Bawa dia ke ruanganku, dan obati lukanya!" Perintah Ardi pada sang perawat yang segera menopang tubuh Alan dan berjalan pelan bersamanya, menuju ke ruangan pemilik klinik.

Setelah Alan menjauh dan menghilang di persimpangan koridor, Yoga menyandarkan tubuhnya ke belakang. Dia menengadahkan kepalanya, terpejam dan terlihat begitu kesakitan.

Tangannya meremas dada kirinya, menahan nyeri yang teramat sangat menyiksanya.

(Mengapa harus sekarang, Ya Allah! Aku tidak ingin menjadi lemah saat ini. Aku harus berada di sampingnya dan terus menjaganya...)

"Ga! Kamu kenapa? Ka-kamu....??"

Ardi panik melihat Yoga yang terlihat pucat dan semakin lemah, hampir kehilangan kesadarannya.

"A-aku tidak membawa obatku. Semuanya ada di dalam tas kerjaku, di rumah Nara..."

Ardi semakin bingung dan cemas melihat keadaan Yoga yang semakin lemah.

Akhirnya dengan susah payah dia memapah Yoga dan membawanya masuk ke salah satu ruangan terdekat yang masih kosong. Kebetulan di lantai atas kliniknya, tidak terlalu banyak pasien yang dirawat, sehingga dia bisa menyembunyikan Yoga di sana.

Ardi membantu Yoga berbaring di atas tempat tidur, membuka ikat pinggang dan pengait di celananya, lalu membuka kancing kemejanya.

Dia melihat dengan jelas luka bekas operasi di bagian dada Yoga, yang sudah mulai samar dan menyatu dengan kulit permukaan tubuhnya.

Tangan Yoga kembali mencengkeram dada sebelah kirinya dengan wajah kesakitan dan kian pias.

"Hub-hubungi Beno!"

Dengan cepat Ardi mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan segera menghubungi Beno untuk memintanya mengambilkan tas kerja Yoga di rumah orangtua Nara.

Kebetulan selepas dari musholla, Bapak dan Indra pulang lebih dulu untuk menyalakan penerangan di dalam rumah karena hari sudah semakin gelap.

Tanpa banyak pertanyaan, dengan sigap Beno melaksanakan perintah sang atasan yang disampaikan melalui Ardi.

"Jangan katakan pada siapa pun!" Yoga kembali mengingatkan sahabat kecilnya, karena hanya dia yang tahu tentang sakit yang dideritanya.

Ardi mengangguk dengan berat hati. Dia punya kenalan dokter spesialis terbaik yang bisa menangani Yoga. Tetapi lelaki itu bersikeras tidak ingin melakukan tindakan apa pun di kota ini. Dia tidak mau mengambil resiko yang membuka peluang orang lain akan mengetahui tentang kondisinya.

Setelah itu Yoga memejamkan matanya, tidak sadarkan diri karena terus menerus menahan kesakitan yang semakin tak terkendali.

Ardi semakin panik. Dia memeriksa keadaan Yoga dan syukurlah semuanya masih normal. Hanya kondisi tubuhnya yang memang lemah ditambah kesakitan yang kembali menyerangnya dan tidak segera diredakan dengan obat penawarnya, sehingga lelaki itu hilang kesadaran.

Dia meninggikan posisi kaki Yoga, membuat tumpukan bantal dan guling untuk menyangga posisi kakinya tetap lebih tinggi dari badan dan kepalanya.

Dokter tampan kekasih sang perawat itu menghubungi Bunga, memintanya untuk menyusul ke ruangan di mana dia menyembunyikan Yoga saat ini.

Tidak butuh waktu lama, Bunga datang sambil membawa dua gelas air putih sesuai permintaan Ardi. Perawat itu tampak terkejut melihat ada Yoga di sana dengan kondisi tak sadarkan diri.

"Apa dia sedang sakit?" Tanya Bunga dengan suara lirih.

Nampan berisi gelas air putih hangat yang dibawanya sudah diletakkan di atas meja. Dia berdiri di samping Ardi sambil terus mengamati keadaan Yoga yang telentang bertelanjang dada.

"Nanti aku ceritakan semuanya padamu. Tapi tolong rahasiakan hal ini dari siapa pun, tanpa kecuali!"

Ardi menangkupkan kedua sisi kemeja Yoga yang semula dibukanya, menutupi tubuh kekar nan menggoda itu agar tak terlihat lagi oleh Bunga.

"Jangan terus-menerus memandangnya! Nanti kau bisa tertarik padanya dan melupakan aku..."

Ardi berbisik lembut di telinga Bunga lalu mencium bibirnya sekilas, membuat Bunga tersenyum malu dengan tingkah spontan sang kekasih.

Kemudian lelaki itu kembali memantau keadaan Yoga, memeriksa detak jantung dan denyut nadinya, memastikan bahwa semuanya tetap normal, sembari menunggu kedatangan Beno yang membawakan obat untuk atasannya.

Setengah jam berlalu dari saat Ardi menghubunginya, akhirnya Beno menelepon Ardi dan memberitahu jika dirinya sudah berada di lobby klinik.

Ardi meminta Bunga untuk menemui Beno dan segera kembali dengan membawa tas kerja Yoga. Sementara itu Beno memilih untuk berjaga di depan ruangan Nara sembari menunggu titah berikutnya dari sang atasan.

Ardi menepuki pipi Yoga dengan sedikit keras untuk memancing kesadarannya.

"Ga, bangun Ga! Obatmu sudah ada, cepat diminum dulu!"

Setelah beberapa kali tepukan dan panggilan yang semakin keras, Yoga membuka mata dan mulai merasakan kesakitannya lagi. Dia memegangi dadanya dan menahan nyeri yang masih menyerangnya.

Ardi membantunya untuk duduk dan Bunga menyodorkan gelas air putih yang tadi dibawanya. Obat yang dibutuhkan sudah diambil oleh Ardi dan segera diberikannya pada Yoga yang langsung menelannya secara bersamaan.

Lelaki itu memejamkan matanya dan mengatur nafas sebaik mungkin hingga rasa sakit di dalam dadanya berangsur reda dan menghilang.

"Terima kasih."

Menyadari kehadiran Bunga di sana, Yoga segera merapikan kemeja dan celananya. Bunga yang melihatnya segera pamit keluar dan kembali melanjutkan tugasnya yang lain.

"Bagaimana keadaannya?" Yoga menanyakan kondisi Alan pada Ardi yang dijawab dengan gelengan kepala.

"Dari tadi aku ada di sini. Tapi jangan khawatir, perawat sudah menjaga dan mengobatinya." Jawab Ardi.

"Kamu memukulnya sangat keras, sampai dia tak berdaya seperti itu..." Imbuhnya lagi.

Yoga sama sekali tidak menyesali perbuatannya. Dia lega bisa melampiaskan kemarahannya pada Alan atas tindakannya yang telah membuat Nara sakit dan harus menjalani perawatan.

"Setidaknya kami impas sekarang. Dulu dia juga memukuliku lebih parah lagi, karena aku telah menodai dan menghamili Nara..."

.

.

.

Jangan lupa untuk selalu menyemangati kami  dengan Like, Komentar, Bintang 5, Vote & Favorit.

Terima kasih banyak untuk semua pembaca yang telah berkenan membaca dan menikmati novel kami.

Salam cinta dari kami.

💜Author💜

.

1
Bunda Ochie
cerita yg bagus keren mengahu biru👍😍 ..kisah kasih yg disampaikan dengan indah penuh dengan berbagai rasa.. cinta benci suka duka pengorbanan kesetiaan keikhlasan ... yg membawa pembacanya terhanyut masuk dalam ceritanya menembus relung hati❤ terimaksih kak author u ceritanya🙏💐😍
Citraleka Dhami
Hay kak aku mampir nih
Devi Amelia
kenapa cerita ini sangat menyentuh hatiku ? mengapa ?
Ai Hodijah
sekarang tarik napas dulu huh
nyeseknya gak kuat
Ai Hodijah
betul ra,apapun yang terjadi kita harus bisa melanjutkan hidup dan berbahagia
Ai Hodijah
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
sampai bab ini aku bacanya nangis terus,cinta segitiga yang menyayat hati
Ai Hodijah
seorang wanita pendiam,lemah lembut kalau harga dirinya terusik pasti marah juga
Ai Hodijah
sebenarnya jodoh itu gak ada yang tau,tapi kalau caranya seperti itu ya salah juga,semoga nantinya mereka ada cinta meskipun di awalnya salah
Ardhiya Adhia
kisahnya merasuk di jiwa ... merasa ikut sakit bacanya ... ad rasa yg gk rela ...yoga smoga gak di bkin meninggal sma kk otornya ...
Iva Mama'e Shakila
tp knp aq lbh sng alan sama nara yaa....soal nya gk sreg aja awal nya yoga sama nara kek gitu ..
Fachry Virendra
karya yg bagus
Nyoman Kusumayani
semangat
Herlina Sukawati
siapa perempuan yg dipukul sm mantan suamix
Herlina Sukawati
ceritakan pada Alan apa sebenarx yg disembunyikan yoga
Mutiara
bagus sekali
Ida Jubaida
😭😭😭
Kasmaran Nasma
sedih banget ceritanya 😭
Novi Handayani
bwt saya saja mas Rendy ,,Saya janda loh
Ida Jubaida
antara nyaman dan cinta..
Lusi Oktaria
gak sanguppp thorr nyesekkk 😭😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!