Kisah seorang menantu yang pernikahannya hancur karena ibu mertuanya yang memaksa putranya untuk menikah lagi dengan alasan sang menantu mandul. Vanniya harus merasakan sakit hati melihat kemesraan sang suami bersama madunya hingga ia membalas rasa sakit ini kepada ibu mertuanya.
Suatu hari ibu mertua Vanni mendapati sang suami membawa wanita lain ke rumahnya dengan status sebagai istri kedua. Wanita itu terduduk lesu, Vanni yang melihatnya segera mendekatinya.
" Bagaimana ma? Manis bukan madu yang aku kirimkan untuk mama?"
Bagaimana usaha Vanni balas dendam kepada ibu mertuanya? Apakah setelah ini Vanniya akan kembali kepada sang suami atau ia memilih meninggalkan suaminya dan menjalani kehidupan barunya?
Ikuti dan dukung kisah mereka berdua.
Baca pelan" dan tidak perlu boomlike karena akan mengurangi performa karya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MADU UNTUK IBU MERTUA
Tama yang melihat seorang wanita berlari menghampiri Vanni dengan membawa pisau segera berlari ke arah Vanni mendahului wanita itu.
" Vanni!!!!" Teriak Tama.
Vanni yang melihat Luna mengayunkan pisau pun ikut berteriak.
" Aaaaaaaa."
Sampai di depan Vanni, Tama langsung memeluk Vanni dimana ia membelakangi Luna. Tiba tiba
Jleb...
Pisau yang di genggam oleh Luna menancap di bahu Tama. Darah segar mengucur deras dari luka itu. Semua orang yang tadi mendengar teriakan Vanni pun berhamburan keluar menyaksikan kejadian penusukan yang di lakukan oleh Luna.
" Mas Tama!!!!" Teriak Vanni dengan mata melotot tak percaya Tama rela mengorbankan nyawanya untuk dirinya.
" Beraninya kau Luna!!! Kau harus mendekam di penjara!" Bentak Vanni penuh emosi. " Rolan!!!! Jebloskan dia ke penjara sekarang juga! Jangan biarkan dia lolos begitu saja." Titah Vanni.
" Baik Nona." Sahut Rolan. Ia menyeret tangan Luna lalu memasukkannya ke dalam mobil di ikuti security yang membawa Luna tadi.
Andreas yang melihat Vanni di peluk laki laki lain segera menghampirinya.
" Sayang kamu tidak apa apa?" Tanya Andreas menatap Vanni, tidak peduli dengan pria yang bersandar di tubuh Vanni saat ini.
" Tolong bantu aku bawa mas Tama ke rumah sakit." Ucap Vanni.
" Ta.. Pak Oktama maksudmu. Bos tempatku bekerja?" Tanya Andreas penasaran. Bagaimana wanita seperti Vanni bisa mengenal bos besar perusahaannya.
" Iya."
" Bagaimana kamu kenal pak Oktama?" Tanya Andreas.
" Shhh aku tidak apa apa sayang. Kau tidak perlu meminta bantuannya." Ucap Tama menahan perih di bagian lukanya.
" Baiklah biar aku sendiri yang membawamu ke rumah sakit mas." Ujar Vanni.
Tama mencabut pisau yang menancap di bahunya, darah mengucur semakin deras membuat Vanni merinding. Vanni merobek gaunnya lalu membalutkannya ke luka Tama agar pendaratannya berhenti meskipun hanya sementara. Melihat itu membuat Andreas emosi, ia mengepalkan erat tangannya lalu menatap Vanni dengan tajam.
" Jadi ini yang membuatmu begitu ingin bercerai denganku?"
Vanni menatap Andreas saat merasa pertanyaan itu di tujukan untuknya.
" Tidak ada hubungannya dengan mas Tama." Sahut Vanni.
" Tentu saja ada, apa dia pria yang telah menghamilimu?" Tanya Andreas lagi.
" Ya, aku orangnya. Lalu mau apa kamu?" Sahut Tama membalikkan badan menatap Andreas.
" Anda pria terhormat, tapi kenapa anda tega menghancurkan pernikahan orang lain?"
" Heh." Dengus Tama. " Pernikahan kalian hancur akibat ulah kamu sendiri. Kamu yang menduakan Vanni dan membiarkan ibumu menginjak injak harga dirinya terus menerus. Seorang wanita butuh di pahami brother. Apalagi setelah istri keduamu hamil, dengan mudahnya kau mencampakkan dan menceraikan Vanni. Jadi jangan salahkan orang lain atas perbuatanmu sendiri." Ucap Tama begitu menusuk hati Andreas.
" Sudah mas, ayo kita ke rumah sakit! Lukamu lebih penting daripada meladeni pria sepertinya." Ujar Vanni.
" Pria seperti apa?" Ucap Andreas. " Pria yang bukan menjadi idamanmu lagi? Sekarang pria kaya yang menjadi idamanmu. Aku tidak menyangka, wanita sepertimu bisa naik ke ranjang CEO perusahaan besar Vanni. Aku akui, seleramu cukup tinggi." Imbuh Andreas.
Tiba tiba..
Bugh
Tama menghadiahkan bogeman pada pipi kanan Andreas hingga sudut bibir Andreas terluka.
" Jaga mulut kotormu itu Andreas! Vanni bukan wanita seperti itu. Andai saja dulu kau tidak hadir dalam hubungan kami, kami sudah lama menikah." Ucap Tama tidak peduli dengan lukanya. Ia tidak terima wanita yang selama ini ia cintai di hina oleh orang lain.
" Apa kau mau bilang kalau kau mantan tunangan Vanni?"
" Ya, memang begitulah adanya. Kami telah di jodohkan sejak kecil, tapi kau hadir merusak segalanya." Sahut Tama.
" Apa aku percaya?" Andreas terkekeh. " Tidak tuan Oktama. Darimana kalian bisa menjadi mantan tunangan akibat perjodohan sedangkan Vanni tidak punya siapa siapa di dunia ini. Vanni tidak punya keluarga, dia hidup sebatang kara. Hanya aku yang dia punya, tuan Oktama." Ucap Andreas penuh penekanan.
" Sayang sekali, selama tiga tahun kalian bersama tapi kamu tidak bisa mengenali Vanni lebih dari aku. Siapa bilang Vanni tidak punya keluarga? Dia masih punya ayah dan ibu, brother." Ucap Tama menepuk pundak Andreas yang nampak tercengang.
" A.. Apa? Vanni punya keluarga? Dimana?" Tanya Andreas seperti orang linglung.
" Kau jangan berbohong anak muda!" Tiba tiba nyonya Ratna angkat bicara. " Selama ini tidak ada keluarga Vanni yang menemuinya. Dia memang tidak punya siapa siapa selain mengandalkan putraku. Dan kau tidak boleh menyalahkan anakku karena menikah lagi. Kami butuh pewaris keluarga ini agar kelak keluarga kami tidak berhenti sampai di sini. Tapi rupanya aku salah, aku tidak menyangka kalau anakku lah yang bermasalah di sini. Kalau kamu mau Vanni, kami bisa menerimamu kembali meskipun kamu telah mengandung anak orang lain." Ucap nyonya Ratna.
" Aku tidak akan mengijinkan Vanni kembali pada keluarga seperti keluarga kalian. Keluarga yang tidak bisa menghargai satu sama lain. Dan kau Andreas." Tama menatap Andreas, " Kau di pecat dari perusahaan karena perusahaan memiliki aturan tidak boleh menikah lagi setelah punya istri. Dan kau telah melanggar aturan itu."
" Apa????" Pekik Andreas. " Jangan pecat saya pak! Kalau saya di pecat saya mau makan apa?" Pinta Andreas.
" Saya tidak mau tahu." Sahut Tama. " Asal kamu tahu, kamu bisa bekerja di sana dengan jabatan tinggi itu karena Vanni. Dia yang membantumu tanpa kamu tahu."
Andreas kembali terkejut mendengar ucapan Tama. Ia pun menatap Vanni dengan tatapan entah.
" Bagaimana bisa karena Vanni?" Tanya Andreas.
" Karena dia pemilik saham tiga puluh persen di perusahaanku."
Entah berapa kejutan lagi yang akan Andreas dengar malam ini.
" Sebenarnya siapa kamu Vanniya? Kenapa begitu banyak sesuatu yang kamu sembunyikan dariku? Bagaimana kamu bisa menanam saham sebesar itu di perusahaan terbesar di kota ini?"
Vanni hanya diam, ia tidak mau membongkar identitasnya saat ini. Urusannya dengan ibu mertua belum selesai.
Andreas mengguncang kedua bahu Vanni. " Katakan Vanni! Siapa kamu sebenarnya!" Tuntut Andreas.
" Aku Vanniya Savera dari keluarga Azkara.
Jeduarrrrr....
Siapa yang tidak mengetahui keluarga Azkara? Bahkan di seluruh kota ini tahu jika keluarga Azkara adalah keluarga terkaya di negeri ini.
" Apa? Kamu dari keluarga Azkara?" Pekik nyonya Ratna yang sama terkejutnya dengan Tama. Bagaimana ia bisa tidak tahu menahu soal ini? Dan bagaimana ia bisa menyentuh anggota keluarga dari keluarga Azkara.
" Ya, aku putri satu satunya tuan Azka Azkara. Aku memang menyembunyikan identitasku karena rasa cintaku padamu. Aku takut kau akan rendah hati jika tahu wanita yang menyukaimu berasal dari keluarga Azkara. Aku hanya ingin membuatmu nyaman Andreas. Tapi sepertinya memang kita tidak di takdirkan untuk bersama hingga kita harus berpisah di sini." Ungkap Vanni.
Andreas menggenggam tangan Vanni, " Tidak Vanni. Kita masih bisa bersama. Tolong maafkan aku! Mari kita mulai semuanya dari awal. Siapapun kamu aku tidak peduli, asalkan kamu nyaman bersamaku." Ucap Andreas.
" Tapi sayangnya rasa nyaman itu sudah lama hilang mas. Hubungan kita cukup sampai di sini." Vanni melepas tangan Andreas dari tangannya.
" Atau sebenarnya kau telah berbohong padaku?" Tuduh Andreas.
Vanni mengerutkan keningnya.
" Kau bukan putri dari keluarga Azkara. Kau berbohong hanya untuk menghindariku. Jika benar kau putri dari keluarga Azkara, lalu kenapa tuan Azka tidak menjemputmu saat dia tahu kalau putrinya telah dimadu oleh suaminya? Apa dia tidak peduli dengan putrinya?"
" Diam kau Andreas!!!!" Ucap Vanni dengan nada tinggi.
" Iya benar, kalau dia dari keluarga Azkara masa' iya anaknya di sakiti bapaknya diam saja."
" Aku rasa dia memang berbohong. Apalagi putri keluarga Azkara tidak pernah terekspos. Kabarnya dia tinggal di luar negeri. Pasti nona ini mengaku ngaku supaya suaminya minder untuk tetap terus bersamanya."
" Ya, dia harus membuktikan kalau dia putri dari keluarga Azkara!"
Banyak desas desus dari para tamu undangan yang meragukan pengakuan Vanni. Memang selama ini keluarga Azkara tidak pernah mengekspos Vanni ke media atau sekedar di bawa ke berbagai jamuan rekan bisnisnya. Hal ini membuat mereka tidak tahu bagaimana wajah putri satu satunya keluarga Azka.
" Aku tidak perlu membuktikan apapun pada kalian. Kalian mau percaya atau tidak, itu bukan urusanku." Ucap Vanni dengan tegas.
" Setidaknya kalau kamu berkhayal jangan ketinggian Vanni. Kalau memang dari keluarga tidak punya, ngaku aja. Jangan bawa bawa orang terkaya di negeri ini. Bisa kualat lhoh nanti." Ujar nyonya Ratna.
" Aku sudah bilang aku tidak mau menjelaskan apa apa." Ucap Vanni.
" Tidak apa apa kalau begitu, yang jelas siapapun kamu aku masih sangat mencintaimu. Kembalilah padaku sayang! Aku pasti akan memperlakukan kamu dengan baik. Aku janji tidak akan mengulang kesalahan itu lagi. Mau ya kembali padaku, kamu masih cinta kan sama aku. " Vanni terdiam membuat Tama salah paham padanya.
" Awh sakit!!!" Rintih Tama.
" Mana yang sakit mas?" Tanya Vanni khawatir.
" Sepertinya luka ini infeksi, sakit sekali." Ucap Tama.
" Ayo kita ke rumah sakit sekarang." Tanpa membuang waktu Vanni segera menuntun Tama ke mobilnya meninggalkan Andreas. Tama menoleh ke belakang lalu tersenyum tipis.
" Aku tidak akan membiarkan kamu mendekati calon istriku lagi. Dari awal Vanniya milikku dan sampai kapan pun dia tetap menjadi milikku selamanya. Aku sudah memberimu kesempatan selama tiga tahu Andreas, namun kau tidak menggunakan kesempatan itu dengan baik." Ujar Tama dalam hati.
Andreas yang melihat kepergian mereka mengepalkan erat tangannya.
" Aku pasti akan mengambil Vanni kembali. Tidak peduli jika status kami terbentang jauh bagaikan langit dan bumi. Yang penting aku mencintainya dan aku yakin dia masih mencintaiku. Tadi dia bilang melakukan hubungan itu karena ingin membuktikan tuduhan mama kalau dia mandul, itu berarti Vanni tidak memiliki perasaan apa apa kepada tian Oktama. Aku akan mengejarmu lagi sayang." Batin Andreas.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi ini nyonya Ratna kembali ke rumahnya setelah semalam menginap di rumah Andreas. Kondisi Andreas begitu kacau setelah di tinggalkan Vanni. Ia mabuk mabukkan sampai pagi, bahkan ia menghabiskan sepuluh botol sendirian membuat dirinya muntah muntah di atas kasur. Alhasil nyonya Ratna harus beberapa kali mengganti sprei.
" Lhoh kok rumah nggak ke kunci? Atau papa sudah pulang ya. Kok nggak ngabarin mama sih." Gumam nyonya Ratna saat melihat pintu rumahnya terbuka sedikit.
Ceklek...
Nyonya Ratna masuk ke dalam, ia berjalan menuju ruang tamu dimana sayup sayup ia mendengar orang yang sedang mengobrol. Dan benar saja, di sana ada suaminya bersama dengan seorang wanita seusia Vanni. Tentu saja itu Hana, istri keduanya.
" Pa, papa sudah pulang. Kok nggak ngabarin mama sih. Mama kangen tahu pa sama papa." Ucap nyonya Ratna menghampiri suaminya.
Namun tuan Ardi tidak membalas ucapannya, ia justru menggenggam tangan Hana membuat nyonya Ratna heran.
" Dia siapa pa? Siapa wanita ini? Kenapa papa menggenggam tangannya? Katakan pa siapa dia!" Desak nyonya Ratna.
" Dia istri baruku ma."
Jeduarrrrrrrr
TBC....