9 tahun yang lalu satu keranjang berisi dua bayi laki-laki yang masih merah tiba di kediaman Houston. Tidak ada yang tahu siapa yang meletakkan dua bayi tak berdosa itu di luar pintu pada cuaca dingin seperti itu.
Dua bayi itu tumbuh menjadi anak laki-laki yang sangat Jenius dan sangat mirip dengan Ravenhart Houston. Pria paling populer di negara A. Tanpa sepengetahuan Raven, Dua bocah yang bernama King dan Leonard penasaran dengan sosok ibu yang membuang mereka. Akan kah mereka bisa menemukan ibunya? Atau justru mereka akan mencari ibu baru? Simak kisahnya di sini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35. Pertemuan Keluarga
Hari-hari Seravina berlalu begitu saja. Kesedihan atas meninggalnya nenek Grite, kini sudah berganti dengan kebahagiaan. Seravina sudah menerima takdir neneknya. Jadi tidak ada gunanya berlarut-larut dalam kesedihan.
Hari ini, sebelum Yoshino dan Victoria kembali ke Jepang. Mereka makan malam bersama dengan Raven dan juga anggota keluarganya. Acara ini bertujuan untuk mempererat hubungan antara keluarga mereka.
Seravina berangkat dari rumahnya bersama King dan Leonard. Sedangkan Raven akan berangkat dari kantornya. Karena dia memiliki pekerjaan yang mendesak.
Saat di dalam mobil, Seravina duduk di tengah sementara dua anak kembarnya masing-masing duduk di samping kiri dan kanannya.
"Bu, berarti setelah ini ibu dan ayah akan segera menikah?" tanya King dan Leonard.
"Mungkin."
"Kenapa mungkin? Apa maksudnya?"
"Ibu dan ayah memang berencana menikah, hanya saja masih belum pasti."
"Bu, apakah kau tidak menyayangiku dan Leon?"
"Ibu sangat menyayangi kalian. Hanya saja, kita tidak bisa terlalu terburu-buru."
"Bu, kami juga ingin seperti teman-teman kami yang lain. Punya orangtua yang lengkap dan selalu mendukung kami dalam setiap hal."
"Ibu dan ayah pasti akan selalu mendukung kalian. Ibu perlu mengurus hal satu dan yang lainnya terlebih dulu sebelum menikah dengan ayah, tapi ibu berjanji ini tidak akan lama lagi," ujar Seravina. King dan Leonard bersorak senang.
Saat mereka tiba di restoran yang disepakati, Seravina berjalan menggandeng King dan Leonard di kiri dan kanannya. Orang-orang memandang terkesima melihat kehadiran mereka bertiga.
King dan Leonard menyita banyak perhatian, tak terkecuali oleh sekelompok keluarga yang duduk di dekat pintu masuk.
Salah satu dari mereka berdiri dan menyapa kedua bocah itu. Raut wajah King dan Leonard yang semula berbinar, langsung seketika berubah.
"Kalian di sini bersama ayah kalian?"
"Kami di sini bersama dengan ibu kami. Aunty bisa lihat 'kan? Dan kemungkinan ayah akan menyusul. Memangnya kenapa aunty Chaterine ingin tahu?" ujar Leonard, datar.
Wajah Chaterine mendadak kaku. Dia tidak menyangka mulut Leonard masih sangat tajam meskipun berada di tempat umum.
"Harumi, kenapa kau masih berdiri di sini? Bukankah kau akan membuat calon mertuamu menunggu?" Victoria dan Yoshino berdiri di belakang Seravina dengan alis berkerut tak senang.
"Kami akan segera ke sana, Bu. Sebaiknya ibu dan ayah temui dulu orang tua Raven. Aku dan anak-anak akan segera menyusul," kata Seravina dengan wajah tenang.
Chaterine memandang Seravina dengan tatapan merendahkan. Akan tetapi, Seravina sama sekali tidak terpengaruh. Dia tetap terlihat tenang dan datar,
Semua orang yang sejak tadi memandangi mereka langsung bergosip. Mereka mendengar nama Raven disebutkan. Mungkin di pikiran orang-orang itu langsung tertuju pada sosok CEO muda yang sangat berkompeten dan berdarah dingin di industri bisnis.
Bisik bisik orang di sekeliling mereka terdengar seperti dengungan lebah. Mereka bisa melihat si kembar ini sebagai keturunan dari keluarga Houston yang begitu tersohor di negara A saat ini. Dan mereka menerka jika wanita yang menggandeng kedua bocah tampan itu pastilah kekasih Raven dan wanita yang lainnya adalah teman kencannya.
"Aunty, bisakah aunty minggir dari jalan kami?"
Leonard benar benar tidak memberi wajah pada Chaterine, wanita itu akhirnya menyingkir dengan tangan terkepal. Sedangkan Seravina dia tetap memasang wajah tenang dan tenang. Tidak peduli seberapa lawannya memberikan tatapan intimidasi, selagi dia tidak menyentuh batas kesabarannya dia akan selalu diam.
Saat Seravina akan melangkah maju, suara berat datang menyapa dari belakangnya.
Chaterine yang semula hendak menyingkir seketika tersenyum lebar. Namun, senyum itu pudar saat melihat tangan Raven langsung melilit pinggang Seravina dengan posesif.
Chaterine menunduk malu. Dia merasa malu, karena dia sempat menyombongkan dirinya pada para sepupu, jika dia akan menjadi calon nyonya muda Houston.
"Chat, bukankah tadi itu Ravenhart Houston, pria yang kau ceritakan akan menjadi calon suamimu?" tanya salah satu sepupu Chaterine yang duduk tak jauh dari Chaterine. Wajah Chaterine langsung merah padam. Tangannya semakin mengepal hingga kuku tangannya tertancap di telapak tangan.
"Apa dia menganggumu?" Raven mengusap pipi Seravina dengan lembut.
"Tidak. Dia hanya menanyakanmu pada King dan Leon."
"Kau tidak marah?"
"Untuk apa aku marah?"
"Apa kau tidak cemburu ada wanita yang menanyakanku?" tanya Raven dengan wajah cemberut. Seravina melirik prianya dan terkekeh.
"Dia hanya menanyakanmu, my honey." King dan Leonard memutar matanya. Mereka akhirnya berjalan mendahului kedua orangtuanya. Jika ayahnya mulai bersikap kekanakan, Ibunya pasti akan membujuk pria kolokan itu.
Melihat kedua putranya pergi, Seravina tertawa. Dia tahu keduanya pasti jengah melihat tingkah ayahnya yang kekanakan.
Seravina membingkai wajah Raven, dia menoleh ke kiri dan kanan sebelum akhirnya mengecup bibir seksi pria itu.
"Aku tidak akan marah jika ada seribu wanita yang menanyakanmu. Aku akan marah jika ada satu wanita yang berani menyentuhmu. Kau hanya milikku. Tidak ada yang boleh menyentuhmu selain diriku," bisik Seravina sensual.
Raven ingin menarik Seravina pergi saat ini juga. Dia akan mengurung wanita itu di bawah kungkungannya. Raven menghela napas panjang. Dia mengangkat dagu Seravina dan lalu membenamkan ciuman dalam. Lorong tempat mereka menuju privat room memang cukup sepi dan remang remang. Jadi Raven emanfaatkan situasi dengan baik.
Seravina terengah engah begitu ciuman mereka terlepas. Dia diam cukup lama dengan kening yang terus menempel di dada Raven.
EHEM!!
Seravina berjengit kaget. Dia menoleh dan mendapati ayah Raven berdiri di depan pintu, sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Wajah Seravina langsung memerah. Raven langsung terkekeh melihat wajah malu-malu itu.
Raven mengait jemari Seravina. Dia membawa Seravina masuk ke privat room dan melewati ayah Elard begitu saja.
"Benar 'kan, Kek?" King tiba-tiba berseru dengan riang melhat wajah kesal kakeknya.
Raven tahu, King pasti baru saja mengadu pada ayahnya tentang perbuatannya pada Seravina. Pria itu tersenyum sambil menggosok puncak kepala King.
"Apa yang menahan kalian begitu lama?" tanya Christiana.
Seravina menunduk malu, sedangkan Raven semakin melebarkan senyum. Victoria dan Yoshino merasa lega, keluarga Raven begitu hangat satu sama lain. Mereka akhirnya bisa lega melepaskan Seravina.
Selama acara, Seravina menjadi lebih pendiam, selain merasa malu, dia juga merasa saat ini pembahasannya terlalu serius. Dia tidak berani menyela. Semua yang mereka bicarakan, sedikit banyak sudah dia ketahui. Sebelumnya Raven sudah membahasnya.
"Kalian serius tidak akan menemani resepsi putri kalian?"
"Jika kami ada di sana, itu terlalu berbahaya untuk semua orang. Anda tahu masa lalu kelamku kan? Banyak musuh. Aku tidak ingin menarik bencana untuk keluarga kalian. Sudah cukup bagi kami, kalian mau menerima dan merawat Harumi."
...----------------...
👍❤❤❤❤