Alvarez Narendra Erlangga.....
Nayla Kinanti Aurora....
Musuh abadi yang selalu membuat onar. Al dan Nayla memiliki hubungan unik dimana keduanya selalu berselisih dalam hal apapun. Baik nilai ataupun peringkat. Namun ada kalanya dimana mereka selalu saja mencari masalah yang membuat keduanya selalu bolak balik ke ruang BK.
Meskipun kedua keluarga mereka saling bersahabat namun tidak begitu dengan Al dan Nayla yang menjadi musuh abadi sejak SMP.
Hingga karena merasa lelah akan tingkah laku keduanya. Orang tua mereka pun memutuskan untuk menikahkan keduanya. Berharap bahwa hubungan mereka bisa berubah menjadi hubungan romantis.
Lalu bagaimana kelanjutan pernikahan Al dan Nayla?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinda Sakhi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tanda Merah
Bukan Galaxy Motorcycle dan Moon The Beauty namanya jika mereka tidak memiliki cara untuk menembus gerbang sekolahan yang sudah terkunci rapat. Mereka selalu memiliki ide - ide jahil dan serba guna jika sudah kepepet seperti sekarang.
Di suruh menunggu? No.. Mereka bukan tipe orang yang akan mematuhi sebuah perintah. Atau lebih tepat nya mereka memiliki satu sifat yang sama. Yaitu keras kepala. Enak saja di suruh nunggu sampai jam istirahat. Batin mereka bersamaan.
Mereka berjalan ke arah samping sekolah untuk memanjat tembok yang memang lumayan tinggi. Karena itu, para lelaki membantu para gadis dengan memberikan bahu mereka untuk di naiki agar para gadis bisa naik lebih dulu.
" Eh buset, tinggi beut. Ini yakin kaki kita gak bakal patah. " Arena bergidik ngeri melihat bawah. Saat ini mereka duduk di atas tembok dan sekali lompatan mereka bisa langsung masuk ke dalam. Namun jika setinggi ini, mana berani.
" Kalo patah tinggal di lem aja, " seloroh Widia yang juga merinding sendiri.
" Iya kalo bisa di lem, kalo gak bisa gimana? " tanya Arena masih takut - takut menatap bawah.
" Paling putus.. " timpal Nayla.
" Nyebelin Lo Nay! " kesal Widia.
" Lah, Lo ngeselin.. "
" Kalian berdua ngeselin plus nyebelin. " celetuk Arena.
Nayla, Arena dan Widia masih senantiasa duduk dan tidak berani melompat. Namun tidak begitu dengan para pria yang notabene nya memang lebih berani dari wanita. Al, Mike dan Firman bisa lompat dengan mudah nya meskipun sangat tinggi dan hampir membuat kaki mereka keseleo.
" Gila Lo bertiga, kok bisa lompat kaya Jacky Chan gitu sih? " tanya Nayla yang melihat ketiganya sudah berada di dalam sekolah.
" Ya bisalah, kita kan keturunan nya Jacky Chan! " sahut Al dengan membanggakan dirinya.
" Jacky Chan lebih cakep dari Lo.. " celetuk Nayla yang terkadang sangat jengkel dengan kelakuan suaminya.
" Lah Lo bertiga ngapain masih duduk di atas. Ayo turun. " ujar Firman dengan santainya.
" Takut.. " ucap serentak.
" Penakut Lo semua! " celetuk Mike.
" Ya namanya juga cewek.. " kesal Arena dengan bibir yang membentuk paruh bebek. Tapi membuat Mike malah gemas dengan nya.
" Ya udah sini, kita bantuin.. Mumpung lagi baik nih." Al, Mike dan Firman bersiap untuk menangkap ketiga gadis itu dari atas. Mau tidak mau mereka mengumpulkan keberanian dan melompat ke bawah.
Brak
Seperti dalam cerita drama, ketiga gadis itu terjatuh ke dalam pelukan sang pangeran masing - masing. Seperti saat ini. Nayla jatuh ke pelukan Al. Arena jatuh ke pelukan Mike dan Widia jatuh ke pelukan Firman. Kedua netra mereka saling bertatap tanpa adanya jarak. Seolah waktu berhenti seketika dan merasa bahwa dunia adalah milik mereka. Debaran jantung saling bersahut-sahutan seolah berbicara tentang perasaan yang terpendam.
" Kalo kaya gini, rasanya pengeng Gue cipok bibir Nayla.. " Batin Al yang terpesona dengan kecantikan sempurna Nayla.
" Nih jantung kenapa malah nari - nari sih, padahal cuma di lihatin suami sendiri.. " pikir Nayla yang tidak bisa menahan gejolak hatinya.
" Kenapa Gue jadi inget ciuman di Resto ya? " kali ini pesona Widia menjatuhkan Firman.
" Nih cowok lumayan ganteng juga.. " sahut Widia dalam hati.
" Gue kangen banget sama Lo Arena.. " batin Mike yang ingin Arena tetap dalam posisi seperti sekarang.
" Kalo Gue bisa minta, Gue akan meminta Lo untuk terus mencintai Gue.. " balas hati Arena dengan mata yang penuh kerinduan.
Ketiga pasangan itu saling menikmati tatapan lawan nya masing - masing. Seolah - olah mereka terhanyut oleh perasaan. Andai saja momen seperti ini selalu bisa mereka rasakan, mungkin mereka akan menjadi seseorang yang paling bahagia.
Hingga tak sadar ada sebuah mata yang mendelik tajam ke arah mereka.
" Aduh Du Du Du Du.. Romantisnya.. " suara seorang wanita paruh baya yang mereka kenali membuyarkan lamunan mereka.
" Enak ya gendong - gendongan, tatap - tatapan, mesra - mesraan.. Habis ini mau cium - ciuman?" celetuk Bu Titus yang entah datang dari mana.
" Eh ada Bu Titus, ngapain Bu disini? " tanya Nayla dengan senyum kaku yang meskipun Ia sudah tau jawaban nya.
" Mau manjat pohon mangga! " seloroh Bu Titus dengan senyum yang di paksakan.
" Emang nya di sini ada pohon mangga? " tanya Firman dengan polos nya.
" Ada, lah itu di belakang kalian kan pohon mangga, " tunjuk Bu Titus pada pohon mangga besar di samping sekolah. Yang membuat mereka menoleh sesaat.
" Oh gitu, mau kita ambilkan gak , Bu? " tanya Firman lagi dengan santainya. Sementara yang lain sudah tau bahwa maksud Bu Titus bukanlah seperti itu.
" Aduh, baik nya.. Boleh banget dong, tapi sebelum itu. MASUK RUANG BK." teriak Bu Titus seketika.
Pasrah! satu kata yang cocok saat ini.
Bu Titus menghela nafas berkali - kali untuk menetralkan emosi di dalam dadanya. Bagaimana tidak kesal dan emosi. Jika lagi - lagi siswa yang berada di ruangan BK selalu mereka - mereka saja. Apa lagi Al dan Nayla yang sudah menjadi langganan ruang BK sampai semua guru hanya bisa geleng - geleng kepala saja. Meski nilai Al dan Nayla sempurna, tapi terkadang kelakuan keduanya membuat semua guru harus memiliki kesabaran extra.
" Kalian kangen sama Ibu? Iya, makanya kalian selalu kembali ke ruangan ini.. ? Kepala Ibu sampe pusing cuma buat ngadepin tingkah laku murid kaya kalian. Ini lagi sang juara kelas. Al, Nayla, kenapa sih gak ada kapok - kapok nya masuk ruang BK? Heran Ibu. Berapa kali Ibu harus memberitahu kalian, dengan cara apa lagi Ibu harus menghadapi kalian. Arena, Widia, Mike, Firman.. Kalian berempat juga..Haduh! Ibu gak tau lagi bagaimana cara menasehati kalian semua. " ucap nya dengan wajah yang sangat lelah. Lelah pikiran dan lelah batin.
" Maaf Bu.. " semuanya hanya bisa menundukkan kepalanya.
" Maaf - maaf, di ulangi terus. Nyebelin! " jawab Bu Titus yang masih terlihat kesal.
" Tadi kita telat terus karena gak mau nunggu ya udah kita manjat tembok aja.. " jujur Firman mendapatkan injakan kaki dari Al. Bisa - bisanya teman nya itu jujur, tapi memang benar sih.
" CK, telat kok janjian... Sudah - sudah, Ibu gak mau denger alasan kalian, semuanya tetap dapat hukum.. " seru Bu Titus dengan wajah dingin nya.
" Ya, Bu. Lagian kan ini juga pertama kalinya kita telat, lagian tadi kita itu habis kena musibah... Sebenarnya.. Sebenarnya.. "
Arena tampak berpikir sejenak sebelum memulai akting nya." Nayla, Bu.. Nayla.. Tadi kita bertiga habis di begal, Bu! " kedua mata Nayla dan Widia membulat sempurna. Begal apa maksud nya? Sementara Al sangat terkejut dan meminta jawaban dari Nayla lewat matanya.
" Kalian jangan ngada - ngada ya. " jelas saja Bu Titus tidak percaya.
Sorry, Nay.. " Kalo Ibu gak percaya, coba lihat ini.. " gak ada akhlak emang Arena. Tanpa persetujuan Nayla, Arena melepas syal yang menutupi leher Nayla dan memperlihatkan sebuah tanda percintaan nya dengan Al.
Tadi pagi Nayla memang memakai syal karena bekas merah akibat kenakalan Suaminya itu. Namun Arena dan Widia yang memang tidak pernah lihat Nayla memakai syal akhirnya membuka paksa. Dan begitu terkejut nya mereka saat Nayla menceritakan semuanya.
Sementara Al jadi tau jika mereka sedang mencari alasan dengan memanfaatkan tanda itu. Malu beud.
" Loh , Nayla, itu leher kamu kenapa?" Bu Titus yang tidak mengerti menjadi panik saat melihat leher Nayla penuh dengan tanda merah ke biruan. Maklum Guys, perawan tua, jadinya kagak ngerti😁😁😁.
" Ini dia, Bu buktinya. Nayla itu hampir mati di cekik sama begal nya.. " timpal Widia yang ikut - ikutan sementara dada Nayla sudah naik turun dengan tingkah dua bestie nya. Dan Al hanya garuk - garuk kepala tanpa dosa akibat perbuatan nya yang meninggalkan jejak itu.
Awas Lo berdua.. Batin Nayla dongkol.
" Ampun, Nay.. "
" Bener Bu. Kita bertiga juga telat karena nolongin Nayla.. " Firman yang juga mulai ikut - ikutan meskipun Ia tidak tau tanda apa yang ada di leher Nayla.
" Iya, Bu. Masa kita diem aja pas lihat mereka hampir mati karena begal. Kan gak mungkin. " sekarang malah Mike yang memanfaatkan situasi untuk bebas dari hukuman.
Bu Titus mendekati Nayla. " Nayla, kamu___Tapi tunggu. Seperti nya tanda ini__" Bu Titus tampak ragu.
Mau tidak mau Nayla harus ikut berakting akibat kedua sahabat kagak ada akhlak nya itu. " Hiks Hiks Hiks.. BU TITUS.. HUWAAAAAAAA... " Nayla menangis palsu dan berhambur memeluk Bu Titus.
Bu Titus yang mulai panik mencoba menenangkan Nayla. " Sudah sudah, jangan nangis. Iya - iya, tidak papa, sudah - sudah. " Bu Titus yang tidak tau kebohongan mereka pun percaya begitu saja.
" He, kenapa kalian diem. Ayo bawa Nayla ke UKS buat di obati.. " titah Bu Titus yang tanpa sadar melepaskan Tikus dari sarang nya.
Selamat - selamat.. batin mereka dalam hati yang bebas dari hukuman sang guru BK.
" Ayo, Nay.. " ajak Arena. Merekapun bisa keluar dari hukuman Bu Titus.
Tentu saja mereka bahagia karena tidak jadi mendapatkan hukuman.
" Gak ada akhlak Lo, Ar.. " bisik Widia saat mereka jalan di koridor sekolah, tepat di belakang Nayla.
" Sekali - kali manfaatin Nayla, gak papa kali. " Arena malah cengir.
" Oke gak papa, yang penting kita selamat.. " keduanya terkekeh.
Tapi langkah mereka terhenti saat Nayla berbalik badan menatap kedua netra sahabat nya dengan sorot mata tak bersahabat.
" Waduh, singa nya bangun ding. "
" Mana kagak ada pawang nya lagi.. "
Nayla melangkah mendekat dan berbisik. " Hari ini.. Gak ada makan bakso. "
" Haa?! "