Anin adalah seorang gadis yang diusianya baru menginjak umur 17 tahun ia sudah harus melewati berbagai rintangan dan cobaan hidup. Masalah demi masalah datang silih berganti tapi ia mencoba sabar melewatinya. Hingga suatu hari Anin harus melewati ujian yang sangat berat sepanjang hidupnya. Mamanya meninggalkan ia diusianya yang masih muda dan ia harus memulai kehidupannya setelah kepergian mamanya. Akankah Anin mampu menjalani kehidupannya tanpa sang mama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummunafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Gilang diam-diam melirik ke arah Anin. Ia tersenyum tipis melihat kekasihnya itu. Sebenarnya ia tidak tega berbuat begini pada Anin, tapi lagi lagi setiap mengingat surat itu ia merasa kecewa.
"Kalau kamu bersikap seperti ini, Anin merasa ini bukan seperti kamu kak." ucap Anin, sorot matanya fokus menatap ke depan.
"Kalau di ulang lagi, aku jadi mengingat gimana perjuanganmu dulu buat deket sama aku kak. Hingga masa itu tiba, kamu yang memenangkannya. Kamu tau kan aku begitu trauma dengan laki-laki. Tapi karena perjuanganmu aku tahu sekarang jika tak semua laki-laki itu seperti papa. Dan yang buat aku makin senang, kamu bukan hanya peduli sama aku tapi juga sama mama."
"Tapi masalah yang datang dalam hubungan kita, mungkin ini cobaan. Tapi aku nggak bisa memaksa lagi. Aku pasrah. Bukan karena aku tidak punya rasa lagi, tapi percuma kita menjalani hubungan tanpa adanya saling keterbukaan satu sama lain."
"Selama ini aku selalu jujur sama kamu kak, bahkan masalah keluarga aku yang menurut orang itu privasi aku ceritain sama kamu. Sahabat aku saja Rika, kita sudah lebih dari 6 Tahun bersama tapi dia baru aku kasih tahu beberapa minggu yang lalu."
"Aku minta maaf soal bunga dan coklat itu. Jika aku tau itu bukan dari kamu, aku nggak bakal terima juga.."
"Maaf ya kak, aku mengganggumu. Aku izin pulang ya. Jaga diri kamu baik-baik ya." ucap Anin dan beranjak dari hadapan Gilang.
Kak Gilang tak merespon apapun, meski ia mendengar seluruh pembicaraanku tadi. Padahal aku berharap dia mengatakan sesuatu, aku berharap dia menahanku, tapi ekspektasiku tidak sesuai yang kuharapkan.
Anin kini diambang pintu, ia menoleh ke belakang. Namun sepertinya Gilang benar-benar tidak ingin memperbaiki hubungannya lagi.
"Aku akan selalu menunggu kamu kembali kak". Lirih Anin
Setibanya di ruang tamu, Anin segera berpamitan pada mamanya Gilang. Rasanya ia ingin berdiam juga dikamarnya. Menumpahkan rasa sesak yang sedari tadi ia tahan.
"Tan.. Maaf sepertinya Anin harus segera pulang. Soalnya di telponin mama terus." ucap Anin
"Yah padahal kita belum ngobrol banyak. Ya sudah kalian hati-hati ya."
Saat hendak meninggalkan kediaman Gilang, Anin sempat menoleh ke arah balkon kamar Gilang, ia berharapnya tadi Gilang ada disana tapi ternyata tidak ada.
"Kita langsung pulang ya Rik." ucap anin
Rika yang paham mood sahabatnya, ia tidak ingin banyak bertanya. Biarlah mungkin Anin butuh waktu sendiri.
Tak butuh waktu lama, Anin tiba di rumahnya. Rika langsung pamit pulang. Anin juga tak bisa menolak, entah kenapa rasanya ia ingin sendiri.
Anin langsung menuju ke kamarnya, setelah bebersih dan mengganti baju, Anin langsung merobohkan badannya di atas tempat tidurnya itu.
"Aku akan berusaha merelakan, meskipun itu akan membuatku sakit. Tapi aku percaya rasa sakit itu akan sembuh meski memburuhkan waktu yang lama
******
Karena merasa gelisah Anin memutuskan untuk jalan-jalan di taman. Setidaknya ia merasa lebih lega.
Saat ia melewati ruang keluarga, tampak mama dan papanya sedang menonron siaran favorit mereka.
"Loh mau kemana sayang?" tanya mama
"Anin mau keluar jalan-jalan ma. Boleh?"
"Ya sudah, tapi kamu hati-hati ya. Jangan pulang malam-malam."
"Iya ma."
Anin langsung mendekat ke arah mama dan papanya, tak lupa ia mencium tangan orang tuanya. Akhirnya kini ia bisa kembali berpamitan pada papa karena beberapa belakangan ini hanya mama saja.
"Ini nak. Barangkali kamu mau jajan." ucap papa dan memberi lima lembar uang merah.
"Nggak usah pah, Anin masih ada kok."
"Udah yang itu kamu simpan, belilah yang kamu suka nak. Bahagiakan dirimu."
Degggg
"Baiklah pa. Terimakasih. Kalau gitu Anin pamit ya."
Anin kali ini mengendarai motor, ia lebih milih naik motor karena ia bisa menikmati jalanan tanpa terhalang kaca, ia bisa menikmati angin malam yang menusuk kulit. Hingga tak terasa Anin sudah tiba di taman kota yang menjadi tempat favoritnya.
Karena hari ini ia diberi uang jajan, baiklah akan kita pergunakan sebaik mungkin xixixixi.
Anin membeli beberapa jajanan dan minuman, setelah dirasa puas, Anin mencari bangku kosong di taman itu.
"Hufft andai aja lagi nggak berantem sama kak Gilang, pasti dia ada nemenin aku disini." lirih Anin.
Anin merogoh tas kecilnya, lalu ia mengeluarkan ponselnya. Ia membuka room chatnya dengan Gilang.
"Tak ada balasan ataupun chat darinya."
"Kira-kira siapa sih yang tega berbuat gini sama aku."
Namun ditengah-tengah Anin menggerutu dan menikmati jajanan tadi, tiba-tiba ada yang memanggilnya.
'Siapa kah dia???'
Anin segera menoleh ke arah suara. Ternyata Resa yang memanggilnya tadi.
"Bagaimana bisa kak Resa ada disini?" tanya Anin sambil celingak-celinguk. Entah apa yang ia cari.
"Hahahahaha... Lucu banget sih." ucap Resa.
"Kamu ini, udah jelas-jelas ini taman, taman ini tempat umum, ya wajarlah bisa kesini. Apalagi ini nggak jauh dari rumah gue."
"Ah iya maaf kak."
"Kamu sendiri disini?"
"I-iya kak."
"Nggak usah gugup gitu. Santai aja. Boleh aku ikut duduk?"
"Silahkan kak."
"Kamu kenapa? Ada masalah? Karena tadi gue sempat dengar kamu kayak ngomel gitu."
"Ahh itu ngomel sama nyamuk. iya sama nyamuk." ucap Anin
"Ohh nyamuk. Kamu pacaran kan sama Gilang?"
"Hah?"
"Semua anak-anak tau kali."
"Hemmm i-iya kak."
"Tapi Gilangnya mana? Kok bisa sih dia biarin ceweknya jalan sendiri malam-malam lagi."
"Kak Gilangnya sibuk kak. Tapi emang Anin pengen me time sih."
"Yakin? Cuma sekedar me time?"
"Iya kak."
"Tapi kok kek banyak masalah gitu?"
"Ahh perasaan kak resa aja kali."
"Duh pengen balik cepet dari sini. Mana ini senior banyak nanya mulu lagi, kek petugas sensus aja." gerutu Anin dalam hatinya.
Namun tak lama, Anin merasa ponselnya bergetar, ia segera melihat siapa yang menelponnya, ternyata mamanya.
"ah syukurlah mama menolongku kali ini."
"Kak saya permisi mau angkat telpon dulu."
"Oh baiklah."
"Halo ma?"
"Anin kamu belum pulang sayang?"
"Hemm belum ma. Ada apa ma? Mama mau nitip sesuatu?"
"Ini ada nak Gilang nyariin kamu."
"Hah? Baiklah ma, Anin pulang sekarang."
"Kak,, aku permisi pulang ya, soalnya mama suruh aku pulang. Permisi kak." ucap Anin ia langsung membereskan belanjaannya tadi dan berlalu pergi.
'Ahhh gagal lagi deketin dia.'
Butuh 20 menit Anin kini tiba di rumahnya, setelah ia memasukkan motornya di garasi, ia melangkah menuju rumahnya. Di ruang tamu, Gilang menunggunya.
"Kak...!" ucap Anin dan mendekat ke arah Gilang
"Bisa kita bicara? Tapi di luar saja."
"Baiklah kak."