"Aku mencintainya mom."
"Apa?"Mommy Amira tampak terkejut mendengar pengakuan anaknya."Jangan becanda kamu Vano,mau ditaro dimana muka Mommy dan Daddy ini kalau semua orang tau kamu menjalin hubungan dengan anak seorang pembantu."
Vano seorang duda yang istrinya meninggal dalam kecelakaan dan telah dikaruniai seorang anak.Setelah istrinya meninggal tidak pernah sekalipun Vano mengenalkan wanita manapun kepada kedua orang tuanya.Bahkan sudah ada beberapa wanita yang dikenalkan oleh kedua orang tuanya dari seorang model,penyanyi,pengusaha dan semuanya ditolak oleh Vano.
Tapi siapa sangka ternyata Vano menaruh hati kepada seorang gadis cantik dan juga sederhana anak pembantu yang bekerja dirumahnya.
"Bagaimana kisah mereka,akankah cinta berbeda kasta itu direstui oleh kedua orang tua Vano.Ikuti terus ceritanya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ge, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35.Serba Salah
Bi Tati masuk ke kamar Raya dengan membawa satu kantong kresek berisi makanan.
"Tuan maaf menunggu lama."
"Tidak apa bi,saya pamit pulang dulu.Mungkin siang atau sore sepulang kerja saya akan kesini lagi.Nanti saya minta mang Maman untuk mengantar baju-baju Bibi dan Raya."ucap Vano panjang lebar.
"Maaf saya merepotkan Tuan."
"Jangan sungkan saya tidak merasa direpotkan Bi."
"Terimakasih Tuan."
"Sama-sama,kalo begitu saya pamit pulang."
"Iya Tuan."
Kemudian Vano keluar tanpa berpamitan kepada Raya,karena sejak kedatangan ibu nya Raya tidur menyamping dan memejamkan mata nya.
Vano sadar kesalahan nya sangat fatal.Namun ia tak akan menyerah untuk mendapatkan maaf dari sang kekasih.
Sepanjang lorong rumah sakit Vano terus menjadi pusat perhatian.Bagaimana tidak Vano masih mengenakan baju piyama nya.Namun itu semua tak mengurangi kadar ketampanan seorang Vano.
Nyonya Amira langsung memberondong Vano dengan berbagai pertanyaan ketika sang anak baru saja tiba dirumah.
Vano sampai bingung untuk menjawab pertanyaan yang mana dulu.Selain itu nyonya Amira juga menasehati Vano agar tidak terlalu keras kepada Raya.
"Iya Mom Vano tau Vano salah,tolong jangan membuat Vano jadi tambah pusing.Vano janji akan bertanggung jawab."ucap Vano penuh penyesalan.
"Nanti malam Mommy dan Daddy akan kerumah sakit menengok Raya.Sekarang kamu siap-siap, mommy ke butik bareng kamu."
"Iya Mom,Vano mandi dulu."pamit Vano.
Daddy Andrew,Vania serta mbak Ana sudah berangkat lebih dulu diantar mang Maman.Sedang mommy Amira sengaja menunggu Vano karena ingin mengetahui kondisi Raya.Mommy Amira sudah menduga jika Raya sakit karena tertekan oleh sikap Vano.
Sebelum berangkat ke kantor Vano meminta bi Ratih segera menyiapkan pakaian Raya dan bi Tati.Agar ketika mang Mamam datang dapat segera mengantar nya ke rumah sakit.
"Kamu nggak sarapan dulu Van?"
"Nggak Mom,nanti di kantor saja.Hari ini ada meeting pagi takut waktu nya nggak keburu."Ketahui lah itu hanya alasan Vano,ia memang ada meeting tapi pukul 10 nanti.Masih ada waktu jika hanya sekedar untuk sarapan.Namun pikiran yang sedang kacau membuat Vano tak nafsu makan.
Vano sangat-sangat merasa bersalah sudah membuat Raya terbaring lemah di rumah sakit.Walau Vano sudah mengusahakan untuk memberikan perawatan yang terbaik untuk Raya itu semua tak mampu mengurangi rasa bersalah nya.
Vano sungguh tersiksa saat ini,ia tak ingin kehilangan Raya.Gadis remaja itu sungguh mampu mengisi kekosongan dan merajai hati Vano.
.
.
Tiba dikantor Vano segera memulai pekerjaan nya.Ia juga meminta sekretaris nya untuk menyiapkan berkas-berkas yang akan ia bawa untuk menemui client.Vano akan menyelesaikan pekerjaan nya sesegera mungkin.Setelah itu ia akan pergi ke rumah sakit untuk menemui Raya.
Bersyukur pekerjaan nya dapat selesai tepat waktu.Di jam istirahat nya Vano sudah berada dirumah sakit.Lengkap dengan membawa beberapa makanan untuk sang kekasih.
Vano mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum memasuki kamar rawat Raya.
"Silahkan masuk Tuan."ucap bi Tati sopan.
Ketika Vano masuk ia cukup terkejut melihat sosok Mat ada disana.Selain itu juga ada Cynthia dan Bara.Vano hanya menatap Mat sekilas lalu memberikan makanan yang dibawa nya kepada bi Tati.
"Terimakasih Bi,ini saya bawa makanan."
"Terimakasih Tuan."
Kemudian Vano mendekati ranjang Raya dan meraba kening nya."Masih hangat."ucap nya lirih."Bagaimana keadaan kamu?"tanya Vano lembut.
"Saya udah enakkan Tuan."
"Syukurlah kalo gitu,cepet sembuh ya."Vano mengelus pipi Raya.
Mat,Cynthia dan Bara sontak saling melirik melihat perhatian Vano kepada Raya.Mereka tidak mengetahui apa penyebab Raya hingga dirawat dirumah sakit.Namun jika bi Tati melihat nya biasa saja,ia menganggap jika Vano sedang merasa bersalah jadi bersikap manis seperti itu.
Vano kemudian duduk di sofa bersama bi Tati.Karena didekat ranjang Raya sedang ada ketiga sahabat nya yang sedang mengelilingi nya.
Mat sedari tadi memperhatikan Vano.Ia masih ingat ketika Vano membawa paksa Raya ketika Raya sedang bersama nya.Serta perhatian Vano terhadap Raya dan ibu nya saat ini.
Apakah ada majikan yang rela datang disela-sela kesibukan nya hanya untuk menjenguk anak pembantu.Mat masih sangat penasaran pada sosok "pacar"yang pernah diakui Raya.
Sebelum Vano datang Raya sudah mengatakan kepada tiga sahabat nya jika sang ibu bekerja dirumah besar yang juga menjadi tempat tinggal nya.Beruntung nya Mat,Cynthia dan Bara tidak terlalu mempermasalahkan tentang status Raya.
Menurut ketiga nya Raya adalah pribadi yang menyenangkan tidak peduli dari keluarga seperti apa Raya berasal.
"Bibi sudah makan siang?"
"Belum Tuan."
"Ayo temani saya makan,saya sengaja membawa banyak karena akan makan disini."
Bi Tati kemudian menyiapkan makanan untuk Vano,hanya satu saja tidak untuk nya.
"Ayo Bibi juga makan."
"Tuan saja duluan."bi Tati sangat sungkan untuk makan bersama majikan nya.
"Saya nggak jadi makan nih kalo bibi nggak mau makan."
Dengan sangat canggung dan terpaksa bi Tati akhirnya menuruti kemauan Vano.Selain itu bi Tati juga menawari ketiga sahabat Raya namun dengan sopan mereka menolak.
Sesekali Vano melirik Mat yang sedang berada tepat disamping Raya.Dan tidak sengaja pandangan kedua nya bertemu.Vano menatap tajam kepada Mat.Sedang Mat tersenyum miring,bocah badboy itu punya rencana untuk mengerjai Vano.Mat merasa Vano tak suka jika ia dekat dengan Raya.
Raya sedang menghadap Cynthia dan mengobrol dengan sang sahabat.Dengan jahil nya Mat mendekatkan wajah nya dan meniup telinga Raya sontak saja Raya berbalik.Jarak kedua nya begitu dekat namun beruntung tak sampai bersentuhan.
Vano yang melihat nya tampak menatap tajam.Mat sungguh puas melihat nya.
Vano lalu bangkit dari duduk nya meninggalkan bi Tati yang masih menyantap makan siang nya.Vano menghampiri ranjang Raya.
"Raya sudah harus istirahat,sebaik nya kalian pulang."ucap Vano.Raya tak suka mendengar ucapan Vano yang seenak nya.
"Yaudah kita balik dulu ya Ray,cepet sembuh biar bisa sekolah lagi."ucap Cynthia.
"Maaf ya Cyn."ucap Raya sembari memegangi tangan Cynthia.
"Nggak papa lagian kita udah lama disini."Cynthia tersenyum dan Raya pun membalas nya.
"Gue balik,cepet sembuh Ray."ucap Bara.
"Makasih Bar."ucap Raya pada Bara,Bara lalu mengacungkan jempol nya.
"Woi nggak balik lo?"tanya Bara pada Mat.
"Bentar gue mau pamit ke calon mertua gue."ucap Mat.
Mat sengaja mengatakan calon mertua agar Vano semakin kesal.Benar saja Vano sampai mengepalkan tangan nya.
Kemudian ketiga nya berpamitan kepada bi Tati.Sebelum pulang Mat masih menyempatkan mendekat ke ranjang Raya."Jangan lama-lama ya sakit nya ntr aku kangen.Bye cantik."ucap Mat dengan gaya tengil nya.
Raya tersenyum kemudian melambaikan tangan nya kepada ketiga sahabat nya.
Kelakuan Mat sukses membuat Vano kesal,ia lalu menarik kursi dan duduk disamping Raya.Vano menggenggam tangan Raya.Karena terlalu kesal membuat Vano tidak sadar jika diantara kedua nya sedang ada bi Tati.
"Tuan saya tinggal dulu ya,saya mau sholat."mendengar ucapan bi Tati,Vano kemudian melepaskan tangan Raya.
"Oh silahkan Bi,biar saya yang menunggu Raya."
Setelah bi Tati keluar tanpa aba-aba Vano lalu mencium bibir Raya.Satu minggu tidak bertemu sungguh membuat Vano sangat rindu.Raya memberontak,kemudian Vano menyudahi nya.
Lagi Raya meneteskan air mata nya.Ia sungguh sangat kecewa dengan sikap Vano yang selalu seenak nya.Tiba-tiba sayang,tiba-tiba perhatian,tiba-tiba cuek dan tiba-tiba marah.
"Kok nangis,maaf ya sayang."ucap Vano lembut lalu mengusap air mata Raya."Saya kangen,maaf saya kemaren kasar sama kamu."Vano menjeda ucapan nya sembari menciumi telapak tangan Raya."Kamu tahu kan mama nya Vania meninggalkan karena kecelakaan,saya takut Vania mengalami hal sama."ucap Vano penuh penyesalan.
Raya tak menjawab,menurut nya Vano sangat keterlaluan.Walau sedang cemas seharusnya Vano dapat mengontrol emosi nya.Terlebih kepada Raya,wanita yang dia klaim sebagai kekasih nya.
Raya memilih memejamkan mata,jika Vano bukan majikan nya mungkin Raya akan menjawab semua ucapan Vano.Namun disini posisi Raya sangat sulit,jadi dia memilih diam.
Walau sudah disakiti namun untuk marah pun Raya tak mampu posisi nya sangat serba salah.Raya tak boleh egois ia juga harus memikirkan pekerjaan sang ibu.Jadi melupakan perlakuan majikannya adalah pilihan terbaik untuk nya.