"Mas Dani, apa yang kamu lakukan?" Tanya Ita saat masuk ke dalam rumah.
Betapa kaget nya Ita saat melihat sang suami tengah bermesraan dengan wanita lain di rumah mereka, lebih tepat nya tetangga baru samping rumah mereka.
"I-ita ..." Ucap Dani gugup.
"Permisi saya mau pulang saja dulu mas" ucap wanita itu sambil berlalu keluar rumah. Namun, Ita mencegah nya agar ia tetap duduk di dalam rumah.
"Mau kemana kamu pelakor?"
"Heh jaga ucapanmu itu ya, aku bukan pelakor."
"Kalau bukan pelakor lalu apa namanya yang bermesraan dengan suami orang lain?"
"Kamu tanya saja sama suami mu itu, siapa aku sebenarnya."
Ita langsung menoleh ke arah Dani seolah meminta penjelasan dari nya, namun bukan penjelasan yang ia dapat melainkan perlakuan kasar dari Dani.
"Ayok kita bicara kan di dalam kamar saja, Dina kamu pulang saja ke rumah mu."
"Baik lah mas, dadah sayang."
Ita di seret hingga masuk ke dalam kamar, setelah di dalam kamar ia di banting di atas kasur dengan sangat keras oleh Dani.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Aku senang hari ini dapat bertemu dengan mantan istri pertama dari suami ku itu, ternyata orang nya sangat cantik dan baik. Tetapi entah kenapa ia malah berselingkuh dengan mbak Dina.
Jelas saja perbedaan kedua nya sangat jauh sekali, mbak Ita memiliki hati dan wajah yang lembut tentu saja ia sekarang sudah sangat sukses. Tetapi mbak Dina kalah dengan nya, ia juga cantik dan sukses namun jelas jauh lebih baik mbak Ita.
Bahkan kebaikan nya menurun pada anak mereka yang bernama Tiara. Aku sempat berpikir akan sangat sulit mendekat kan diri pada anak gadis itu, namun ternyata semua di luar pikiran ku. Tiara sangat ramah dan gampang sekali dekat bahkan ia mau menginap dengan kami di rumah.
Sesampainya nya di rumah aku mengajak nya untuk ke kamar yang nanti nya akan di pakai anakku kelak.
"Nak, kamu istirahat lah dulu ya. Ayah mau mandi dulu gerah!" ucap mas Dani.
"Iya ayah."
Setelah mas Dani keluar kamar, aku menggenggam tangan Tiara dan mengajak nya bicara berdua di sana.
"Tiara."
"Ya bunda?"
"Terimakasih karena sudah memanggil ku dengan sebutan itu, sungguh aku sangat bahagia."
"Tidak masalah bund."
"Maaf kan bunda ya,"
"Kenapa?"
"Karena bunda sudah menikah dengan ayah mu, sungguh bunda tidak tahu jika ayah mu memiliki istri lain selain mbak Dina. Bunda hanya tahu jika ayah mu menikah dengan mantan nya yaitu mbak Dina."
"Tidak masalah bunda, bukan kah tadi saat di restosan dan di jalan aku sudah memberitahu bunda? Bunda tidak salah karena yang mengambil ayah dari ibu adalah Tante Dina. Sungguh aku membenci nya bunda, karena dia. Ayah dan ibu harus bercerai mungkin ibu menganggap ku masih kecil untuk tahu semua ini tapi bund. Aku sudah SMP dan sebentar lagi aku SMA tentu saja aku mengerti semua nya. Hingga ibu memutuskan untuk pindah rumah dan memindahkan ku ke sekolah baru," ucap nya panjang lebar mengeluarkan uneg-uneg nya itu.
"Terimakasih sayang, bunda akan melepaskan ayah mu dari pernikahan kami jika kamu menginginkan ayah mu kembali pada ibu mu."
"Tidak bunda, ibu sudah memiliki calon papah baru untuk ku kelak. Namanya om Teguh ia pengusaha terkaya di kota ini, bahkan ia juga memiliki anak yang sama umur nya dengan ku."
"Benar kah?" Ia mengangguk dengan cepat. Lalu ku peluk ia dengan sangat erat dan penuh kasih sayang.
Setelah puas berpelukan ku membiarkan nya istirahat di kamar, dan aku menyusul mas Dani ke kamar.
Sesampainya di sana ternyata mas Dani sudah selesai mandi, ia berbaring di atas kasur sambil memejamkan mata nya. Sangat terlihat jelas di mata milik suami ku ini jika ia sangat lelah karena bekerja dan langsung mengantar ku untuk makan di restoran mantan istri nya.
Aku mengusap kepala nya dengan sangat lembut agar tidak membangun kan nya, tapi ternyata ia bangun juga.
"Sayang, kenapa?" Tanya nya. Karena melihat ku menetes kan air mata.
"Aku tidak apa-apa mas."
"Apa Tiara menyakiti hati mu sayang?"
"Tidak mas, Tiara anak yang baik. Bahkan kami bercerita dengan sangat asyik mas."
"Benar kah?" Aku mengangguk cepat.
"Syukur lah kalau begitu, ia memang sangat baik sama seperti ibu nya. Hanya saja aku yang jahat karena telah menyakiti hati mereka demi wanita iblis seperti Dina."
"Maksud mas?"
"Sudah lupakan saja sayang."
"Mas, aku mau tanya boleh?"
"Tanya kan saja."
"Maaf mas, kenapa dulu kamu memilih mbak Dina di banding kan dengan mbak Ita?"
"Apa kamu sangat ingin tahu?"
"Jika mas tidak ingin memberitahukan pada ku juga tidak apa mas."
"Mas akan cerita kan semua."
Mas Dani mulai menceritakan semua secara detail, bahkan ia juga memberitahu ku mengenai mbak Dina yang bermain api dengan pak RT selama ia pergi ke Surabaya Minggu lalu.
"Benar kah? Kenapa mas tahu?"
"Karena sebelum ku pergi aku memasang cctv kecil di setiap sudut ruangan di rumah sana, aku selalu mengecek setiap saat pergerakan kalian berdua."
"Di sini juga?" Tanya ku kaget.
"Iya, aku sangat khawatir dengan kalian itu lah sebab nya aku memasang itu semua. Tapi aku kecewa dengan Dina karena ulah nya itu. Padahal aku rela meninggalkan anak dan istri demi dia tapi ini balasan nya!" Ucap suami ku sedih.
Aku mendekat dan memeluk nya agar ia lebih tenang.
"Tapi apa boleh aku melihat nya? Maaf aku hanya sedikit kurang percaya dengan apa yang mas cerita kan takut nya menajdi fitnah nanti nya."
Mas Dani mengambil hp nya di atas kasur dan mulai menunjukkan video mbak Dina dan pak RT sedang memadu kasih, bahkan mas Dani juga melihat video sang adik dengan Kaka ipar nya itu.
Tentu saja ia mengaktifkan pembicaraan mereka bertiga di sana, Yuga melakukan itu semua karena ia kesal dengan mbak Dina. Tetapi dengan pak RT...?
"Astaga mas ternyata benar."
"Aku tidak pernah berbohong dek, aku dulu sangat mencintai nya. Dulu kami pacaran saat sejak satu SMA hingga lulus namun saat sudah lulus ia malah pergi ke Bangkok dan meninggalkan aku. Tidak hanya itu saja, bahkan ia menghina ku dengan menyebut kan bahwa aku ini miskin tidak akan bisa menafkahi nya yang bergaya kaya itu."
"Separah itu? Lalu apa yang akan mas lakukan setelah ini?"
"Mas akan berpura-pura tidak mengetahui apapun hingga mas dapat menangkap basah mereka, besok mas akan pulang tidak memberitahu mereka dulu mas ingin melihat reaksi mereka seperti apa. Dek, mas mohon jangan lakukan itu semua. Jujur mas sudah sangat terluka dengan semua ini mas menyesal karena sudah meninggal kan berlian demi seupik abu seperti Dina."
"Insyaallah mas, ya sudah kita tidur saja dulu. Besok mas juga harus ke kantor bukan?"
"Iya sudah ayok."
Mas Dani sudah terlelap lebih dulu sejak tadi namun tidak dengan ku. Aku masih tetap terjaga memikir kan semua perkataan mas Bima.
"Untung aku enggak macam-macam di rumah ini," ucap ku dalam hati.
Aku pun tidak tahu jika mas Dani memasang nya juga di rumah ini. Sebenarnya aku tidak ingin menjadi pelakor seperti ini, namun apa boleh buat? aku nyaman dengan mas Dani dan juga keadaan ekonomi keluarga ku yang bisa di bilang kurang beruntung itulah sebab nya aku bekerja sebagai kupu-kupu malam.
Tanpa terasa akhirnya aku terlelap juga saat sudah mendekati subuh, aku tidur dengan puas sampai aku melewatkan waktu sholat subuh dan juga membuat sarapan mas Dani.
"Sayang, mas berangkat dulu ya!" Pamit mas Dani. Seketika itu juga mata ku langsung terbuka lebar.
"Astaga mas, maaf kan aku karena bangun kesiangan" Ucap ku menyesal.
"Tidak apa sayang, tidur lah lagi. Tiara sedang bermain di belakang dengan kucing yang mas pesan dan baru saja datang."
"Kucing?"
"Ya, mas tahu kamu sangat suka hewan. Tapi mas berpesan agar kamu tidak terlalu dekat denga. hewan itu karena kamu sedang mengandung anak kita."
"Baik mas, makasih banyak ya!"
"Sama-sama sayang, kembali lah tidur lagi. Mas berangkat ya, hari ini kantor libur sayang karena weekend jadi mas akan pulang ke rumah Dina."
"Hati-hati di jalan mas. Jika bicara, bicara lah dengan lembut dan jangan memakai emosi ya!"
"Tergantung."
Setelah mas Dani pergi, aku kembali tidur dengan pulas.
Hingga aku bangun hampir tengah hari, sungguh aku merasa sangat ngantuk sekali akibat memikir kan semua yang pelik ini.
Aku turun ke bawah tidak mendapati Tiara di sana, aku pun mencari ke kamar nya dan ke kebun belakang rumah. Namun, hasil nya sama saja aku tidak menemukan apa pun di sana, hingga ...
"Bunda sedang cari apa di sini?"
"Astaga Tiara, kamu dari mana saja? Bunda mencari mu."
"Aku habis dari depan dengan Mbah inem. Bunda sedang apa?"
"Bunda mencari mu nak, apa kamu sudah makan?" Ia mengangguk.
"Ayah kemana?"
"Ayah ke ..."
"Ke rumah Tante Dina ya?"
"Iya nak."
"Oh ..."
Ia pergi meninggalkan aku yang masih mematung di sana karena melihat perubahan yang drastis dari anak itu, setiap kali mendengar nama mbak Dina. Ia selalu bersikap dingin dan cuek terkesan sangat tidak menyukai nya.
"Nak, apa kamu mau sesuatu?"
"Tidak Bun, tadi aku sudah bikin pempek sama Mbah."
"Benar kah? Wah enak dong!"
"Pasti dong, kan Kaka yang buat nya ha ha ha."
"Ha ha ha." Kami tergelak bersama, sungguh aku sangat behagia melihat ini semua.
Tiara hanya anak sambung ku tetapi ia begitu menghormati keberadaan ku, bahkan ia tidak pernah meminta hal yang sulit bagi kami pihak kedua orang tua nya itu.
"Bunda, apa bunda begitu mencintai ayah?"
"Hah maksudnya?"