NovelToon NovelToon
Shadows In Motion

Shadows In Motion

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: KiboyGemoy!

Karya Asli By Kiboy.
Araya—serta kekurangan dan perjuangannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KiboyGemoy!, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 34

Rifan melangkah masuk ke dalam rumah, langkahnya berat. Rasanya sulit meninggalkan rumah sakit, namun benar apa kata Raisa—dia juga punya kehidupan yang harus dijalani, pekerjaan yang harus diselesaikan.

Di ruang tamu, Tita dan Rusman yang sedang berbincang kecil langsung berdiri ketika melihat wajah lesu anak mereka. Mata Rifan tampak bengkak, merah dan basah.

Tita segera menghampiri.

“Rifan, ada apa, sayang?” tanyanya penuh khawatir.

Rifan menatap ibunya sejenak, lalu melangkah pelan mendekat, menundukkan kepala, dan menyandarkan wajahnya ke bahu wanita paruh baya itu.

Tita terkejut. Lebih terkejut lagi saat merasakan bahunya basah.

Rifan menangis?

Satu tangannya terangkat, mengelus kepala anaknya perlahan. Wajahnya cemas, melirik ke arah Rusman yang ikut mendekat dengan wajah bingung.

“Rifan... ada apa, Nak?” tanya Tita, hatinya mulai gelisah.

Isakan terdengar. Berat. Dalam. Luka yang tak terucap mulai pecah dalam tangis yang tertahan terlalu lama.

Rusman meletakkan tangan di punggung putranya, mengusap lembut.

“Ada apa, Fan? Kenapa kamu menangis seperti ini?” Suaranya serak. Ini kali pertama dalam bertahun-tahun mereka melihat Rifan menangis.

“M-Ma...” suara Rifan nyaris tak terdengar. “Dia... dia tertabrak. Aku... aku nggak bisa nyelamatin dia...”

Air matanya jatuh tanpa henti. Dada Tita ikut sesak mendengar suara pecah itu.

“Siapa, sayang?” tanyanya pelan.

“Raya...” Rifan memejamkan mata, suaranya bergetar. “Dia kecelakaan…”

Tita memandang Rusman dengan mata berkaca-kaca.

“Raya siapa, Yah?” bisiknya, nyaris tak percaya.

Rusman menghela napas pendek. Ia menatap Rifan, lalu berkata pelan, “Sepertinya... kekasih Rifan.”

Rifan mengangkat wajahnya lalu pergi begitu saja meninggalkan Tita dan Rusman. Pemuda itu melangkah ke atas lantai dua.

Tita menarik napas dalam-dalam, ia memeluk Rusman erat. "Kekasihnya tertabrak," lirih wanita itu menangis tersedu-sedu dalam pelukan Rusman.

(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

Saat Rifan memasuki kamar, dia melihat di atas meja ada sebuah permen yang belum sama sekali dia buka. Pemuda itu melangkah, menganbil permen itu.

Ia kembali teringat kejadian di mana Araya memberikan permen itu—rasa terimakasih untuk Rifan.

Rifan mendongakkan kepalanya dengan mata tertutup. Membiarkan air mata yang terbendung menetes bebas.

.

.

Di sisi lain, Raisa terduduk lemas di bawah lantai depan ruangan rawat Araya dan Rasti. Matanya bergetar dengan bendungan air mata yang lagi-lagi dan lagi timbul.

Ia mendongak menatap pintu ruangan itu, air matanya berhasil jatuh. Dengan sekuat tenaga ia berdiri, berjalan perlahan memasuki ruangan.

Di dalam, sudah ada Araya yang terbaring lemah dengan beberapa alat rumah sakit. Raisa mengelus kepala gadis itu dengan lembut. Hatinya terasa tercubit menatap Araya yang tidak sadarkan diri.

Hal yang tidak seharusnya terjadi kenapa harus terjadi. Rasti meninggal dunia sedangkan Araya terkan patah kaki yang membuat Raisa terpukul.

"A-araya... kamu yang kuat, yah?" lirih Raisa, mulai tersedu-sedu.

.

.

FLASHBACK— ARAYA&RAISA.

"Kakak, aku juga mau seperti itu." Araya menarik-narik baju Raisa.

Raisa tersenyum, saat itu usianya masih enam belas tahun dan di taman dia selalu merekam dirinya dance.

Raisa tersenyum. "Tunggu kakak besar, yah? Dan menjadi pelatih," ucapnya dengan senyum.

Araya mengangguk.

Namun, Raisa dan Araya terus bertemu di taman unruk melakukan dance. Raisa pun merasa senang karena memiliki teman dance walaupun mengajar Araya bener bener butuh tenaga dalam.

"Kakak, aku tidak memiliki Ayah. Kata ibu-ibu itu dia adalah seorang dancer. Makanya, aku ingin menjadi seorang dancer terkenal karena ingin mencarinya."

Raisa terkekeh ringan. "Semoga terkabulkan, yah?"

(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

KEMBALI KE MASA KINI.

Rifan yang mendapatkan panggilan dari Raisa segera turun dari lantai bawah.

"Rifan kamu mau ke mana, Nak?" tanya Tita.

"Rumah sakit, Ma," jawab Rifan berlalu pergi dari hadapan kedua orang tuanya.

"Yah, bagaimana kalau kita ikut?"

Rusman menggeleng dengan pelan. "Biarkan dia mengurus urusannya sendiri."

(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

Beberapa hari telah berlalu, namun Araya belum juga sadarkan diri. Tubuhnya masih terbaring lemah di ruang perawatan, dengan berbagai alat medis menempel di sekujur tubuhnya.

Sementara itu, jenazah Rasti telah diurus. Semua keperluan—dari rumah sakit hingga pemakaman—ditangani langsung oleh Irdan. Pria itu bersikeras melakukannya sendiri, sebagai bentuk tanggung jawab... atau mungkin, penebusan dosa.

Sejak kejadian itu, Irdan seperti kehilangan arah. Ia berdiri di ambang kehancuran, seluruh dunia terasa runtuh di hadapannya. Dalam satu kesempatan, ia bahkan mengaku di depan banyak orang—keluarga Rasti, para dokter, siapa pun yang mendengarnya—bahwa ia adalah pria yang pengecut. Tidak bertanggung jawab. Dan penuh penyesalan.

Jujur saja, ia tahu semua ini adalah buah dari perbuatannya sendiri.

Dulu, ketika Rasti dan dirinya berpisah, Irdan memilih jalan yang salah. Ia pergi bersama seorang ballerina terkenal. Wanita yang disebut-sebut sebagai selingkuhan. Wanita yang katanya membawa cahaya baru dalam hidupnya.

Nyatanya...

Wanita itu hanya memanfaatkannya. Saat kariernya melejit, ia tinggalkan Irdan begitu saja, seolah pria itu tak pernah ada. Dan di situlah Irdan mulai kehilangan segalanya—termasuk arah hidup.

Sejak itu, ia berusaha mencari Rasti. Ia telusuri jejak-jejak masa lalu, menghubungi teman lama, bahkan mendatangi tempat-tempat yang dulu pernah mereka kunjungi bersama. Tapi Rasti seolah lenyap dari dunia.

Ketika takdir akhirnya mempertemukan mereka kembali... semuanya sudah terlambat.

Rasti terlalu terluka untuk memaafkan.

Ia menatap Irdan dengan mata penuh kebencian—bahkan di detik-detik terakhirnya. Tidak ada kata maaf. Tidak ada pelukan terakhir. Hanya luka dan air mata.

Dan kini, wanita itu telah tiada... membawa semua luka itu ke dalam keheningan abadi.

Irdan terduduk di bangku tunggu rumah sakit. Kedua tangannya menggenggam kepala, matanya sembab.

"Rasti... maafkan aku... setidaknya... biarkan aku menebus ini... meski tanpa kau ampuni."

Hanya kesunyian yang menjawab.

"Memang benar kata orang-orang. Penyesalan akan datang terlambat." Rifan yang baru tiba duduk di sebelah Irdan yang sudah menangis.

Irdan menoleh sekilas. Ia mengangguk. "Aku benar-benar pria yang tidak bertanggungjawab," lirih Irdan.

"Raya masih memiliki kesempatan untuk menjalani dunia. Tapi, kita tidak tahu apakah dia akan memberontak karena mu. Atau... dia terima peran-mu," ucap Rifan.

"Aku... ingin menebus dosaku padanya. Apakah aku memiliki kesempatan untuk melakukan itu?"

Rifan menghela napas. "Kamu harus siap menghadapi apa yang akan terjadi," jawab Rifan.

Irdan mengangguk dengan tegas, ia memandangi tangannya. "Hm, aku akan menerima semuanya. Ini tidak seberapa dengan apa yang Rasti perjuangkan."

Pintu ruang rawat terbuka menampakkan Ruby, Lala, kedua gadis itu menagap tajam Irdan. Walaupun sudah beberapa hari telah berlalu. Kedua gadis itu masih marah dan tidak suka pada Irdan.

"Rifan, apa kamu datang untuk memeriksa Ara?" tanya Ruby, nada suaranya terdengar marah.

Rifan mengangguk pelan, ia berdiri. "Semoga kamu bisa melaluinya," ucap Rifan sebelum akhirnya melangkah masuk ke dalam ruang rawat Araya.

Jangan tanya mengapa Irdan di luar ruangan. Dia di larang masuk oleh teman-teman Araya. Irdan benar-benar telah di benci oleh dunia.

Kini ia bukan lagi seorang dancer terkenal melainkan pria pengecut yang orang-orang bangga-banggakan!

O0O0O—

Bersyukurlah pada apa yang kamu dapatkan. Jangan pernah meninggalkan dia karena sebuah kekurangan ataupun orang baru—karena penyesalan datang terlambat.

1
Alexander
Ceritanya bikin aku terbuai sejak bab pertama sampai bab terakhir!
Kiboy: semoga betah😊
total 1 replies
Mèo con
Terharu, ada momen-momen yang bikin aku ngerasa dekat banget dengan tokoh-tokohnya.
Kiboy: aaa makasih banyakk, semoga seterusnya seperti itu ಥ⁠‿⁠ಥ
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!