Menikah bukanlah target seorang Loralei Nyx dalam waktu dekat. Tapi, pada kenyataannya, dia harus berakhir menjadi seorang istri juga.
Menyandang status sebagai pendamping CEO dari keluarga Dominique yang tersohor adalah impian banyak wanita. Namun, tidak bagi Loralei yang membenci suaminya sendiri, tak lain adalah bosnya.
Agathias Gemala Dominique. Pria galak yang selalu membuat hidup Loralei tidak tenang satu detik saja. Tiba-tiba memaksa untuk menikah dengannya tanpa memberikan pilihan, pertanda harus mau menjadi mempelai wanita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NuKha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 35
Annora menatap tajam Agathias yang tiba-tiba ikut bergabung duduk di kursi depannya. Ada sorot yang menyiratkan rasa tidak suka atas kehadiran manusia itu.
“Kenapa kau ajak dia?” tanya Annora seraya menunjuk pria di samping Loralei. Bibir pun mencebik karena ia tidak bisa leluasa berbincang kalau ada kembarannya.
“Dia mengekor terus, tidak mau ditinggal,” keluh Loralei sembari mata melirik suaminya.
Sementara yang mereka bicarakan justru santai dan melepaskan tas sang istri. Agathias mengedikkan bahu pertanda masa bodo kalau mereka tidak menerima kedatangannya.
“Aku sedang menjaga istri dari hal-hal yang tidak semestinya ia dengar.” Agathias menarik sebelah sudut bibir untuk Annora. Matanya juga sengaja memancarkan supaya saudaranya itu tidak perlu berbicara yang membuat semua rencananya kacau.
Annora mencebikkan bibir. “Pesanlah!” titahnya pada Agathias. “Supaya ada gunanya kau datang ke sini.”
Namun, yang diberikan perintah justru menyilangkan tangan dan menyandarkan punggung. “Kau saja, sana. Yang mengajak Loralei keluar siapa? Seharusnya saat datang sudah ada makan dan minum di meja.”
“Aku tidak mengundangmu. Jadi, kau yang pergi memesan!” Annora melotot dengan gaya duduk yang angkuh, sama seperti Agathias.
Loralei jadi pusing sendiri menyaksikan saudara kembar itu. Adu mulut dan tidak ada yang mau mengalah. “Ya sudah, biar aku saja.” Dia langsung berdiri, daripada menjadi wasit dalam pertikaian cucu-cucu keluarga Dominique.
“Jangan!” larang Annora dan tangan mencekal pergelangan sang ipar.
Sementara Agathias berucap sebaliknya. “Ide bagus, kau pergilah order.”
“Seenaknya menyuruh istrimu.” Annora melemparkan selembar tisu yang dibulatkan. “Kau lelaki, mengalah, sana!” Lalu kakinya sengaja menendang betis Agathias ditambah mata melotot.
“Shitt! Kekerasan,” umpat Agathias. Kembarannya dari dahulu tidak pernah mau kalah, selalu otoriter jika dengannya.
Daripada tak kunjung usai, Agathias mengalah. Sampai sore pun pasti mereka hanya berakhir berdebat seperti itu kalau ia tidak segera memesan. “Kau jangan bicara macam-macam pada istriku, ya?” peringatnya sebelum meninggalkan Annora.
“Memangnya apa yang mau ku katakan pada Loralei? Adakah hal yang sangat membuatmu ketakutan seperti itu?” Annora menarik sebelah sudut bibir karena merutuki kebodohan Agathias yang menunjukkan gelagat kalau menutupi sesuatu.
Seketika itu Agathias sadar kalau ada rasa takut yang baru saja ditunjukkan secara tak sengaja. Dia langsung mengayunkan kaki untuk memesan minuman dan beberapa camilan. Tapi, harus mengantri karena jam makan siang membuat banyak orang datang.
Sementara itu, Annora memastikan kalau tempat duduk mereka tidak nampak dari pandangan Agathias. Barulah ia bicara dengan Loralei.
“Kenapa tumben sekali memintaku bertemu?” tanya Loralei. Alisnya mengerut heran bercampur bingung. “Dan, kenapa tadi kau mengatakan tentang ketakutan Agathias? Adakah yang aku tak tahu?”
“Oh ... aku hanya ingin lebih dekat saja dengan iparku,” jelas Annora. Lagi-lagi ia memastikan kembarannya sudah hampir kembali atau belum, ternyata diantrian.
“Jadi, begini, Loralei.” Annora pun menatap wanita di hadapannya dengan serius. “Kita sesama wanita, dan aku tak ingin kau terluka.”
Loralei masih bingung. “Terluka karena?”
“Pernikahanmu dan Agathias yang dadakan.”
“Oh, aku sudah biasa menghadapi bos yang selalu menjajah setiap saat. Jadi, pernikahan kami tidak ku anggap serius.”
Annora menghembuskan napas lega. Dia pikir Loralei akan terbuai. “Bagus, jangan sampai kau jatuh cinta pada Agathias.”
Kening Loralei semakin mengerut. Saudara kembar macam apa yang tidak mendukung satu sama lain, malah melarangnya. Aneh.
panggil aja cloo
penulisan rapi
alur jelas
kocak abis...