NovelToon NovelToon
Kamu Yang Aku Mau

Kamu Yang Aku Mau

Status: tamat
Genre:Selingkuh / Beda Usia / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Dijodohkan Orang Tua / Tamat
Popularitas:108.8k
Nilai: 5
Nama Author: Taufan kamilah

Harap bijak memilih bacaan banyak ****** ****** dan kekerasan.

jangan lupa tinggalkan jejak like, komen, hadiah, dan vote supaya lebih semangat.

Bercerita Bhumi Mahadewa Mahendra, guru yang didesak menikah oleh ibunya katena ia khawatir putra kebanggannya memiliki penyimpangan orientasi seksual karena di usianya Yang ke 29 tahun Bhumi tidak pernah memiliki kekasih, padahal dinginnya sikap Bhumi karena kisah masa lalu keluarganya.

Disisi lain Shavara Nasution yang dikhianati Tunangannya setelah empat tahun berhubungan enggan memiliki kembali kekasih karena menurutnya cinta itu bullshit yang ada hanya nafsu birahi yang dipaksa Ibunya mencari pengganti mantannya alih-alih mendekam menangis mantannya yang jahanam itu.

Dua pribadi yang berbeda dengan luka masing-masing namun sikap yang apa adanya tanpa mereka sadari mereka saling menyembuhkan.

cover by pinteres

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taufan kamilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35. Perihal cupang.

Shavara berguling-guling dalam selimut bukan karena galau dengan alasan yang dulu, tetapi bahagia yang masih terasa perihal semalam, ia menyentuh, lalu memainkan bibir bawahnya, kemudian tersenyum.

Shavara menutup seluruh tubuhnya dengan selimut" Aaakkhh,,.. Mama anak mama..jatuh cinta... otoke... Mamaa..." dia hanya berani meneriakinya di dalam redaman selimut.

Shavara mengeluarkan wajahnya dari selimut," anjir, gini amat rasanya jatuh cinta, bentar-bentar, gue pernah pacaran dua kali pake tunangan segala lagi, kenapa gua kayak baru ngerasain ini. gue lupa sama ke Aryo dulu gimana, tapi gue ngerasa kayak baru pertama kalinya gue deg-degan gini hanya inget wajah dia. ck, bocil amat dah, geli gue, tapi ini jantung deg-degannya minta ampun...gimana dong... aishh..mana tu muka si ganteng gentayangan di kepala gue..aishh..gila gue..." Shavara meracau sendiri, dia jemu dengan dirinya sendiri

Daripada berasa orang gak waras, Shavara menyingkirkan selimut, lalu menuju kamar mandi.

" KYAAAAA....." Shavara terbelalak kaget kala melihat jejak ungu yang memenuhi hampir seluruh lehernya ditambah bibirnya yang bengkak.

Ia lantas mengambil air lalu digosokkan ke lehernya yang ternyata tidak berdampak jejak itu masih ada, utuh tidak memudar sedikitpun.

Karena panik dia keluar kamar, menyambar ponselnya yang tergeletak di kasur, lalu menelpon orang yang bertanggungjawab atas jejak itu ada.

" hallo cantik, selamat pagi." salam Bhumi di seberang sana sambil mengulum senyum.

Mendapat sambutan seperti itu berhasil membuat Shavara merona, namun mengingat maksud dia menelpon, ia menggeleng kepala.

" Kak, gawat. bekas kakak di aku banyak banget."

" Bekas? aku gak suka ucapan kamu, tapi aku juga gak ngerti, bekas aku apa?"

Sontak Shavara meragu, dan malu, tapi dia juga bingung, maka dia kesampingkan rasa malunya." I..itu..di leher aku, banyak banget..warnanya ungu..nyeremin..gak bisa ilang udah aku coba dihapus pake air. gimana dong kak." Shavara tidak sadar sudah setengah merengek manja.

" Hah? beneran? terus gimana dong." Shavara tahu Bhumi tengah menjahilinya, semalam dia sempat kaget dengan satu sifat kekasihnya ini. ah, kekasih. kata menggelitik hati Shavara.

"Kakak, bukan waktunya bercanda, aku lagi bingung ini, sebentar lagi sarapan, ini kelihatan banget."

" Gak bercanda, tapi memang aku gak tahu. ma**sa kamu gak tahu, aku juga gak tahu."

" heh, ini pengalaman pertama aku ya, kakak yang lakuin, kakak yang harus bertanggung jawab."

" Ini juga pengalaman pertama aku."

" Cepetan ih, malah ribut tanding pengalaman pertama."

"Suer, sayang. aku gak tahu, kalau aku tahu bakal segitunya sama cewek, udah aku cari dari google..."

" Aaah...google. iya, aku cari di google dulu. Aku tutup ya..."

" Tunggu, jangan ditutup dulu. aku pengen lihat."

Seketika orang Shavara ng-lag." lihat apa?"

" Itu, cu'pang."

" Hah, gak mau. Malu. gak penting banget pengen lihat."

" Kita ganti vidcall ya."

" Gak mau, ih. udah ya...aku mau nyari di google..."

"Tunggu,"

" Apaan lagi."

" Masih kangen..."

" Ck, kamu ini aku lagi panik Lo, kamu malah ngomongin kangen."

" Hari ini mau kemana?"

" Kenapa emang?"

"Ck, jawab. mau kemana?"

" Nyari buku buat bahan skripsi."

" Emang Aa Wisnu gak punya, bukannya kamu satu jurusan sama dia."

"Kurang beberapa."

"Aku anter, kamu ke WarungKita dulu ya. eh, aku jemput kamu aja deh, tapi ke warungkita dulu, ya."

Tidak mau berbelit, Belit, shavara mengiyakan." Okay, aku tutup ya."

" Aku beneran penasaran, sayang."

klik....

Shavara tanpa ba-bi-bu memutus sambungan tersebut." Ck, orang lagi buru-buru malah ngomong gitu." gerutu Shavara sambil membual aplikasi google.

Setelah tahu, ia langsung mandi, membersihkan diri, terlalu malas hanya menutupi jejak bibir Bhumi yang bertebaran, ia membubuhi Foundation ke seluruh lehernya.

" Kayak vampire banget dah ini orang."

Menyamarkan kebengkakkan bibirnya, Shavara memilih lipstik natural.

" Ish, nih orang kelaparan apa gimana."

Dengan jantung berdegup cepat, Shavara menuruni tangga, ia duduk di seberang Aditya, memberi senyum termanisnya pada sang adik yang sudah memicingkan mata.

" Ada apa?" curiga Aditya.

"Kenapa?"dibalas Shavara sok polos.

" Gak biasanya ngasih senyum rayuannya. lagi ada maunya ini."

"Ck, apa sih. gaje."

"Tumben pakai kaos turtleneck, gak biasanya, emang lagi musim hujan sih, tapi gak dingin banget. itu bibir tumben pake lipstik." ucapan Aditya mengundang yang lain memperhatikannya.

Yang membuat Shavara gugup seketika, satengah mati ia berusaha tenang.

" Teteh, mau kemana? kok udah rapih." tanya Anggara.

" Nyari buku, pa."

" Masih kepagian." celetuk Aditya.

" Ya main dulu, lah. kemana kek, Sabtu ini."

" Dianter siapa?"

" Kak Bhumi."

Brakh...

Yang lain terlonjak kaget, saat Aditya refleks menggebrak meja.

" APA?"

" ADIT..." teriak semuanya.

" Hehehehe, maaf. adek khilaf. kaget. kak. dia guru adek, beneran pacaran sama pak Dewa?"

" Itu lagi yang dibahas.." sungut Wisnu.

"Iya, dek. teteh kamu pacaran sama guru tersayang kamu." jawab Wisnu sebal.

" Aaaaa....jadi kalian udah jadian? aaaaa,..mama senang sekali. terakhir dapat kabar dari rianti kalian sih pdkt, sekarang udah jadian. akhirnya anak mama ada yang punya pacar." Fena menjerit berlebihan.

"Yang kemarin anggap tunangan siapa, Ma. kok ngomongnya kayak anak mama gak lau gitu." sarkas Aditya yang langsung membuat suasana berubah canggung.

Pletak...

Wisnu dengan santai menjitak kepal adiknya, berharap otaknya bergeser, atau mulut lemesnya dikurangi.

" Teteh, teteh tahu, teteh udah bikin kalian malu, tapi kan itu bukan salah teteh." ucap Shavara sendu.

"Eeeh, bukan maksud begitu..." Aditya panik sendiri. ia menoleh pada ayah, ibu dan kakaknya minta pertolongan, namun tidak ada yg berniat meladeni.

" Kalau Aa gak malu."

" Papa juga."

"Mama idem."

" Mungkin cuma si adek yang malu." ucap Wisnu mendahului Aditya yang sudah membual mulut sambil menyuap ansi gorengnya.

Aditya menggeleng cepat." En..enggak. adek gak malu. siapa yang bikin teteh malu, sini Adel hajar dia." ucap Aditya menggebu-gebu mengalihkan obrolan.

"Makanya tu lambe jangan suka ikut campur. Teh, jangan hiraukan dia, nikmati hidup kamu. papa sama mama aja nyantai, kok kamu yang rese." omel Fena.

" Adek gak mau tetap dipecundangi lagi, amma gak tahu aja gimana sedihnya aku saat denger teteh nangis gara-gara si bang'sat itu." ungkap Aditya.

Shavara menunduk, merasa bersalah. dia memang terlalu berlebihan menyikapi perselingkuhan tunangannya.

" Gak semua laki-laki begitu, buktinya kamu sama Aa baik. Mama gak mungkin jodohkan mereka kalau Bhumi breng'sek. kamu sendiri, gimana bapak guru mu itu? gak baik?"

" Baik, tapi kan masih khawatir. maaf, pak Dewa baik kok." cicit Aditya.

Shavara merasa terenyuh, ia pun berlari kecil ke arah kursi Aditya, lalu memeluknya, mencivmi wajahnya haru.

Fena dan Anggara terharu anak terkecil mereka ternyata sudah menjelma sebagai lelaki. Fena menggenggam tangan Anggara.

" Maaf, kemarin gak aja diri dari kemungkian itu, jadi teteh agak lebay. kalau sekarang, teteh lebih menjaga hati." Shavara mengelus rambut Aditya.

" Enggak, mama benar, kakak harus menikmati hidup, pak Dewa juga lelaki baik. adek yakin pak Dewa gak sebreng'sek si Aryo."

" Yuk, kita lanjut sarapannya." Anggara mengurai ketegangan yang sempat ada. Shavara mengecup puncak kepala Wisnu dan Anggara saat kembali ke kursinya.

Fena tertegun, sedikit hatinya merasa tercubit, kala menyadari Shavara tidak melakukan apapun padanya.

" Kok, mama enggak." protes Fena.

" Maaf, kayak gak sopan aja ke mama begitu." Shavara meski kikuk akhirnya melabuhkan kecupan di pipi Mama-nya.

¥¥¥¥¥¥

" Ayok, ih berangkat." pinta Shavara risih dengan respon keluarganya saat Bhumi menjemputnya tadi.

Fena menyambut dengan teriakan terlalu bersemangat, Aditya sedikit cemberut, Wisnu seperti Baisa datar gak jelas. Anggara lebih ke santai.

" Iya, ini aku nyalain mesin dulu, ,kamu kenapa mukanya merah gitu."

" Nanti aku kasih tahu, sekarang yang penting kita pergi dari sini dulu."

wajah Shavara memerah karena bisikan Mama-nya.

Bhumi mengklakson sekali dan sedikit mengangguk pada mereka yang berdiri di teras, lalu melakukan mobilnya.

" Jadi mana, cup'angnya." Bhumi mengulurkan tangan, sengaja menyelipkan telunjuknya allu sedikit mengelus ke dalam kerah kaos.

Shavara menjauhkan diri, ia merasa ada gelenyar aneh di tubuhnya saat telunjuk itu menyentuh lehernya " Udah ditutupin pake Foundation." jawab males Shavara.

" Oh, itu obatnya, tapi kok masih pake turtleneck?"

" Gak yakin aja, jadi ya..gak mau ngambil resiko dijulidin Adit, jadi ya...pake ini."

Bhumi tergelak melihat wajah merengut Shavara, ia mengusap kepalanya, lalu mengambil tangan Shavara untuk dikecupnya. meski setelahnya shavara menarik tangannya kembali.

" Jadi penasaran pengen lihat yang asli. nanti kasih lihat ya."

" Gak mau, molesin foundationnya lama."

" Aku bantu."

" Yang ada nambah."

Sontak Bhumi terbahak-bahak," tahu aja."

Shavara refleks mukul paha Bhumi, dengan gesit Bhumi menahan tangan Shavara di sana, ibu jarinya yang mengelus punggung tangan antara telunjuk dan ibu jari gadisnya yang sedikit menggetarkan hati Shavara.

¥¥¥¥¥¥

" Civm." pinta Bhumi saat sebelum Shavara m membuka pintu.

" Gak ya, ini di parkiran, kalau dilihat karyawan kamu gimana?"

" Gak bakal, mobilnya aja membelakangi resto, civm, sayang."

" Gak mau, ayok ih turun." Shavara bukannya tidak mau, tapi dia malu, " masa cewek nyivm duluan, tengsin dong." bathinnya.

" Ah, gengsi dibesarih." tanpa ba-bi-bu, Bhumi menarik tengkuk leher Shavara, langsung melum'atan dan menyedot kuat di bi'bir ranum.

" Ah, kakh.."saat bi'bir itu terbuka sedikit, Bhumi mengambil kesempatan menyusupkan li'dahnya, menggoda agar lebih terbuka lebar.

"Hmmphh.." Shavara mengelus leher Bhumi, yang membuat Bhumi lebih bersemangat, ia menyerongkan kepala, makin intens ******* bi'bir mungil bergantian atas dan bawahnya.

" Hah..hah..." Bhumi mengelus jejak saliva di bibir Shavara.

" Aku akan terus membuat mu terengah-engah minimal sekali disetiap kita bertemu sampai akmu amu nikah sama aku."

Tangan Shavara turun ke dada Bhumi. " kak, jangan begini."

" Tapi memang begitu adanya, sayang. persiapkan diri kamu."

" Setelah menikah gak gini lagi?"

" Makin nambah desa'hannya sayang, tapi melihat tempat." Bhumi mengecup kening Shavara sebelum membuka kunci mobil.

Bhumi menggenggam tangan gadisnya melewati parkiran, begitu pintu dibuka," Papa..." teriak bocah berusia tiga tahun berlari padanya memeluk kakinya.

Beberapa pegawai yang sedang merapihkan meja, dan berupa buka resto menghentikan kegiatan mereka.

Tubuh keduanya menegang, Shavara berniat menarik tangannya yang terkurung dalam tangan Bhumi, namun segera ditahan Bhumi.

" Itu anak kamu?" tanya Shavara sedikit berat.

" Bukan, aku masih perjaka, kalau kamu gak percaya ayok kita tes." jawab Bhumi cepat dengan suara keras, dia tidak ingin Shavara salah paham.

" Terus siapa dia? kok manggil kamu papa?"

" Kamu aja kaget, apalagi aku." ucap lugasnya.

" Dewa..." Kinan berjalan anggun mendekat mereka dengan senyum manis yang merekah.

" Lo, Kin." Kinan kaki saat suara Bhumi terdengar sinis di telinganya.

" Langit sini, sayang." anak itu makin mengkeret ke kaki Bhumi.

" Gak mau, Kata mama, om ini bakal jadi papa angit. angit mau sama papa balu ini."

Ucapan Langit membuat Bhumi mengerutkan kening ke atas bertanya pada Kinan yang tersenyum kaku padanya.

" Kita bicara di tempat lain yuk, ada tempat yang lebih privasi?"

" Kita gak akan kemana-mana, jelaskan apa maksud ucapan bocah ini." tanah Bhumi sinis.

" Wa, aku..sudah bercerai dengan suamiku." Kinan menatap lurus manik Bhumi berharap Bhumi sedikit bersimpati padanya.

" Urusannya sama gue apa?"

" Dia KDRT."

" Gak ngurus gue."

"Wa, mohon aja sedikit ucapan kamu, itu gak pantes didengar anak kecil."

" Kenapa Lo ngatur gue? Lo yang bawa dia kemari. urusan etika dia bukan urusan gue."

" Wa, please..dia kangen ayahnya."

" Ya, bawa ke bapaknya ngapain bawa ke gue."

" Kinan, apa maksud Lo begini sama gue, jual cerita sedih Lo."

" Papa, kenapa marahi mama? siapa Tante itu?" Langit menarik-narik celana Bhumi dengan tatapan sendu.

Kinan menggigit bibir dalamnya menahan senyumnya, ia senang anaknya melakukan apa yang dia ajarkan. meski agak kesal dengan keberadaan gadis muda ini.

Terbukti kini Bhumi berjongkok, meski pegangan tangannya pada Shavara tidka dia lepaskan, terpaksa Shavara turut berjongkok.

" Nak,.."

" Langit, namaku Langit." ucap bocah yang sudah kelihatan aura gantengnya.

" Langit, om minta maaf buat kamu sedih, tapi om bukan papa kamu, dan tidak akan pernah menjadi Papa kamu." ucap tegas Bhumi.

" Dewa...please..jangan, demi masa lalu kita, " mohon Kinan memelas sedikit melirih, dia tidak suka arah ucapan Bhumi.

Namun Bhumi yang mengenal Kinan, dia tidak menggubrisnya." Ini calon istri om, calon ibu dari anak-anak om sendiri." Bhumi menatap Shavara dengan sorot dalam membawa Shavara ke dalam rangkulannya.

Mata Langit berkaca, bibirnya melengkung kebawah, sudah dipastikan Langit hendak menangis.

Shavara panik, dia merasa goyah, ia mengulurkan hendak memeluk Langit." sayang tenang. om dewa hanya bercan..." Bhumi menarik tangan Shavara yang hampir menyentuh Langit.

Ia menggeleng, kode untuk jangan." Kak, dia nangis."

" Dia punya bapak."

Mengabaikan langit yang mulai menangis, Bhumi berdiri membawa serta Shavara bersamanya.

Langit berlari ke arah ibunya, memeluk kaki ibunya.

Melihat sikap lembut namun tegas Bhumi sedikit mengusik ego Kinan, dia tidak terima Bhumi mampu bersikap lembut pada wanita lain saat dirinya tidak pernah mendapatkan itu.

" Dewa, Kenap kamu tega. kamu tega merusak impian dia mendapatkan kasih sayang seorang ayah." tuding Kinan.

" Itu ulah siapa? gue gak kenal dia, kita baru bertemu lagi setelah sekian lama Lo gak nongol. Lo, dengan seenak jidat Lo mau bikin hidup gue runyam, egois, khas Lo banget."

" Dewa,...aku wanita yang pernah kamu cintai. sedikit toleranlah padaku, setidaknya ada anakku."

Merasa membuang waktu percuma, Bhumi memilih menelpon seseorang." Ke sini, cepetan. temen Lo butuh ayah buat anaknya."

Klik...

" Gue udah telpon Adnan, dia jomblo. emaknya ngebet punya cucu, mungkin anak Lo bisa jadi anak dia."

Kinan terperangah tidak percaya, s jauh itu bhumi menolaknya.

"Gue cabut."

Bhumi membawa Shavara melewati lantai dasar menuju tangga hendak ke kantornya, dari ekor matanya Bhumi bisa melihat Kinan yang pergi dengan langkah lebarnya dengan langit yang menangis di pelukannya.

Bhumi tersenyum smirk, melihat itu." Kak, kamu kok bisa berlaku begitu..." ucap Shavara tidak suka....

1
Arjuna Pratama Juna
author kemana ni ko gak ada kabar sama sekali
Nara Azka
kenapa lama ya up nya Thor...
Nanik Badriatul 'Aini
ini para mahasiswa tingkat akhir, mau maunya diatur atur anak SMA
Sinta Ariemartha
kira2 drama arleta kapan berakhirnya yaa
Nanik Badriatul 'Aini
shava.... shavaa...
kamu ngapain nyuruh Bhumi baik ma Arleta, klo lihat sikap baik Bhumi ke Leta bikin kamu bengek
Nara Azka
up nya kok lama amat thor.
Nanik Badriatul 'Aini
beneran 'sakit' si Leta. bu Fena panggilin psikiater, biar rumah tangga putrimu aman, damai
Dira Abyudaya
banyak typo gk nyambung jadi bacanya😁
Nanik Badriatul 'Aini
udah siena, bawa kakakmu berobat. jelas" dia 'sakit'. sama seperti Arleta
kasihan Arleta... jiwanya sakit karena perlakuan menyakitkan dari ke2 ortunya yg egois
Qaisaa Nazarudin
Wkwkwk Anak sama emak sama2 GILAnya 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️
Sinta Ariemartha
bulet...bulet kayak tahu bulet
Ann,
sebenar nya ini favorit ku tapi vara makin késini makin gak masuk akal . jdi agak gimana gtu . sorry
Ida Harry
lama bangettt up nya thorrr
Nanik Badriatul 'Aini
benar sih ma... ngapain nangis" pe mata bengkak klo cuma sebentar dah baikan ( karena masalah sepele )
sava, biar g nangis diledekin mama, bsok lagi jangan mikir yg ngadi ngadi. malu kan... nangis kejer, tnyata salah sangka kamu aj
Nanik Badriatul 'Aini
sabar ya bhum.... sava itu trauma di khianati, jadi suka paranoid sendiri
sava, belajar mengungkap apa yg kau mau dg jelas. saat ini kamu g lagi berhadapan dg aryo. ingat va, bhumi beda dg aryo
Qaisaa Nazarudin
Sebelum menikah aja hubungan mereka udah kejauhan,,,Apalagi saat sekarang mereka sudah menikah..
Ann,
mangka nya var jan ngeyel lagi ..selalu vara terluka terus 😏
Anonymous
Suka dengan ceritanya,terasa jadi muda lagi saya bacanya,hehe lanjutkan
Sinta Ariemartha
thorr kira2 kapan sih aryo sm kinan bener2 jera gak ganggu babang Bhumi sm teh vara,
Ann,: sampe segini jauh nya si cuunguk gada kapok nya elah capek
total 1 replies
Nara Azka
pingin baca cerita tentang kisah cinta wisnu berliana dong thor.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!