🏆 Novel Tahun 2022 🏆
Bo Li dibesarkan oleh kakeknya yang sangat kaya raya dan memiliki perusahaan dan bisnis hampir diseluruh belahan dunia ini.
Bo Li tumbuh dewasa nyaris sempurna, cantik, anggun, dan sangat kaya raya bahkan kekayaannya mampu membeli separuh dunia.
Bo Li adalah seorang CEO perusahaan setelah kakeknya mengangkat dirinya untuk menggantikannya sebagai regenerasi pimpinan perusahaan.
Tapi itu semua tidak membuat Bo Li besar kepala dan manja, dia adalah sosok wanita yang sangat mandiri selain itu dia mendapat anugerah kehormatan sebagai salah satu bintang masa depan yang memiliki reputasi yang baik.
Dibalik itu semua Bo Li memiliki sesuatu kisah yang sengaja dia sembunyikan dari kehidupan sosialnya...
Bo Li juga mendapatkan warisan dari seorang pria yang tidak dia ketahui identitas dirinya ketika dia masih kecil...
Lalu siapakah sosok pria tersebut dan mampukah Bo Li menemukannya...
Apa yang disembunyikan oleh Bo Li selama ini dan mengapa dia menyem
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesabaran Ivander Liam
Udara hari itu dimana Bo Li kembali pulang ke rumah Ivander Liam, tunangannya terasa sangat sejuk.
Gemerisik daun-daun dari pepohoan di halaman rumah mewah milik pria berambut pirang terdengar sampai telinga Bo Li, seakan sedang membisikkan sesuatu kepadanya.
Dia tahu jika kepulangannya ini sangat tidak biasa dan mengagetkan Ivander Liam, tunangannya.
Pria berwajah tampan itu terlihat sangat serius ketika memandang kearah Bo Li yang tengah berada di atas kedua tangannya yang sedang berbaring.
"Hmmm...! Apa yang kamu lakukan disini ?", kata Ivander Liam.
"Mmm...!?", gumam Bo Li panik.
"Mmm apa ? Apa kamu tidak tahu jika sudah lima hari kamu menghilang dari rumah ?", kata Ivander Liam.
Pria berambut pirang itu menautkan kedua alisnya seraya menatap kearah Bo Li dengan tatapan tajam.
Bo Li yang mendengar ucapan tunangannya itu sangat terkejut sekali, ia baru mengetahui bahwa dirinya telah pergi dari rumah Ivander Liam selama lima hari.
Bukankah dia baru pergi semalam saja dari dunia peri dan kembali pulang ke rumah pria berambut pirang itu.
Dia bertanya-tanya kepada dirinya sendiri tanpa berkedip sedikitpun dan berpaling dari wajah Ivander Liam, "Apakah benar yang dikatakan tunangannya itu jika aku pergi sudah lima hari dari rumah ini ?", kata Bo Li bergumam dalam hatinya.
"A--aku...? A--ku..., aku tidak kemana-mana ?", sahut Bo Li gelagapan.
"Tidak kemana-mana !? Pandai sekali kamu berbohong nona ?", kata Ivander Liam sambil mengangkat kedua alisnya keatas.
"Mmm..., b--benar s--sekali...!? Aku sedang ada di rumah dan tidak kemana-mana !", sahut Bo Li masih berbaring di kedua tangan pria berambut pirang itu sambil bergelayut dileher Ivander Liam.
"Oho...ho...ho...ho...! Bagus sekali nona ! Sejak kapan kamu pandai mengarang cerita bohong ini ? Hah ?", kata Ivander Liam.
Bo Li terkesiap pucat saat Ivander Liam bertanya tentang kepergiannya dari rumah ini tanpa kabar berita dari dirinya kepada tunangannya itu.
Dia memandang Ivander Liam dengan sangat hati-hati karena jika ia salah bicara maka semua rahasia tersembunyi mengenai dirinya akan terbuka oleh pria itu dan itu akan sangat membahayakan keberadaannya di kota B-one ini.
"Kenapa diam ? Kenapa tidak menjawab pertanyaan ku ?", kata Ivander Liam masih memangku tubuh Bo Li di atas kedua tangannya.
"Aku tidak berbohong !", sahut Bo Li cepat dan berusaha berdiri.
"Hmm...??? Rupanya aku harus sedikit memaksamu untuk berkata yang jujur, nona Bo Li !", kata Ivander Liam menahan tubuh Bo Li.
"A--aku berkata yang sebenarnya, Ivander Liam ! Aku terjebak di atas loteng rumah dan terjatuh kebawah !", ucap Bo Li berusaha melepaskan diri dari Ivander Liam yang menahannya erat-erat.
"Tidak ! Kamu belum mengatakannya padaku yang sebenarnya ! Dari mana kamu ?", kata Ivander Liam gemas.
"Aku sudah katakan ! Jika aku ada didalam rumah ! Lepaskan Ivander Liam !", kata Bo Li meronta.
"Tidak ! Apakah kamu tahu kalau aku mencari mu kedalam kamarmu ? Dan bolak-balik dari kamarmu sebanyak seratus lima puluh kali !?", kata Ivander Liam berusaha menahan Bo Li di atas tangannya erat-erat.
"Jangan berlebihan Ivander ! Aku sudah katakan aku tidak pergi kemana-mana ! Percayalah dan tolong turunkan aku ! Aku mohon padamu !", kata Bo Li.
"Tidak ! Aku tetap katakan tidak ! Sebelum kamu mengatakan padaku kemana kamu pergi selama lima hari ini ?", kata Ivander Liam gemas.
Bo Li terperanjat kaget saat ia mendengar ucapan dari Ivander Liam bahwa pria itu telah datang ke kamar tidurnya berkali-kali untuk mencari dirinya.
Dia sendiri baru mengetahui dari penjelasan Ivander Liam bahwa dirinya telah pergi dari rumah selama lima hari.
Perjalanan ke dunia peri karena hukuman Sistem Bo Li 115 ternyata menghabiskan waktu yang cukup lama dan Bo Li tidak menyadarinya sedikitpun.
Bo Li meronta keras dan berusaha melepaskan dirinya dari Ivander Liam, tetapi tetap saja tenaga pria itu lebih kuat darinya.
***
Akhirnya dengan terpaksa Bo Li menggigit telinga Ivander Liam sehingga pria itu berteriak kesakitan meski demikian Ivander Liam masih berusaha menahan tubuhnya erat.
Keduanya terlibat adu otot satu sama lainnya dan berusaha mempertahankan diri mereka masing-masing.
"Lepaskan ! Lepaskan Ivander Liam !", teriak Bo Li meronta keras.
"Tidak ! Katakan dulu alasannya kenapa kamu pergi dari rumah ! Aduh ! Jangan menggigitku !", teriak Ivander Liam kesakitan dan tetap menahan Bo Li.
"Tidaaak ! Tidaak ! Lepaskan aku !", teriak Bo Li.
"Aduh ! Jangan menggigitku terus-terusan ! Sakit !", kata Ivander Liam.
"Lepaskan aku !", kata Bo Li.
"Tetap tidak !", kata Ivander Liam sambil meringis kesakitan.
"Kenapa kamu selalu bersikap kekanak-kanakan terus Ivander Liam ? Tolonglah ! Bersikaplah sedikit dewasa !", pekik Bo Li mulai kesal.
"Aku sudah dewasa ! Kamulah yang tidak pernah dewasa nona ! Apakah kamu tahu jika kamu sudah bertunangan ?", kata Ivander Liam sambil memicingkan kedua matanya.
"Kamu yang tidak dewasa Ivander Liam ! Apakah kamu mencintaiku ? Apakah kamu sudah menerima diriku sebagai tunangan mu yang sesungguhnya ?", kata Bo Li.
"Maksudmu ?", ucap Ivander Liam tertegun.
Mereka berdua saling berpandangan satu sama lainnya dengan serius tanpa mau mengalah.
"Turunkan aku !", ucap Bo Li serius.
Ivander Liam hanya memandang Bo Li tanpa berkedip sedikitpun dan ia tetap mempertahankan perempuan cantik itu dikedua tangannya erat.
Pria berambut pirang itu hanya menggelengkan kepalanya pelan dan tetap bergeming.
"Tolong ! Turunkan aku, Ivander Liam !", kata Bo Li. "Kalau tidak, aku lompat !", sambungnya kesal.
"Huufhhh...!", desah Ivander Liam sambil memejamkan kedua matanya. "Tidak ! Katakan padaku alasan kenapa kamu pergi dari rumah ini !?", sambung Ivander Liam serius.
"Aku sudah katakan jika aku dari loteng rumah ini ! Aku tidak berkata bohong, Ivander Liam !", kata Bo Li berusaha menenangkan pria berambut pirang itu.
"Loteng ? Apakah kamu tahu berapa loteng di rumah ini ?", tanya Ivander Liam.
"A--aku..., a--ku...tidak tahu...!", sahut Bo Li gugup.
"Baiklah ! Jika kamu tidak mengetahuinya, aku paham hal itu tapi katakanlah untuk apa kamu ke loteng ?", kata Ivander Liam.
"Aku tersesat !", jawab Bo Li sekenanya.
"Astaga ! Kamu lucu sekali nona Bo Li !? Tersesat ? Tidak tahukah kamu jika aku tidak melihatmu keluar dari kamarmu ?", kata Ivander Liam.
"B--bagaimana k--kamu tahu ???", kata Bo Li.
"Apakah kamu lupa ? Kalau ini adalah rumahku nona ?", kata pria berambut pirang itu serius memandang kearah Bo Li.
"T--tentu saja aku tahu akan hal itu bahwa ini rumahmu tuan ! Tapi untuk apa kamu mengawasi ku ?", kata Bo Li.
"Untuk memastikan jika tunangan ku betah atau tidak tinggal di rumahku ini ! Dan apakah dia, tunangan ku sudah makan atau belum ? Karena aku tidak mendapatkan laporan sama sekali dari para pekerja di rumahku ini tentang tunangan ku !", kata Ivander Liam.
"Oh Iya ? Kata-katamu sungguh meyakinkan sekali bahwa dirimu benar-benar memperhatikan diriku di rumah ini, tuan !", kata Bo Li.
"Ah...! Sebaiknya aku langsung membawamu ke kamarmu saja sendiri ! Akan lebih meyakinkan untukku jika kamu tidak akan menghilang lagi dari rumah ini !", sahut Ivander Liam sambil menggendong Bo Li.
"A--apa yang kamu katakan ? Turunkan aku !", ucap Bo Li dengan wajah bersemu merah.
"Lihatlah ! Kamu seperti kepiting rebus ! Tidak bisakah kamu diam saja dan menerima pertolongan dariku ?", kata Ivander Liam lalu berjalan cepat kedalam rumah.
"Tidak ! Ini tidak dibenarkan Ivander Liam meski kamu adalah tunangan resmi ku tetapi sikap seperti ini kurang sopan ! Tolong dengan hormat, turunkanlah aku ! Apalagi kita belum menikah !", kata Bo Li belingsatan tak karuan serta malu.
"Fiuh ! Melelahkan sekali jika berbicara denganmu ! Lebih baik aku tidak mendengarkan ucapan mu !", kata Ivander Liam mempercepat langkah kakinya.
"Emmm...!? Tapi..., tapi...!?", ucap Bo Li gugup.
"Sebentar lagi kita juga akan menikah Bo Li, dan persiapkanlah dirimu selama tinggal di rumah ini sebaik-baiknya karena kamu harus belajar lebih banyak untuk menjadi seorang isteri dan ibu nantinya ! Kamu paham itu !", kata Ivander Liam tanpa menengok Bo Li yang ada di bopongan tangannya.
"Eh...?? Aku, aku tidak berpikir secepat itu ! Dan aku tidak bermaksud untuk hal seperti itu karena aku tidak menginginkannya !", kata Bo Li.
"Ha...Ha...Ha...Ha...!? Ucapan mu benar-benar membuatku harus lebih melatih kesabaran ku padamu nona Bo Li !", kata Ivander Liam.
"Tapi..., itu memang benar...!", kata Bo Li bersemu merah.
"Terserahlah padamu, silahkan berbicara sepuas mu ! Terpenting sekarang kamu sudah kembali lagi ke rumah ini dan aku akan mempercepat hari pernikahan kita !", kata Ivander Liam.
"Apapun alasannya aku tidak ingin mempercepatnya !", sahut Bo Li gelisah.
"Terserah !", sahut Ivander Liam.
"Tolong dengarkanlah aku, Ivander Liam ! Kita masih butuh banyak waktu untuk saling mengenal satu dengan lainnya dan itu tidaklah mudah untuk kita berdua saling menerima...", ucapan Bo Li terhenti ketika berada didepan pintu kamar tidurnya dan ia melihat peri kecil Dryada berada di sana.
"Astaga ! Bagaimana ini ? Peri kecil itu ada disini dan bagaimana jika Ivander Liam melihatnya ?", kata Bo Li dalam hatinya gamang.
Bo Li berusaha memberi tanda dengan mengarahkan kedua bola matanya kesamping kanan dan kiri kepada peri kecil Dryada yang ada didepan pintu kamar tidurnya.
Dia benar-benar ketakutan saat peri daun hijau kecil itu muncul didepan mereka berdua dan ia berkali-kali melirik kearah Ivander Liam.
"Apa yang sedang kamu perhatikan, Bo Li ?", ucap Ivander Liam.
Bo Li langsung tercekat dengan raut wajah pucat pasi saat Ivander Liam bertanya padanya.
Dia hanya terdiam bergeming menatap lurus kearah pintu kamar tidurnya dimana sosok peri kecil Dryada tengah terbang didepannya.
"Ada apa Bo Li ? Kenapa kamu diam saja ? Dan tidak menjawabnya ?", kata Ivander Liam mencoba memperhatikan kearah pandangan Bo Li yang terpusat ke depan pintu kamar.
Tatapan Bo Li seolah-olah memberi isyarat kepada peri daun hijau kecil untuk segera pergi dari depan kamarnya dan agar Ivander Liam tidak menyadari keberadaan peri kecil itu karena ia sangat takut sekali jika pria berambut pirang itu mengetahuinya.