Tentang Jena, wanita malang yang lahir dari hasil perselingkuhan. Dulu, ayahnya berselingkuh dengan seorang pelayan dan lahirlah Jena.
Setelah ibunya meninggal, ayahnya membawanya ke rumah istri sah ayahnya dan dari situlah penderitaan Jena di mulai karena dia di benci oleh istri ayahnya dan juga Kaka tirinya.
selama ini, Jena selalu merasa sendiri. Tapi, ketika dia kuliah dia bertemu dengan Gueen, dan mereka pun bersahabat dan lagi-lagi petaka baru di mulai, di mana tanpa sengaja dia tidur dengan Kaka Joseph yang tak lain kakanya. Hingga pada akhirnya Jena mengandung.
Dan ketika dia mengandung, Josep tidak mau bertanggung jawab karena dia akan menikah dengan wanita lain. Dan kemalangan menimpa Jena lagi di mana dokter mengatakan bahwa bayi yang di kandungnya mengandung down sydrome.
Dan ketika mengetahui Jena hamil, Joseph menyuruh Jena untuk mengugurkan anak mereka, tapi Jena menolak dan lebih memilih pergi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
“Sudahlah, Jena, kumohon janan menolak,"ucap Soraya ketika Jena masih terlihat ragu. ''Pikirkan, Haura dia masih membutuhkan terapi, kau juga tidak bisa meninggalkan dia untuk berkerja. Sungguh aku tidak apa-apa, aku benar-benar mempunyai gajih yang besar."
Dan mendengar itu, Jena langsung menoleh, apa yang diucapkan Soraya ada benarnya juga, apalagi dia tidak bisa berkerja karena tidak bisa meninggalkan Haura.
“Soraya, kenapa kau melakukan ini?” Jena kembali memastikan, walaupun Soraya sudah mengatakan alasannya, di mana dia melakukan ini untuk balas budi pada kelurga Joseph,
"Jena sudah kubilang, Haura adalah cucu bibi Helmia, bibi helmia pernah mengasuhku selama 18 tahun, dan aku rasa ini saatnya aku membalas budi pada bibi Helmia, kumohon Jena, terima saja apa yang aku berikan, ini semua demi Haura.” Soraya menjelaskan panjang lebar, berharap Jena tidak menolak.
Dan bukaannya menjawab, Jena malah memeluk Soraya, dia menangis sesegukan di pelukan wanita itu. Begitu pun juga dengan Soraya, dia berusaha menahan tangis, karena dia bisa merasakan bagaimana sakitnya menjadi Jena. Dan untuk pertama kalinya setelah 6 tahun berlalu, mungkin Jena menangis di hadapan orang lain.
Setelah beberapa saat berlalu, Jena berusaha menguasai diri, hingga dia melepaskan pelukannya dari Soraya. Merasakan kebaikan Soraya, Jena merasa terharu. Selama bertahun- tahun, dia menjalani semuanya sendiri, dan sekarang datang Soraya yang melakukan hal seperti ini, tentu saja Jena ingin menangis sekencang-kencangnya.
“Its, oke, jangan menangis. Kau harus kuat demi Haura.“ Soraya mengelus punggung Jena, memberi Jena kekuatan.
Jena mengangguk, kemudian dia menghapus air matanya. “Apa aku boleh melihat Haura?” tanya Soraya, hingga Jena mengangguk.
“Masuklah, aku akan tunggu di sini.”
Soraya pun bangkit dari duduknya, kemudian dia langsung berjalan ke arah ruangan yang DJ tempati oleh Soraya.
Soraya mendudukan diri di samping berangkar, kemudian dia tersenyum saat melihat wajah Haura yang sedang memejamkan matanya. Dia tersenyum ketika melihat wajah cantik Haura.
“Kak, seandainya kau tau, bahwa kau mempunya anak secantik ini," lirih Soraya dengan suara pelan. Mata wanita cantik itu berkaca-kaca ketika mengingat kenangannya dengan Josep. “Aku berjanji akan menjaga Haura semampuku."
Satu Minggu kemudian
Jena tersenyum ketika masuk kedalam ruangan Haura, dan ternyata Haura terus memperhatikan gelang yang di belikan oleh Soraya. Ini sudah satu Minggu berlalu, dan akhirnya setelah satu minggu di rawat, Haura di ijinkan untuk pulang.
“Haura!” panggil Jena. Haura tidak menjawab, gadis kecil itu bahkan tidak menoleh dan anteng dengan gelang yang di pegangnya.
Jena mendudukkan diri di sebelah Haura, kemudian dia langsung mengelus rambut putrinya.
“Terimakasih, Tuhan. Kau sudah membuat Haura pulih," lirih Jena. Dan karena mendengar suara ibunya, Haura menoleh. Dia melepaskan gelang yang di pakainya kemudian memakaikan gelang itu pada tangan Jena tanpa berbicara sepatah kata pun, membuat Jena tersenyum. Jarang sekali dia melihat Haura berinteraksi seperti ini.
“Ayo kita pulang.” Jena bangkit dari duduknya, kemudian dia langsung menggendong Haura lalu keluar dari ruang rawat yang selama ini di tempati oleh putrinya.
***
Saat Jena berjalan menuju ke rumahnya, Jena menghentikan niatnya sejenak karena merasa ada yang mengikutinya. Tapi, saat dia menoleh, tidak ada siapa pun di belakangnya. Hingga Jena pun langsung melanjutkan langkahnya.
Setelah Jena masuk, Kayra memarkirkan mobilnya di sisi, wanita cantik itu terus melihat ke arah rumah yang tadi di tempati oleh Jena. Ya, sedari tadi Kayra mengikuti Jena.
Tadi, Kayra hampir terpergok dan beruntung tadi mobilnya sudah berhenti hingga Jena tidak curiga. Dan setelah melihat Haura secara langsung, hati Kayra semakin memanas, ternyata wajah Haura lebih cantik ketika melihat secara langsung dan tentu saja itu semakin membuat Kayra panik.
Kaira menyadarkan tubuhnya ke belakang. “Apa aku bakar saja rumahnya, agar mereka mati!” otak wanita itu sepertinya sudah benar-benar kosong, dia tidak tahu bagaimana caranya menyingkirkan Haura dan Jena dan yang paling membuat Kaira bingung adalah kawasan ini adalah kawasan yang sering didatangi Joseph. Sebab Josep mempunyai pabrik di daerah sini dan bagaimana jika mereka bertemu.
Dua jam kemudian
Ini sudah dua jam Kayra berada di depan rumah Jena, dan selama dua jam ini pula Kayra terus melihat ke arah rumah Jena. Dan Kayra merasa dia harus segera pulang, sebenarnya Kayra pun bingung untuk apa dia di sini.
Namun saat akan menyalakan dan menjalankan mobilnya, Kayra menghentikan gerakannya kala melihat Haura keluar dari rumah. Rupanya, Haura kabur saat Jena sedang menyiapkan makan siang. Dan naasnya Jena lupa mengunci pintu.
Seketika Kayra menyeringai, dia pun dengan cepat turun dari mobil, kemudian berjalan menghampiri Haura. Rasanya dia ingin memberikan pelajaran pada anak suaminya.
”Heh kau!” panggil Kayra ketika sudah berada di dekat Haura. Seperti biasa, Haura tidak merespon, dan Kayra juga belum menyadari apa yang terjadi pada Haura.
Kesal karena Haura tidak bereaksi, tiba-tiba Kayra terpikirkan sesuatu. Dia pun mendekat kemudian mencubit tangan Haura dengan sangat kencang, bahkan benar-benar kencang.
Namun, anehnya Haura masih tidak bereaksi membuat mata Kayra membulat dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
“Heh, anak kecil apa kau titisan hantu?” tanya Kayra, dia menarik lengan Haura dan terlihat jelas tangan Haura membiru karena cubitannya barusan tapi kenapa anak ini tidak bereaksi, bukannya seharusnya Haura menangis atau meringis tapi yang terjadi anak ini benar-benar menampilkan ekpresi datarnya.
“Heh, kenapa kau diam saja?” tanya Kayra lagi ketika Haura hanya menatapnya dengan tanpa ekspresi.
“Heh!” Kayra kembali mencubit pipi Haura dengan kencang. Dan lagi-lagi, wanita itu seperti kehabisan kata-kata karena Haura benar-benar tidak bereaksi sama sekali, bahkan barusan dia memilintir pipi Haura dengan kencang Agar Haura menangis.
Tak lama, Kayra menoleh ke belakang ketika mendengar suara orang berlari dan dia melihat itu adalah Jena, secepat kilat, Kayra mendorong tubuh Haura hingga Haura terjatuh ke lantai kemudian dia langsung berlari ke arah mobilnya.
“Haura!” Jena terpekik ketika melihat Haura terjatuh, wanita cantik itu langsung berjalan ke hadapan putrinya, dan ketika melihat Jena barulah Haura meneteskan air mata.
Haura memang seperti itu, dia tidak pernah memperlihatkan rasa sakitnya pada orang lain, tidak pernah menangis dengan kencang dan hanya menitik air mata, itu pun jika hanya pada Jena.
”Ha-Haura, kenapa ini?” Jena membulatkan matanya ketika melihat tangan Haura yang membiru dan keterkejutan Jena semakin bertambah ketika melihat Haura memerah.
“Haura ....Haura!" Jena di Landa kepanikan ketika Haura malah memeluknya dengan erat, dan Jena tau jika Haura seperti ini, Haura sedang ketakutan.yl